Jumat, 13 Januari 2023

𝗯𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗣𝗲𝘁𝗿𝘂𝘀 yang pertama tapi Andreas, Serial Sudut Pandang

𝗯𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗣𝗲𝘁𝗿𝘂𝘀 yang pertama tapi Andreas, Serial Sudut Pandang

Tahun gerejawi atau liturgi dimula dari Hari Minggu pertama masa Adven. Tahun ini disebut Tahun A dan biasa juga disebut Tahun Matius. Ada tiga banjaran tahun liturgi: Tahun A, B, dan C. Tahun A disebut, seperti yang saya tulis sebelumnya, Tahun Matius, Tahun B disebut Tahun Markus, dan Tahun C disebut Tahun Lukas. 

Terus Tahun Yohanes di mana? Berhubung Injil Yohanes tidak masuk ke dalam Injil sinoptik, bacaan dari Injil Yohanes disisipkan ke dalam Minggu-Minggu tertentu atau khusus di dalam Tahun A, B, dan C. Sebenarnya tidak hanya Injil Yohanes yang disisipkan ke dalam Minggu-Minggu khusus. Injil Matius dan Lukas juga begitu. Sebagai contoh bacaan Natal untuk ketiga tahun dari Injil Lukas 2:1-20 dan bacaan Epifani untuk ketiga tahun dari Injil Matius 2:1-12. Natal Gereja Barat menggunakan narasi Injil Lukas, sedang Gereja Timur dengan narasi Injil Matius.

Bacaan ekumenis diambil dari Injil Yohanes 1:29-42 yang didahului dengan Yesaya 49:1-7, Mazmur 40:1-11, dan 1Korintus 1:1-9.

Bacaan Injil Minggu ini meliputi dua perikop. LAI memberi judul: 𝘠𝘰𝘩𝘢𝘯𝘦𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘫𝘶𝘬 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 (ay. 29-34) dan 𝘔𝘶𝘳𝘪𝘥-𝘮𝘶𝘳𝘪𝘥 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘢𝘮𝘢 (ay. 35-42). Cukup panjang. 𝘍𝘢𝘴𝘵𝘦𝘯 𝘺𝘰𝘶𝘳 𝘴𝘦𝘢𝘵𝘣𝘦𝘭𝘵!

Sebelum masuk ke pembahasan, mari kita membincangkan 𝗽𝗿𝗼𝗹𝗼𝗴 Injil Yohanes. Prolog ini bukan sekadar kata pengantar Injil Yohanes. Prolog ini merupakan refleksi teologis atas keseluruhan Injil Yohanes mengenai siapa Yesus. Nasabah antara prolog dan keseluruhan Injil Yohanes sangat erat sehingga untuk memahami prolog orang perlu membaca keseluruhan Injil Yohanes dan sebaliknya untuk memahami keseluruhan Injil Yohanes orang harus membaca prolog.

Pertanyaannya di manakah prolog berakhir? Banyak ahli bersepakat prolog berakhir di Yohanes 1:18 yang diikuti oleh para penyusun RCL. Ada juga yang berpendapat prolog berakhir di Yohanes 1:51. Alasannya adalah ayat itu masih berbicara tentang kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus. 

Yohanes 1:19-28 dan Yohanes 1:29-42 (bacaan Minggu ini) berada dalam kronologi 𝘵𝘶𝘫𝘶𝘩 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘢𝘮𝘢 Injil Yohanes. Yohanes 1:19-28 adalah hari pertama, sedang Yohanes 1:29-42 adalah hari kedua dan ketiga yang mencakup dua perikop: Yohanes 1:29-34 dan Yohanes 1:35-51. Rinciannya sbb.:
• Hari pertama: kesaksian Yohanes Pembaptis tentang dirinya sendiri (Yoh. 1:19-28).
• Hari kedua: Yohanes Pembaptis bersaksi tentang Yesus (Yoh. 1:29-34).
• Hari ketiga: murid-murid Yesus yang pertama dan kedua (Yoh. 1:35-42).
• Hari keempat: murid-murid Yesus yang ketiga dan keempat (Yoh. 1:43-51).
• Hari ketujuh: pesta perkawinan di Kana 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘨𝘢 sesudah hari keempat (Yoh. 2:1-11).

Apakah tujuh hari pertama itu bermakna teologis ataukah sekadar keterangan waktu untuk memisahkan satu adegan dari adegan lainnya? Terbuka kemungkinan ada makna teologis dari 𝘵𝘶𝘫𝘶𝘩 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘢𝘮𝘢 Injil Yohanes itu. 𝘛𝘶𝘫𝘶𝘩 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘢𝘮𝘢 itu mungkin berpautan dengan 𝘵𝘶𝘫𝘶𝘩 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘢𝘮𝘢 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘗𝘦𝘯𝘤𝘪𝘱𝘵𝘢𝘢𝘯 (Kej. 1). Kemungkinan itu tidak dapat disingkirkan begitu saja karena sejak ayat pertama di prolog Injil Yohanes sudah merujuk kisah Penciptaan: 𝘗𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘶𝘭𝘢𝘯𝘺𝘢 ... (Yoh. 1:1) dan Yohanes 1:3 berbicara secara eksplisit mengenai Penciptaan. Dengan kehadiran Yesus 𝘱𝘦𝘯𝘤𝘪𝘱𝘵𝘢𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘳𝘶 sudah dimula dan akan berakhir dengan pesta perjamuan kawin. Apa yang dimaksud dengan 𝘱𝘦𝘯𝘤𝘪𝘱𝘵𝘢𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘳𝘶 dalam prolog Injil Yohanes?

Frase pembuka 𝘗𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘶𝘭𝘢𝘯𝘺𝘢 … dalam Yohanes 1:1 mengingatkan pembaca pada kisah Penciptaan di kitab Kejadian yang juga dibuka dengan frase yang sama 𝘗𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘶𝘭𝘢𝘯𝘺𝘢 ... (Kej. 1:1). Dengan merujuk Penciptaan di kitab pertama Kitab Taurat itu Yohanes hendak mengatakan bahwa kehadiran Yesus, Firman yang 𝘯𝘶𝘻𝘶𝘭 menjadi Manusia itu, suatu penciptaan baru mula terjadi: 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘭𝘢𝘭𝘶, 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘳𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨. 

Sekarang kita membahas bacaan Injil Minggu ini yang dalam kronologi Injil masuk hari kedua dan ketiga. Namun kita mengawalinya dengan 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘢𝘮𝘢.

𝗛𝗮𝗿𝗶 𝗽𝗲𝗿𝘁𝗮𝗺𝗮: 𝗞𝗲𝘀𝗮𝗸𝘀𝗶𝗮𝗻 𝗬𝗼𝗵𝗮𝗻𝗲𝘀 𝗣𝗲𝗺𝗯𝗮𝗽𝘁𝗶𝘀 𝘁𝗲𝗻𝘁𝗮𝗻𝗴 𝗱𝗶𝗿𝗶𝗻𝘆𝗮 𝘀𝗲𝗻𝗱𝗶𝗿𝗶 (𝗬𝗼𝗵. 𝟭:𝟭𝟵-𝟮𝟴)

Pada hari pertama Yohanes Pembaptis bersaksi mengenai dirinya kepada para pemimpin Yahudi Yerusalem: imam-imam dan orang-orang Lewi yang diutus pemimpin Yahudi dari Yerusalem (Yoh. 1:19-23) serta kepada orang Farisi (Yoh. 1:24-27).
• Yohanes bukan Mesias (Yoh. 1:20).
• Yohanes bukan Nabi Elia (Yoh. 1:21).
• Yohanes bukan nabi yang akan datang di Akhir Zaman (Yoh. 1:21).
• Yohanes hanyalah “suara” yang berseru-seru di padang gurun  (Yoh. 1:23): Luruskanlah jalan Tuhan! (Yes. 40:3).
• Yohanes hanya membaptis dengan air (Yoh. 1:26).
• Yohanes di hadapan Yesus lebih rendah daripada budak karena 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘬𝘢 𝘵𝘢𝘭𝘪 𝘬𝘢𝘴𝘶𝘵 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘱𝘶𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘭𝘢𝘺𝘢𝘬 (Yoh. 1:27).
Citra Yohanes Pembaptis di Injil Yohanes terkesan lebih rendah ketimbang citra Yohanes Pembaptis di Injil sinoptik, yaitu Nabi Elia yang akan datang di Akhir Zaman (Mrk. 9:11-13; Mat. 11:13-14; 17:10-13; Luk. 1:17).

𝗛𝗮𝗿𝗶 𝗸𝗲𝗱𝘂𝗮: 𝗬𝗼𝗵𝗮𝗻𝗲𝘀 𝗣𝗲𝗺𝗯𝗮𝗽𝘁𝗶𝘀 𝗯𝗲𝗿𝘀𝗮𝗸𝘀𝗶 𝘁𝗲𝗻𝘁𝗮𝗻𝗴 𝗬𝗲𝘀𝘂𝘀 (𝗬𝗼𝗵. 𝟭:𝟮𝟵-𝟯𝟰)

Tidaklah jelas Yohanes bersaksi kepada siapa. Yang pasti kepada pembaca atau pendengar di luar dunia cerita.

Yohanes Pembaptis mengatakan bahwa 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘋𝘰𝘮𝘣𝘢 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘱𝘶𝘴 𝘥𝘰𝘴𝘢 𝘋𝘶𝘯𝘪𝘢 (Yoh. 1:29). Seperti yang sudah saya tulis di atas ada ahli yang mengatakan prolog Injil Yohanes berakhir di Yohanes 1:51. Juga, ada yang mengatakan prolog ini ditulis sesudah Injil Yohanes diselesaikan. Buktinya ada metafora 𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘋𝘰𝘮𝘣𝘢 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 yang muncul tiba-tiba yang tidak berpautan dengan konteks terdekat. Makna metafora itu baru terbit dalam episode persidangan dan penyaliban Yesus. Dalam episode itu pengarang Injil Yohanes tampaknya merujuk Yesaya 53 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘥𝘰𝘮𝘣𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘣𝘢𝘸𝘢 𝘬𝘦 𝘱𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘵𝘢𝘪𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘭𝘶𝘩, 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘥𝘰𝘮𝘣𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶𝘯𝘨 𝘥𝘰𝘴𝘢 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨. Yesus diperikan melampaui anak domba Paska Israel lama. Yesus bukan hanya menghapus dosa orang Israel, melainkan dosa orang sedunia (universal).  

Yohanes Pembaptis mengatakan bahwa 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘠𝘰𝘩𝘢𝘯𝘦𝘴 𝘢𝘥𝘢 (Yoh. 1:30). Pengarang Injil Yohanes tampaknya hendak menekankan bahwa Yesus lebih senior, lebih mulia, lebih besar daripada Yohanes Pembaptis.

Yohanes Pembaptis berkarya agar Yesus dinyatakan kepada Israel (Yoh. 1:31). Apa karya Yohanes yang berpautan Yesus? Yohanes Pembaptis tidak membaptis Yesus versi Injil Yohanes. Yohanes hanyalah “suara” di padang gurun yang bersaksi tentang Yesus. Tampaknya pengarang Injil Yohanes hanya memberi sedikit panggung kepada Yohanes Pembaptis dan itu sudah cukup bahwa Yesus sudah dinyatakan kepada bangsa Israel oleh Yohanes Pembaptis.

𝘠𝘰𝘩𝘢𝘯𝘦𝘴 𝘗𝘦𝘮𝘣𝘢𝘱𝘵𝘪𝘴 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘙𝘰𝘩 𝘵𝘶𝘳𝘶𝘯 𝘬𝘦 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 (Yoh. 1:32). Yohanes bersaksi bahwa ia telah melihat Roh turun dari langit dan tinggal di atas Yesus. Di Injil Markus dan Matius tokoh yang melihat Roh Allah itu turun adalah Yesus sendiri. Di Injil Yohanes Roh itu turun untuk dilihat Yohanes untuk kepentingan Yohanes. Roh itu turun ke atas Yesus agar Yohanes tahu siapa Yesus.

𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘱𝘵𝘪𝘴 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘙𝘰𝘩 𝘒𝘶𝘥𝘶𝘴 (Yoh. 1:33). Tidak jelas apa yang dimaksud dengan 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘱𝘵𝘪𝘴 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘙𝘰𝘩 𝘒𝘶𝘥𝘶𝘴 karena di episode selanjutnya Yesus membaptis dengan air (Yoh. 3:22-26), yang kemudian “dikoreksi” di Yohanes 4:2 (oleh penulis kedua?). Dalam episode percakapan dengan Nikodemus itu Yesus berbicara tentang syarat orang masuk ke dalam Kerajaan Allah, yaitu dilahirkan kembali dari air dan Roh (Yoh. 3:5). Dalam prolog narator juga sudah menyebutkan “syarat” menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12-13). Sangat bolehjadi 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘱𝘵𝘪𝘴 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘙𝘰𝘩 𝘒𝘶𝘥𝘶𝘴 mungkin bermakna 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪 𝘬𝘶𝘢𝘴𝘢 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 agar orang menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12). Dalam kronologi cerita Injil Yohanes Yesus mengembuskan Roh Kudus-Nya sesudah kebangkitan-Nya (Yoh. 20:22).

Yohanes Pembaptis mengatakan juga bahwa 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 (Yoh. 1:34). Metafora 𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 yang dikenakan kepada Yesus di Injil Yohanes kaya makna karena seluruh Injil Yohanes dari prolog (Yoh. 1:18) sampai akhir (Yoh. 20:31) berusaha mengungkapkan 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩. Sebagai Anak Allah hanya Yesus yang pernah melihat Allah sehingga hanya Yesus yang dimungkinkan untuk menyingkapkan Allah (Yoh. 1:18). Jadi, hanya ajaran Yesus, termasuk ajaran Yesus tentang Allah, yang layak dipercaya. 

𝗛𝗮𝗿𝗶 𝗞𝗲𝘁𝗶𝗴𝗮: 𝗠𝘂𝗿𝗶𝗱-𝗺𝘂𝗿𝗶𝗱 𝗬𝗲𝘀𝘂𝘀 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗣𝗲𝗿𝘁𝗮𝗺𝗮 𝗱𝗮𝗻 𝗞𝗲𝗱𝘂𝗮 (𝗬𝗼𝗵. 𝟭:𝟯𝟱-𝟰𝟮)

Pada hari ketiga Yohanes Pembaptis bersaksi kepada dua muridnya bahwa 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘋𝘰𝘮𝘣𝘢 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 (Yoh. 1:35). Sesudah mendengar kesaksian gurunya, kedua murid itu lalu pergi mengikut Yesus. Satu dari dua orang murid Yohanes Pembaptis itu adalah Andreas, saudara Simon Petrus. Jadi, dua murid pertama Yesus adalah Andreas dan tanpa nama. Keduanya adalah (mantan) murid Yohanes Pembaptis. 

Andreas lalu memberitahu Simon Petrus bahwa ia sudah menemukan Mesias. Simon Petrus adalah murid ketiga setelah ia dikenalkan kepada Yesus oleh Andreas. Simon Petrus dapat juga disebut sebagai murid gelombang kedua. Andreas adalah murid pertama yang mengakui Yesus adalah Mesias menurut Injil Yohanes. Bahkan kalau kita membaca sampai ayat 49, Natanael, murid Yesus gelombang berikutnya, adalah yang pertama menyebut Yesus adalah Anak Allah. Simon Petrus tidak berbicara apa pun di sepanjang pasal 1.

Bandingkan dengan Injil sinoptis yang menulis bahwa Petrus adalah murid pertama Yesus dan yang pertama mengakui Yesus sebagai Mesias beberapa saat sebelum perjalanan Yesus ke Yerusalem (Mrk. 8:29; Mat. 16:16; Luk. 9:20). Tampaknya perbedaan ini adalah jejak atau petunjuk bahwa jemaat atau komunitas penulis Injil Yohanes ini dimusuhi dan didera oleh pemimpin-pemimpin Yahudi sehingga menomorduakan Simon Petrus yang teologinya pro-Yahudi di dunia nyata.

Yang menarik saat Yesus bertanya kepada dua calon murid-Nya yang sekaligus ucapan pertama Yesus dalam Injil Yohanes adalah 𝘈𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘤𝘢𝘳𝘪? (Yoh. 1:38). 𝘞𝘩𝘢𝘵 𝘢𝘳𝘦 𝘺𝘰𝘶 𝘭𝘰𝘰𝘬𝘪𝘯𝘨 𝘧𝘰𝘳? (NRSV). 𝘞𝘩𝘢𝘵 𝘥𝘰 𝘺𝘰𝘶 𝘸𝘢𝘯𝘵? (NIV).

Jika kita ingin menjadi murid Yesus, apa yang sebenarnya kita inginkan dari Yesus? Tampaknya penulis Injil Yohanes berpendapat bahwa 𝗺𝗼𝘁𝗶𝘃𝗮𝘀𝗶 𝗱𝗮𝘀𝗮𝗿 untuk menjadi murid Yesus adalah 𝗵𝗮𝗹 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗽𝗮𝗹𝗶𝗻𝗴 𝗽𝗲𝗻𝘁𝗶𝗻𝗴 atau hakiki.

Dari pembukaan Injil Yohanes saja kita sudah melihat perbedaan dengan Injil sinoptik (Matius, Markus, dan Lukas).
• Yohanes Pembaptis versi Injil Yohanes berbeda dari Yohanes Pembaptis versi Injil sinoptik.
• Yesus versi Injil Yohanes berbeda dari Yesus versi Injil sinoptik.
• Murid-murid Yesus yang pertama versi Injil Yohanes berbeda dari murid-murid Yesus yang pertama versi Injil sinoptik.

Umat Kristen yang benar-benar membaca empat kitab Injil sepatutnya menyadari bahwa cerita Injil bukanlah laporan jurnalistik historis, melainkan kesaksian iman yang subjektif. Lewat cerita Injil yang berbeda para pengarang Injil memberi kesaksian iman mereka masing-masing. Kita justru beruntung saat ini memiliki banyak versi yang memerkaya pandangan kita tentang Yesus. Bukan tunggal. 

Lapangan Pancasila, 14.01.2023 (T)

Malpraktik Agama, Serial Sudut Pandang

Malpraktik Agama, Serial Sudut Pandang

Susy menderita sakit parah cukup lama. Setiap hari Susy harus meminum beberapa obat, yang menurut dokter, wajib dikonsumsi. Susy sangat frustrasi dengan penyakitnya; dia ingin sembuh; jalan apa pun akan ditempuhnya. Suatu saat Susy mengunjungi ibadah penyembuhan yang dipimpin oleh seorang rohaniawan. Konon, doa sang rohaniawan sangat ‘tokcer.’ Segala penyakit yang didoakan, selalu hilang lenyap. Susy datang dengan harapan sangat besar.Susy didoakan secara khusus. Setelah didoakan, dia belum merasakan kesembuhan. Susy tetap berharap. Sang rohaniawan mengatakan bahwa kesembuhan tidak terjadi bukan karena Allah yang salah, tetapi karena iman Susy terlalu lemah. Dua hal wajib dilakukannya untuk membuktikan imannya. Pertama, memberikan persembahan kepada Allah. Tentu saja melalui sang rohaniawan. Kedua, membuang segala obat-obatan yang diberikan dokter. “Kita harus bergantung pada kuasa penyembuhan, bukan pada obat apa pun,” kata sang rohaniawan. Susy mengamininya.Susy melakukan apa yang dikatakan oleh sang rohaniawan. Dia memberikan persembahan; cukup besar jumlahnya. Susy membuang obat-obatan yang rutin diminumnya. Susy berharap mujizat itu datang. Sayangnya….., gara-gara tidak lagi mengkonsumsi obat-obatan yang rutin diminumnya, penyakitnya kambuh, bahkan semakin parah. Beberapa minggu kemudian, Susy dijemput oleh kematian. Inilah  malpraktik agama!Kevin punya pengalaman yang hampir sama dengan Susy. Akibat kecelakaan lalu lintas, Kevin menderita kelumpuhan. Efeknya, rasa percaya dirinya terkikis; dia frustrasi. Syukurnya, dia punya sedikit dana pesangon. Dana itu dari kantor yang dulu mempekerjakannya. Kevin berencana menggunakannya untuk usaha kecil-kecilan. Tetapi, rencana itu urung dilakukan.Kevin justru menyumbangkan seluruh dananya untuk pelayanan. Bagaimana itu bisa terjadi? Saat seorang pengkhotbah yang mengklaim diri ‘penyembuh ilahi’ datang ke kotanya, Kevin mengikuti ibadahnya.Dalam ibadah itu, Kevin diingatkan untuk memberikan apa pun yang dia miliki sebagai tanda kesetiaan dan imannya. Kevin melakukannya dengan taat. Sang penyembuh ilahi meyakinkannya dengan janji bahwa Allah sendiri pasti membalasnya dengan kesehatan dan kekayaan yang berlimpah ruah. Siapa yang tidak mau? Kevin mau dan dia yakin akan janji itu. Dia berharap!Beberapa bulan berlalu, Kevin tetap lumpuh. Dananya ludes,  ekonominya terpuruk. Kevin frustrasi berat. Kini dia mendekam di rumah sakit jiwa. Lagi-lagi malpraktik agama.

 

Malpraktik

Kedua kasus di atas hanyalah segelintir dari ribuan kasus-kasus malpraktik agama. Lalu, apa itu malpraktik? Malpraktik atau malpractice dikenal dalam dunia kedokteran. Berasal dari gabungan dua kata ‘mal’ dan ‘practice’. Mal artinya buruk. Practice artinya tindakan. Secara hurufiah artinya suatu tindakan medik yang buruk.Sesungguhnya malpraktik terjadi di segala bidang kehidupan; di dalam dunia bisnis, dalam dunia politik, dan bahkan juga dalam dunia keagamaan.Malpraktik dalam dunia keagamaan inilah yang diangkat oleh David W. Jones dan Russells S. Woodbridge dalam bukunya “Health, Wealth and Happiness.” Menurut Jones and Woodbridge, malpraktik dalam dunia keagamaan ini dipraktekkan oleh prosperity gospel. Di Indonesia prosperity gospel dikenal dengan nama teologi sukses.Para pengkhotbah teologi sukses memberi janji-janji yang memabukkan umat pendengarnya. Mereka selalu mengatakan umat harus memiliki iman yang kuat. Sampai di situ tidak masalah. Tetapi selanjutnya, mereka akan ‘menuntut’ agar umat membuktikan imannya dengan memberikan persembahan. Para pengkhotbah ini memberi harapan bahwa Tuhan akan membalas para penyumbang itu dengan kesehatan dan kekayaan yang melimpah. Berkat Tuhan akan mengalir bagaikan air sungai yang deras. Tentu saja, kalimat-kalimat mereka lebih ‘powerful’ karena dibalut dengan ayat-ayat suci. Umat diyakinkan untuk melakukan apa yang mereka kehendaki. Menurut Jones dan Woodbridge, di situlah persoalan teologisnya. Orang datang bukan untuk mencari Yesus. Para pengkhotbah juga tidak memberitakan Yesus Kristus. Umat datang untuk mendengar janji-janji kekayaan dan kesehatan yang dilontarkan pengkhotbahnya.Janji-janji itu adalah ilusi dunia sekuler yang masuk dalam ranah keagamaan. Banyak orang mengalami kekecewaan karena termakan ilusi kosong itu. Aspek lain lagi adalah orang memberi persembahan bukan karena cinta Tuhan. Mereka datang karena ingin mendapatkan lebih banyak lagi berkat dari Tuhan. Umat seperti pemancing yang mengumpan cacing untuk dapat ikan kakap. Tuhan ‘disogok’ agar memberi mereka kesuksesan.Tahukah anda bahwa yang semakin sukses dan semakin kaya adalah para pengkhotbah itu sendiri. Itulah sebabnya kebanyakan para pengkhotbah teologi sukses itu sangat sukses dan kaya raya. Mereka memiliki pesawat, mobil dan rumah yang super mewah. Mereka bisa begitu karena menerapkan malpraktik teologi yang namanya teologi sukses. Rasanya sudah saatnya gereja atau institusi agama mana pun untuk mengajarkan umat bersikap kritis terhadap malpraktek keagamaan. Agama memang mengajarkan banyak kebaikan, tetapi agama pun bisa digunakan untuk mengelabui siapa pun, termasuk kita.

Cepogo
11 Jan 2023

(T)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...