Motif terbunuhnya Brigadir Joshua masih kabur. Kebenaran belum terungkap. Maklum ada berbagai upaya mencegah terungkapnya kebenaran. Pengakuan Irjen. Ferdy Sambo pun termasuk di situ. Ferdy Sambo berupaya mengaburkan kebenaran. Dia berbohong! Berbagai cerita liar pun makin berseliweran di media sosial. Muncul berbagai versi cerita, baik dari institusi kepolisian, Komnas HAM, LPSK, Komnas Perempuan, wartawan, dan sebagainya. Kadang ada potongan-potongan cerita yang hampir sama, tetapi banyak yang saling bertentangan.
Percayalah, masyarakat menyoroti peristiwa ini dengan sangat kritis. Mengapa? Karena ini bukan soal kemanusiaan, tetapi juga karena peristiwa ini pun menyangkut keamanan masyarakat. Peristiwa tragis ini melibatkan banyak oknum kepolisian. Dan kita tahu bahwa tugas kepolisian adalah menjaga dan menjamin hak, kenyamanan dan keamanan seluruh masyarakat. Bila secara moral oknum polisinya bermasalah, ujungnya masyarakat juga akan menjadi korbannya. Jadi, tidak heran bila masyarakat mempertanyakan mengapa hasil otopsi yang pertama berbeda dari yang kedua. Versi mana yang paling mendekati kebenaran? Kini, integritas institusi kepolisian yang hampir runtuh dipertaruhkan. Masyarakat mengharapkan kasus ini ditelanjangi dan kebenaran terungkap. Jadi, sejak awal yang dipertaruhkan dalam kasus ini adalah kebenaran. Tetapi, apakah kebenaran itu?
Apakah Kebenaran Itu?
Sidney Hook, filsuf aliran pragmatisme dari Amerika Serikat, menceritakan sebuah joke yang diambilnya dari Newsweek. Cerita itu begini: ketika Gagarin, astronot Uni Soviet, kembali ke bumi sesudah penerbangannya ke luar ruang angkasa, Kruschev bertanya kepadanya secara diam-diam: ” Adakah anda di angkasa luar melihatNya. Boleh anda menceritakannya kepada saya. Saya tidak akan meneruskannya.” “Ya saya telah melihatNya,” jawab Gagarin. Kata Kruschev pula, “Pikir saya memang begitu, tetapi janganlah menceritakan kepada siapa pun juga. Kalau diceritakan, seluruh gerakan komunis akan runtuh.” Kemudian ketika Gagarin mengelilingi dunia, di Roma secara diam-diam Paus menanyakan hal yang sama, dan kata Gagarin, “Saya tidak melihatNya.” Lalu kata Paus: “ Sangka saya memang begitu, tetapi jangan anda menceritakan kepada orang lain. Kalau diceritakan kaum Katolik akan kecewa.” Sekali lagi cerita di atas ini hanya joke, tetapi makna di balik joke ini sangat penting. Maknanya adalah adanya kesangsian pada apa yang didaku sebagai kebenaran.
Kita hidup dalam jaman dimana setiap klaim terhadap kebenaran, termasuk kebenaran agama, terbuka untuk selalu dipertanyakan. Jangan salah! Orang tidak bertanya karena meragukan adanya kebenaran. Orang bertanya karena tidak ingin terjebak pada berbagai trik, kebohongan dan tipuan. Maklum orang bisa menggunakan apa pun, termasuk agama, untuk kepentingannya sendiri. Kembali pada soal kebenaran! Kita tahu bahwa suatu klaim kebenaran bisa saja tidak sesuai dengan data dan fakta yang ada. Sebaliknya, bisa juga data dan fakta disesuaikan dengan konstruksi kebenaran yang dilesakkan di tengah masyarakat. Masyarakat merasa khawatir kedua pola itu digunakan dalam kasus Brigadir Joshua.
Oleh karena itu, pencarian kebenaran menjadi pergumulan serius. Dan itu sudah sejak dahulu kala. Pantas saja Pilatus bertanya: “Apakah kebenaran itu?” (Yohanes 18:38). Apakah kebenaran itu suatu kenyataan Ilahi yang harus dia percayai karena hadir tepat di hadapannya atau apakah kebenaran itu suatu konstruksi sosial yang menyihir masyarakat Yahudi agar percaya bahwa Yesus (kata lain dari: Joshua) memang bersalah. Pilatus di persimpangan!
Kebenaran yang Menyembuhkan
Masyarakat Indonesia pasti berharap agar ujung dari kasus Brigadir Joshua ini adalah kemampuan dan keberanian institusi kepolisian mengungkapkan kebenaran dan menegakkan keadilan secara lugas dan tuntas. Penanganan terhadap insiden yang dialami Brigadir Joshua adalah batu ujian yang sangat serius bagi institusi kepolisian.
Muncul pertanyaan masyarakat: Mengingat banyaknya oknum kepolisian yang terlibat, apakah institusi kepolisian memiliki cukup integritas untuk menangani secara tegas dan obyektif kasus kriminalitas ini? Apakah aparat kepolisian mampu mengatasi solidaritas perkawanan demi tegaknya norma dan nilai kebenaran dan keadilan? Tentu saja kita berharap aparat kepolisian bisa membuktikan bahwa siapa pun pelaku kriminalitas akan ditindak tegas dan akan diajukan ke pengadilan. Masyarakat berharap sangat pada integritas dan kejujuran aparat kepolisian. Masyarakat harapkan kasus ini bisa ditangan secara transparan dan akuntabilitas. Tidak ada apa pun yang perlu ditutup-tutupi lagi.
Tugas terbesar institusi kepolisian adalah memulihkan kembali kepercayaan masyarakat yang sempat hilang akibat adanya insiden ini. Aparat kepolisian harus bekerja sangat keras dan serius untuk mengungkapkan kebenaran dan terutama menegakkan keadilan. Tegaknya kebenaran dan keadilan adalah faktor yang sangat penting dalam proses penyembuhan dan pemulihan bagi semua: bagi keluarga besar Brigadir Joshua, bagi integritas dan moralitas institusi kepolisian, bagi pemerintahan Jokowi, serta bagi kenyamanan dan keamanan seluruh masyarakat dan bangsa. Moga diujung penyelidikan insiden ini, masyarakat kita tidak akan seperti Pilatus yang dalam kebingungan bertanya: apakah kebenaran itu? (T)
Cepogo
24 Agustus 2022