SUDUT PANDANG PERKEMBANGAN TAFSIR ALKITAB TERKAIT PERKEMBANGAN PENGETAHUAN (TERKAIT PERKEMBANGAN MEDIS KASUS LGBTQ DAN TRANSGENDER)

SUDUT PANDANG PERKEMBANGAN TAFSIR ALKITAB TERKAIT PERKEMBANGAN PENGETAHUAN (TERKAIT PERKEMBANGAN MEDIS KASUS LGBTQ DAN TRANSGENDER)

PENGANTAR

Saat ini ada pengetahuan medis yg berkembang perkara LGBTQ dan TRANSGENDER, ini menjadi menarik bagaimana kita mengembangkan tafsir Alkitab yg mendarat sesuai zamannya. Kontroversi LGBT, Dualitas Yin - Yang, perempuan & laki, heboh karena adanya sosial media, fakta2 SCIENCE , diatas kontroversi. kita semua saat perkembangan janin adalah YIN , sebelum sebagian lanjut bisa menjadi YANG, dalam proses , bisa saja ada DISTORSI.


PERKEMBANGAN MEDIS TENTANG LGBT DAN TRANSGENDER

Isu orientasi seksual kaum lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT)  juga Q (queer) menjadi perbincangan hangat di Indonesia. Sejumlah pakar medis mengatakan LGBT bukan akibat salah pergaulan dan tidak menular. Namun para tokoh agama dan masyarakat terang-terangan mengharamkannya dan menyebutnya sebagai penyakit. "LGBT itu menjijikkan dan berbahaya," demikian petikan kicauan Mahfud MD,
guru besar FH-UII Yogyakarta yang juga mantan ketua Mahkamah Konstitusi, di akun Twitter-nya. Beberapa tokoh lain terang-terangan menyebut LBGT sebagai "penyakit" dan "menular." Isu orientasi seksual kaum lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) menjadi perbincangan hangat di Indonesia setelah sebuah kelompok kajian mahasiswa Universitas Indonesia "Support Group and Resource Center of Sexuality Studies" atau disingkat SGRC melangsungkan sebuah acara terbuka mengupas isu LGBT pertengahan Januari lalu. SGRC yang didirikan sejak tahun 2014 sebenarnya bertujuan mempromosikan, mendidik dan mengembangkan program yang berkaitan dengan seksualitas, reproduksi dan orientasi seksual. Tetapi sejak melangsungkan acara itu, SGRC dikecam luas sebagai organisasi pro-LGBT. Sia-sia upaya ketua SGRC meluruskan informasi karena terlanjur beredar asumsi luas di kalangan masyarakat Indonesia, yang mayoritas berpenduduk Islam, bahwa LGBT adalah penyakit akibat salah pergaulan dan menular. Dalam sebuah diskusi di Jakarta, dokter spesialis bedah syarat RS Mayapada Roslan Yusni Hasan, yang akrab disapa Ryu, mengatakan bahwa orientasi seksual LGBT tidak tumbuh akibat salah pergaulan dan tidak menular. Ditegaskannya bahwa LGBT itu lebih disebabkan oleh hormon yang terjadi. Ryu mengatakan pada dasarnya hingga janin berusia 8 minggu maka semua kelaminnya adalah perempuan. Lambat laun baru terjadi perubahan atau perbedaan, di mana sebagian tetap menjadi perempuan, yang sebagian lain bergeser ke arah laki-laki. Yang memicu perubahan jenis kelamin di minggu kedelapan lanjutnya adalah impuls (gen SRY) pada syaraf yang kemudian mengatur pembentukan organisasi di bawahnya. Rangsangan gen SRY itulah yang memincu lonjakan hormon testosteron yang menjadikan seseorang memiliki kromosom XY atau laki-laki. Jika tidak ada hormon testosteron itu maka ia akan tetap menjadi perempuan. Inilah yang disebut dengan proses maskulinisasi dan menghilangkan sifat perempuan. Hasilnya, menurut Ryu, tidak selalu sepenuhnya laki-laki atau perempuan - atau dalam bahasa medis disebut sebagai disformisme seksual. Hal ini menyebabkan kebingungan karena selama ini masyarakat hanya menggolongkan dua jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Maskulinisasi terbentuknya karakter laki-laki dan defeminisasi menghilangkan karakter perempuan. Ada dua proses yang terpisah sehingga ada juga yang proses maskulinisasinya berhasil banget maksimal tapi defeminisasi tidak berjalan. Cowok banget tapi jangan omong, pas omong kelihatan feminisme," kata Ryu. sebagai pengetahuan ilmiah, biologi bebas nilai atau moral sehingga tidak ada yang baik atau jelek. "Nilai itu pada suatu tempat dan saat bisa berbeda dengan tempat dan saat yang lain," ujarnya. sebagai pengetahuan ilmiah, biologi bebas nilai atau moral sehingga tidak ada yang baik atau jelek. "Nilai itu pada suatu tempat dan saat bisa berbeda dengan tempat dan saat yang lain," ujarnya. jadi dalam biologi, istilah tidak normal itu enggak ada. Sekarang kalau ditanya, secara biologi rambut keriting dan rambut lurus, mana yang normal? Dua-duanya varian. Mata sipit atau belok? Kulit hitam, kulit putih, kulit merah? Semua itu adalah varian. Varian ini rupanya juga terjadi pada jenis kelamin dalam penafsiran biologi. "Kita itu selalu menganggap bahwa yang namanya jenis kelamin hanya dua, kalau tidak laki-laki ya perempuan. Ini pengetahuan zaman berapa?" Sebab, dalam biologi tidak semua perempuan memiliki kromosom XY dan tidak semua laki-laki memiliki kromosom XX. Lalu, ada juga perempuan yang tidak memiliki uterus dan ovarium, dan laki-laki yang penisnya kecil sehingga menyerupai klitoris. Jenis-jenis yang tidak teridentifikasi secara pasti ini, disebut sebagai interseks dan kini telah dikelompokkan hingga mencapai 43 jenis. "Kalau orientasi seksual ini diarahkan ke jenis kelamin, berarti orientasi seksual tidak dua. Interseks saja ada 43," Melihat fakta tersebut, bisa disimpulkan bahwa identitas jender, jenis kelamin, dan orientasi seksual itu adalah tiga hal yang terpisah. Orientasi seksual dan perilaku manusia lainnya, tidak dipengaruhi oleh jenis kelaminnya, melainkan dibentuk oleh sirkuit otak, neurotransmitter, dan hormon. Sementara itu, kedokteran yang bertujuan untuk kesejahteraan manusia individual dan bukan biologi mengakui apa yang normal dan tidak normal. " Tapi yang membuat tidak normal itu adalah nilai atau gagasan di mana orang itu gampang sakit atau gampang mati," ujarnya. Kalau ditanya apakah LGBT menurut kedokteran itu sakit atau tidak, LGB-nya tidak, tetapi T-nya yang sakit. Soalnya, lesbian, gay, dan biseksual adalah orientasi seksual; sementara transjender adalah orang yang tidak nyaman dengan identitas seksualnya. Oleh karena itu, yang membuat LGB bisa disebut sakit dalam kedokteran adalah ketika orang tersebut merasa tidak nyaman atau terganggu dengan orientasi seksualnya sehingga yang dihilangkan adalah rasa tidak nyaman tersebut, bukan orientasi seksualnya. Hal ini telah dituangkan dalam buku panduan diagnosis dan statistik psikiatri (DSM) yang menyatakan bahwa orientasi seksual bukan penyakit sejak tahun 1973. Di Indonesia, Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa (PPDGJ) yang merupakan campuran dari DSM-IV dan International Classification of Diseases (ICD) telah ditetapkan oleh Depkes. Sejak revisi kedua, PPDGJ telah mengeluarkan orientasi seksual dari kelompok penyakit. "Bahkan, ditegaskan dalam PPDGJ-III bahwa orientasi seksual jangan sekali-kali dipandang sebagai penyakit. Jadi, memang sebetulnya orientasi seksualnya itu tidak masalah, yang masalah adalah aktivitasnya. 

PERKARA SUDUT HUKUM LGBT DAN TRANGENDER

Berbeda dengan Malaysia, hukum nasional di Indonesia, dalam hal ini Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP, tidak menganggap perbuatan homoseksual sebagai tindakan kriminal, selama tidak melanggar aturan hukum lain yang lebih spesifik, seperti hukum yang mengatur tentang perlindungan anak, kesusilaan, pornografi, pelacuran dan kejahatan pemerkosaan. Artinya selama hanya dilakukan oleh orang dewasa dan tidak melibatkan anak-anak atau remaja di bawah umur, dilakukan secara pribadi dan tidak ditempat umum, bukan pornografi yang direkam dan disebarluaskan dan atas dasar suka sama suka, bukan pemaksaan itu bukan tindakan kriminal. Namun secara keseluruhan hukum Indonesia tetap tidak mengakui perkawinan homoseksual. Menurut Widodo Budi Darmo, juru bicara "Arus Pelangi," organisasi yang memperjuangkan hak kelompok LGBT di Indonesia, tidak bisa dipungkiri bahwa penolakan sebagian masyarakat terhadap keberadaan kelompok ini ikut didorong kebijakan diskriminatif yang diberlakukan pemerintah. Darmo yang juga seorang homoseksual mengatakan perlakuan diskriminatif sangat terasa di ruang publik dan pendidikan. Misalnya edaran Kejaksaan ketika rekrutmen terhadap calon pegawainya, dia mencantumkan bahwa yang boleh mendaftar syaratnya adalah tidak transgender, itu diskriminasi. Yang lainnya ketika waria melapor, transgender melapor diperlakukan tidak baik dalam proses KUHAPnya. Begitu juga teman-teman lesbian ketika mengalami kekerasan juga tidak mendapatkan perlakuan yang baik dari kepolisian," papar Darmo. Program Manager Human Rights Working Group (HRWG) Daniel Awigra menilai sudah saatnya pemerintah Indonesia meninjau ulang beberapa regulasi yang diskriminatif terhadap kaum LGBT. Seperti UU Pornografi yang salah satu pasalnya menyatakan bahwa yang dimaksud dengan "persenggamaan yang menyimpang" antara lain "persenggamaan atau aktivitas seksual lainnya dengan mayat, binatang, oral seks, anal seks, lesbian, dan homoseksual." Menurut Awigra, takjarang hal ini memicu kebencian dan kekerasan terhadap kelompok LGBT. Ditambahkannya sejumlah peraturan daerah pun banyak yang diskriminatif kepada kelompok tersebut sehingga masyarakat kerap memandang sebelah mata terhadap mereka. "Padahal negara seharusnya hadir untuk melindungi, bukan menghilangkan hak-hak kelompok LGBT," tegas Awigra. 

TERKAIT TAFSIR ALKITAB

banyak orang tidak mengerti ilmu medis, shg tafsir alkitab ada di langit tidak mendarat di bumi, pdhl Allah saja turun ke bumi dalam diri Yesus, meneladankan kasih tanpa syarat bagi sesama. Mudah saja, misalkan, tafsir alkitab dahulu yg di Amini gereja bumi itu datar, kemudian berkembang dlm PL bumi itu setengah bola, tapi perkembangan pengetahuan bumi itu bulat tafsir Alkitab pun berkembang sesuai zamannya. Dulu, tafsir Alkitab itu bahwa sakit kusta itu kutukan Tuhan, tapi perkembangan pengetahuan sakit kusta itu karena virus/ bakteri, tafsir Alkitab pun berkembang, Tafsir Alkitab berkembang, dulu tafsir Alkitab tidak membolehkan sama sekali menggugurkan kandungan, tapi pertimbangan medis ada situasi medis tertentu dimana harus mengambil keputusan antara keselamatan ibu atau anak, tafsir Alkitab pun berkembang, dan masih banyak lagi .  misalkan dalam kasus menggugurkan kandungan yg dianggap melakukan pembunuhan, melanggar salah satu hukum Allah, JANGAN MEMBUNUH, ada bbrp kasus yg terus bisa dihantam kromo saja dg pemahaman seperti itu, ada kasus medis salah satunya Saja, ada dalam sebuah dilema medis, kalau anaknya dalam kandungan tidak digugurkan maka ibu nya yg akan mati, trus mo pertimbangannya mo bgmn? Nah teologis adalah ilmu yg berkolaborasi dg ilmu yg Iain di dunia ini, tidak bisa berdiri sendiri, tafsir pun berkembang dan hidup manusia pun makin komplex, seiring perkembangan zaman, kenapa bbrp teolog dan Bapa Gereja mengatakan Alkitab buku sepanjang zaman. kenapa bbrp teolog dan Bapa Gereja mengatakan Alkitab itü bükü sepanjang zaman? karena tidak ada tafsir yg keliru, tapi yg ada tafsir yg dapat dipertanggung jawab kan, pertanggungan jawab itü dilihat argumentasi nya. ada beberapa kasus, khususnya pertimbangan medis yang sifatnya emergency (mengancam nyawa si ibu dan anak, sehingga harus segera diintervensi), di mana terminasi kehamilan harus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa yang terancam, khususnya si ibu. Dalam hal ini, terminasi kehamilan itu tujuannya untuk life saving, bukan killing ( membunuh), meskipun terdapat konsekuensi bahwa bayi yang ada di dalam kandungan bisa meninggal (hal konsekuensi ini terkadang tidak dapat dihindarkan dengan kondisi keilmuan medis saat ini). life saving, bukan killing, meskipun terdapat konsekuensi bahwa bayi yang ada di dalam kandungan bisa meninggal (hal konsekuensi ini terkadang tidak dapat dihindarkan dengan kondisi keilmuan medis saat ini). Salah satu contoh kondisi medis yang nyata adalah kehamilan ektopik terganggu. Dalam konteks ini dan melihat perkembangan ilmu medis saat ini, ya terminasi. ya terminasi kehamilan mungkin adalah solusinya. Tapi, kita harus take note bahwa tujuan dan motivasi utamanya bukan untuk menggugurkan kandungannya dalam konteks aborsi (killing) yang dimaksud. Life-saving act because death is already looming with the consequence of the death of the baby (regretfully). Ini out of topic aja, tapi jadi kepikiran: hari ini yang setuju aborsi konteksnya lebih ke medical emergency atau alasan sosial lainnya, sekarang, perkara perintah JANGAN MEMBUNUH, kalau tidak melakukan tindakan pengguguran kandungan dg alasan medis, malah itu membuat ibu dan anak dalam kondisi bahaya bahkan tewas keduanya, apakah itu malah tidak melakukan usaha untuk JANGAN MEMBUNUH Krn tindakan non terminasi kehamilan itu Iah yg membuat malah ibudan anak tewas, bukankah tindakan terminasi kehamilan adalah sebuah usaha menyelamatkan nyawa (JANGAN MEMBUNUH) minimal salah satunya,
perkembangan tafsir alkitab, shg dalam kasus Igbtq atau transgender, ada baiknya kita melihat perkembangan pengetahuan medis saat ini tentang Igbtq dan transgender coba bayangkan bahwa Alkitab ditulis oleh orang-orang beriman yg zaman nya berbeda dg kita pada zaman sekarang, di mana orang-orang beriman yg menulis Alkitab pada zamannya dg pengetahuan medis tidak seperti sekarang, harus dipahami dg arif bahwa Wahyu Allah itu bukan Alkitab, tidak seperti Alquran yg dianggap Wahyu Allah, kita beda ..... wahyu Allah itu bagi kita adalah Yesus Kristus bukan Alkitab, pedoman hidup kita itu diarahkan pada kehidupan Yesus Kristus, yang memberi teladan untuk mengasihi sesama manusia tanpa batas, mengasihi manusia tanpa kata TAPI, bahkan teladan kesempurnaanNya adalah mengasihi manusia yg menyalibkan diriNya, terkecuali kita tidak yakin pada teladan Kristus. seringkali kita tidak percaya diri hanya oleh karena teman Islam menganggap Alquran Wahyu Allah, shg kita menganggap Alkitab sebagai Wahyu Allah shg tidak ditafsir dengan pertimbangan konteks, teks, zaman, latar belakang penulis, situasi kondisi saat penulisan, dlsb, shg demikianlah kita menafsir kasus LGBTQ dan transgender, asal yang tertulis di Alkitab tanpa pertimbangan bidang yg Iain atau sudut pandang Iain sesuai zamannya. Setiap tafsir Alkitab agar tetap pada alur jalannya harus dikembalikan pada TELADAN KRISTUS, dan TELADAN KRISTUS adalah KASIH. misalkan pula kasus haram atau najis di PL pada ikan lele, karena pengetahuan saat ikan itu bersisikjadi ada ikan yg tidak bersisik maka dianggap haram atau najis, lalu perkara katak/kodok, karena pengetahuan saat itu hewan itu ya hidup di darat atau di air, tapi ini ada hewan hidup di 2 alam shg dianggap haram, babi itu hewan kaki empat berkuku belah dan jenis makannya omnivora (makan daging juga tanaman), pengetahuan saat itu hewan kaki empat itu berkuku tunggal dan jenis makannya herbivora (makan tanaman) atau carnivora (makan daging). beda maka dianggap najis atau haram dalam zaman penulisan PL, wanita menstruasi juga dianggap najis dalam peribadatan, karena pengetahuan saat itü darah itü keluar dari tubuh karena ada luka pada tubuh, tetapi ini ada darah keluar dari tubuh tanpa adanya luka, dg perkembangan pengetahuan maka seharusnya tafsir Alkitab pun berkembang, sehingga tafsir itü mendarat di bumi bukan di langit-langit, sehingga betul bila dikatakan ALKITAB BUKU SEPANJANG ZAMAN, itü sebetulnya bukti Allah berkarya tak lekang oleh waktu, dan sebenarnya lah itü adalah Allah. demikian halnya dalam tafsir alkitab PL kita dapati dimana dipahami bahwa nyawa itu ada dalam darah, shg haram atau najis meminum darah hewan, tapi dalam PL pula ada tafsir alkitab darah hewan tertentu bahkan terpilih (budaya Israel menganggap khusus domba tapi budaya yg Iain menganggap khusus babi seperti khususnya domba bagi budaya Israel) yg dipercikan untuk menyucikan, pengetahuan dulu juga menganggap nyawa ada dalam darah, tapi perkembangan pengetahuan saat ini nyawa ada di batang Otak, dan tafsir Alkitab pun berkembang. demikian halnya dalam tafsir alkitab PL kita dapati dimana dipahami bahwa nyawa itu ada dalam darah, shg haram atau najis meminum darah hewan, tapi dalam PL pula ada tafsir alkitab darah hewan tertentu bahkan terpilih (budaya Israel menganggap khusus domba tapi budaya yg Iain menganggap khusus babi seperti khususnya domba bagi budaya Israel) yg dipercikan untuk menyucikan, pengetahuan dulu juga menganggap nyawa ada dalam darah, tapi perkembangan pengetahuan saat ini nyawa ada di batang Otak, dan tafsir Alkitab pun berkembang. 

PENUTUP

"Ayo kita menggunakan kacamata yang berbeda, kacamata HAM, bukan melulu kacamata agama dalam melihat persoalan LGBT. Kita kayaknya tidak terbiasa dengan fakta keragaman bahwa LGBT itu sesederhana keragaman
orientasi seksual, identitas seksual dan ekspresi gender," tambahnya. Ayo ...... menafsir Alkitab secara kontekstual dan berpengetahuan.

(25012025)(TUS)