Jumat, 11 Oktober 2024

SUDUT PANDANG MARKUS 10:17-31, 𝗨𝗻𝘁𝗮 𝗺𝗲𝗹𝗲𝘄𝗮𝘁𝗶 𝗹𝘂𝗯𝗮𝗻𝗴 𝗷𝗮𝗿𝘂𝗺


SUDUT PANDANG MARKUS 10:17-31, 𝗨𝗻𝘁𝗮 𝗺𝗲𝗹𝗲𝘄𝗮𝘁𝗶 𝗹𝘂𝗯𝗮𝗻𝗴 𝗷𝗮𝗿𝘂𝗺

Yesus dalam mengajar kerap menggunakan perumpamaan baik dalam bentuk cerita maupun satu kalimat yang mudah diingat. Perumpamaan merupakan bahasa kiasan atau analogi untuk pembandingan baik sejajar maupun berlawanan secara hiperbolik. Contoh, mengeluarkan balok kayu di dalam mata sebelum menghakimi orang lain. 𝘌𝘮𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢 balok kayu dapat masuk ke mata?

Hari ini adalah Minggu kedua puluh satu setelah Pentakosta. Bacaan ekumenis diambil dari Markus 10:17-31 yang didahului dengan Amos 5:6-7, 10-15, Mazmur 90:12-17, dan Ibrani 4:12-16.

Perikop bacaan Minggu ini yang diberi judul oleh LAI 𝘖𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘺𝘢 𝘴𝘶𝘬𝘢𝘳 𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬 𝘬𝘦 𝘒𝘦𝘳𝘢𝘫𝘢𝘢𝘯 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 merupakan sambungan bacaan Minggu lalu. Kita masih ingat satu perikop Minggu lalu tentang 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘪 𝘢𝘯𝘢𝘬-𝘢𝘯𝘢𝘬 bernasabah langsung dan hendak dikontraskan dengan bacaan Minggu ini. Bacaan harus dipandang dalam narasi 𝘱𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘫𝘶 𝘠𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘭𝘦𝘮.

Pengulasan bacaan dibagi ke dalam empat bagian:

🛑 Menuruti semua perintah (ay. 17-20)
🛑 Juallah hartamu! (ay. 21-22)
🛑 Unta melewati lubang jarum (ay. 23-27)
🛑 Harga mengikut Yesus (ay. 28-30)

𝗠𝗲𝗻𝘂𝗿𝘂𝘁𝗶 𝘀𝗲𝗺𝘂𝗮 𝗽𝗲𝗿𝗶𝗻𝘁𝗮𝗵 (ay. 17-20)

Sesudah Yesus memberkati anak-anak (ay. 16), Yesus meneruskan perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Datanglah seseorang berlari-lari mendapatkan Yesus dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya, “𝘎𝘶𝘳𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘪𝘬, 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘬𝘶𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘳𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘬𝘢𝘭?” (ay. 17) Jawab Yesus, “𝘔𝘦𝘯𝘨𝘢𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘶𝘬𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘢𝘪𝘬? 𝘛𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘶𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘫𝘢.” (ay. 18)

Perlu kita perhatikan bahwa teks tidak menyebut apa pun tentang status orang yang berlari-lari mendapati Yesus itu. Yang dapat kita tafsir di sini bahwa Yesus adalah rabi terkenal sehingga membuat orang itu bergegas mendapati-Nya. Orang itu hendak berkonsultasi dengan Yesus dan sikapnya sangat serius dengan bertelut di hadapan Yesus. Sampai-sampai ia menyebut Yesus dengan sapaan 𝘎𝘶𝘳𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘪𝘬. Sapaan dengan sebutan 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘪𝘬 sangatlah tak lazim di kalangan Yahudi. Di dalam Yudaisme sebutan 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘪𝘬 hanya untuk Allah, satu-satunya sumber norma kebaikan. Itu sebabnya Yesus menolak sebutan itu.

Pertanyaan orang itu bercorak eskatologis, tetapi melihat pertanyaannya 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘬𝘶𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵 bertolak belakang dengan hidup kekal yang semata-mata pemberian Allah (lih. ay. 15). Frase 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘳𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘬𝘢𝘭 diterjemahkan dari 𝘻oe𝘯 𝘢𝘪o𝘯𝘪𝘰𝘯 𝘬𝘭e𝘳𝘰𝘯𝘰𝘮e𝘴o yang berarti literal 𝘮𝘦𝘸𝘢𝘳𝘪𝘴𝘪 𝘛𝘢𝘯𝘢𝘩 𝘛𝘦𝘳𝘫𝘢𝘯𝘫𝘪. Menurut pandangan orang-orang Farisi hidup kekal dapat diwarisi dengan melakukan petunjuk-petunjuk hukum Taurat dan adat istiadat. Tampaknya orang ini meminta penegasan dari Yesus.

Kata Yesus, “𝘌𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘵𝘢𝘩𝘶𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩-𝘱𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘪𝘯𝘪: 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘯𝘶𝘩, 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘻𝘪𝘯𝘢, 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘶𝘳𝘪, 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘴𝘢𝘬𝘴𝘪𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘭𝘴𝘶, 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘱𝘶 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨, 𝘩𝘰𝘳𝘮𝘢𝘵𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘺𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘪𝘣𝘶𝘮𝘶!” (ay. 19) Yesus tidak meremehkan orang itu dalam hal pengetahuannya tentang hukum Taurat. Ini dapat dilihat ucapan Yesus atas pertanyaannya 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘬𝘶𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵. Bahkan Yesus menegaskan pengetahuannya dengan ungkapan 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘵𝘢𝘩𝘶𝘪 (𝘰𝘪𝘥𝘢𝘴). Semua perintah itu merujuk hubungan antar-sesama.

Jawab orang itu kepada Yesus, “𝘎𝘶𝘳𝘶, 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘬𝘶𝘵𝘶𝘳𝘶𝘵𝘪 𝘴𝘦𝘫𝘢𝘬 𝘮𝘢𝘴𝘢 𝘮𝘶𝘥𝘢𝘬𝘶.” (ay. 20) Tepat sekali perkataan Yesus bahwa orang itu sudah menuruti semua hukum Taurat sejak masa mudanya, yang dalam tradisi Yahudi sejak berusia 12. Jawabannya pun penuh percaya diri.

𝗝𝘂𝗮𝗹𝗹𝗮𝗵 𝗵𝗮𝗿𝘁𝗮𝗺𝘂! (ay. 21-22)

Atas jawaban orang itu yang penuh percaya diri Yesus memandang dia dan mengasihinya, lalu kata Yesus kepadanya, “𝘏𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘬𝘦𝘬𝘶𝘳𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘮𝘶: 𝘗𝘦𝘳𝘨𝘪𝘭𝘢𝘩, 𝘫𝘶𝘢𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘶𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘪𝘴𝘬𝘪𝘯, 𝘮𝘢𝘬𝘢 𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪 𝘩𝘢𝘳𝘵𝘢 𝘥𝘪 𝘴𝘶𝘳𝘨𝘢, 𝘬𝘦𝘮𝘶𝘥𝘪𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘦𝘮𝘢𝘳𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘪𝘬𝘶𝘵𝘭𝘢𝘩 𝘈𝘬𝘶.” (ay. 21) Atas perkataan itu mukanya muram, lalu ia pergi dengan sedih, sebab banyak harta miliknya. (ay. 22) Baru di bagian ini kita mengetahui bahwa orang itu sangat kaya yang disampaikan oleh narator 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘣 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘩𝘢𝘳𝘵𝘢 𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘯𝘺𝘢.

Dikatakan bahwa Yesus 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘴𝘪𝘩𝘪𝘯𝘺𝘢. Tidak dijelaskan oleh Markus bentuk kasih Yesus. Mungkin Yesus tidak mau memermalukannya dengan ucapan 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘬𝘦𝘬𝘶𝘳𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘮𝘶. Perintah Yesus ini sering dimaknai atau ditafsir kiasan oleh kaum Kristen fundamentalis. Mereka memilih teks-teks yang seolah-olah mendukung ideologi mereka, tetapi menutup mata atau menafikan teks yang dipandang oleh banyak ahli sebagai ucapan Yesus-historis. Bagaimana memahami teks ini?

Sejak episode 𝘗𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶𝘢𝘯 𝘗𝘦𝘵𝘳𝘶𝘴 di pasal 8, tema besar Injil Markus berpautan dengan 𝘱𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘫𝘶 𝘠𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘭𝘦𝘮. Yesus mengajarkan implikasi menjadi murid-murid-Nya. Pengajaran Yesus kepada murid-murid-Nya radikal!

• Murid Yesus harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikut-Nya. Mengikut-Nya berarti berjalan di belakang-Nya, bukan di depan-Nya.
• Murid Yesus harus menjadi yang terakhir dan pelayan bagi sesama 
• Murid Yesus yang menyesatkan 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘤𝘪𝘭 ditendang keluar dari jemaat 
• Murid Yesus yang menceraikan pasangannya, ia berzina 

Nah, persis sebelum bacaan Minggu ini Yesus mengajarkan bagaimana sikap murid menyambut kehadiran Kerajaan Allah, yang dengan kata lain hidup kekal. Kata Yesus, “𝘚𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶: 𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘮𝘣𝘶𝘵 𝘒𝘦𝘳𝘢𝘫𝘢𝘢𝘯 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝙨𝙚𝙥𝙚𝙧𝙩𝙞 𝙨𝙚𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙖𝙣𝙖𝙠 𝙠𝙚𝙘𝙞𝙡, 𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬 𝘬𝘦 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮𝘯𝘺𝘢.” (Mrk. 10:15).

Seperti anak-anak itu kayak apa sih? Kata anak-anak di ayat 14-15 diterjemahkan dari 𝘱𝘢𝘪𝘥𝘪𝘢, kata yang sama dengan anak di Markus 9:36. Kata paidia juga merujuk budak, orang-orang marginal, atau dengan kata lain orang-orang yang tak berdaya. Anak-anak tanpa orangtua atau orang dewasa menjadi tak berdaya. Mereka tidak mampu berdiri sendiri. Anak-anak membutuhkan pertolongan, perlindungan, belarasa dari pihak yang kuat dhi. orangtua atau orang dewasa. Tentu saja anak-anak bersukacita menyambut saat melihat ada pertolongan, perlindungan, dan belarasa tiba. Hidup kekal atau masuk ke dalam Kerajaan Allah semata-mata anugerah Allah. Allah memberi anugerah, manusia menyambut; sambutan meriah seperti anak-anak, orang-orang tak berdaya, tak punya apa-apa.

Sikap seperti anak-anak di atas 𝗱𝗶𝗸𝗼𝗻𝘁𝗿𝗮𝘀𝗸𝗮𝗻 dengan orang yang percaya diri karena kaya, banyak hartanya, dan menuruti segala perintah hukum Taurat. Apakah orang kaya itu pelit? Tampaknya tidak pelit, karena dengan menuruti segala perintah hukum Taurat ia pastilah bersedekah. Bersedekah sendiri dipandang sebagai harta di surga yang menjamin hidup kekal. Namun, bagi Yesus itu belum cukup untuk mengikuti-Nya. Yesus memberi tantangan sangat radikal: 𝘫𝘶𝘢𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘶𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘪𝘴𝘬𝘪𝘯 … 𝘥𝘢𝘯 𝘪𝘬𝘶𝘵𝘭𝘢𝘩 𝘈𝘬𝘶. 

Berkebalikan dengan orang-orang tak berdaya, orang kaya dan orang yang selalu menuruti peintah hukum Taurat, sangat percaya diri sehingga tak perlu meminta-minta. Padahal hidup kekal itu anugerah Allah dan terbuka bagi orang yang mau menyambut dan menerimanya. Orang tidak dilarang untuk menjadi kaya, tetapi ia perlu mengubah wawasan untuk peka menolong, melindungi, berbelarasa kepada orang-orang tak berdaya, tidak sekadar menuruti segala perintah hukum Taurat. Tuntutan Yesus memang radikal, yang menghendaki manusia seutuhnya. Hal-hal yang dipandang akan menjadi batu sandungan atau menerbitkan skandal, seperti banyak harta, harus disingkirkan. 

𝗨𝗻𝘁𝗮 𝗺𝗲𝗹𝗲𝘄𝗮𝘁𝗶 𝗹𝘂𝗯𝗮𝗻𝗴 𝗷𝗮𝗿𝘂𝗺 (ay. 23-27)

Percakapan Yesus dengan orang kaya itu berakhir negatif sehingga mengundang percakapan baru antara Yesus dan murid-murid-Nya. Yesus memandang mereka dan berkata, “𝘈𝘭𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘩 𝘴𝘶𝘬𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘩𝘢𝘳𝘵𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬 𝘬𝘦 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘒𝘦𝘳𝘢𝘫𝘢𝘢𝘯 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩.” Mereka tercengang mendengar perkataan Yesus, tetapi Ia berkata lagi, “𝘈𝘯𝘢𝘬-𝘢𝘯𝘢𝘬-𝘒𝘶, 𝘢𝘭𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘩 𝘴𝘶𝘬𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬 𝘬𝘦 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘒𝘦𝘳𝘢𝘫𝘢𝘢𝘯 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩. 𝘓𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘮𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘦𝘬𝘰𝘳 𝘶𝘯𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘸𝘢𝘵𝘪 𝘭𝘶𝘣𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘢𝘳𝘶𝘮 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘺𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬 𝘬𝘦 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘒𝘦𝘳𝘢𝘫𝘢𝘢𝘯 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩.” (ay. 23-25) Mereka makin tercengang dan berkata seorang kepada yang lain, “𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘥𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘢𝘯, 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘥𝘪𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯?” (ay. 26)

Mengapa murid-murid tercengang? Orang-orang Yahudi meyakini kekayaan justru tanda berkat Allah (Ayb. 1:10; Mzm. 128; Yes. 3:10). Mereka tidak pernah membayangkan kekayaan dapat menjadi batu sandungan atau skandal untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Orang saleh adalah orang yang memberi sedekah, berpuasa, dan berdoa. Bagaimana mungkin orang dapat bersedekah, jika tidak memiliki apa-apa? Hal ini sangat mengejutkan para murid sehingga mereka tercengang. Ketercengangan murid-murid bertambah ketika Yesus menyampaikan perumpamaan tentang seekor unta melewati lubang jarum. Hewan terbesar di Tanah Yudea bisa melewati lubang sangat kecil?

Kata unta diterjemahkan dari 𝘬𝘢𝘮e𝘭𝘰𝘯, yang bunyinya mirip dengan 𝘬𝘢𝘮𝘪𝘭𝘰𝘯 (tali kapal). Ada yang menafsir bahwa teks ini merujuk tali kapal, bukan unta. Ada juga yang menafsir lubang jarum (𝘵𝘳𝘺𝘮𝘢𝘭𝘪𝘢𝘴 𝘵e𝘴 𝘳𝘩𝘢𝘱𝘩𝘪𝘥𝘰𝘴) sebagai sebutan untuk pintu kecil pada gerbang tembok kota Yerusalem. Tafsir ini tampak masuk akal. Namun, teks kiasan ini sebenarnya hendak 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗼𝗻𝘁𝗿𝗮𝘀𝗸𝗮𝗻 perbandingan secara hiperbolik. Apabila 𝘬𝘢𝘮e𝘭𝘰𝘯 dimaknai sebagai tali kapal dan lubang jarum ditafsir sebagai pintu kecil tidak akan membuat para murid makin tercengang.

Kiasan hiporbolik dari Yesus itu menimbulkan pertanyaan bercorak eskatologis dari murid-murid-Nya. Jika demikian atau jika memang benar (lebih mudah seekor unta masuk ke lubang jarum), maka tak seorang pun mendapat hidup kekal, kata mereka. Mendengar itu Yesus memandang mereka dan berkata, “𝘉𝘢𝘨𝘪 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘩𝘢𝘭 𝘪𝘵𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘥𝘪, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩, 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘣 𝘴𝘦𝘨𝘢𝘭𝘢 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩.” (ay. 27)

Hidup kekal adalah anugerah Allah dan terbuka bagi siapa saja yang menyambutnya. Oleh karena anugerah dalam menyambut dan menerima haruslah bersikap seperti anak-anak, tak berdaya, karena tidak ada upaya apa pun dari manusia untuk dapat meraihnya. Dengan mengakui tak berdaya hal yang tak mungkin menjadi mungkin.

𝗛𝗮𝗿𝗴𝗮 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗶𝗸𝘂𝘁 𝗬𝗲𝘀𝘂𝘀 (ay. 28-30)

Atas ucapan Yesus kepada orang kaya itu dan pengajuan perumpamaan tentang unta kepada para murid lalu Petrus berkata kepada-Nya, “𝘒𝘢𝘮𝘪 𝘪𝘯𝘪 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘢𝘭𝘢 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘶𝘵 𝘌𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶!” (ay. 28 ) Pernyataan Petrus, yang kerap dianggap mewakili rekan-rekannya, mengusung kebanggaan sekaligus kegalauan. Bangga karena mereka lebih berani daripada orang kaya itu untuk meninggalkan segalanya demi mengikut Yesus. Galau karena sulit sekali mendapat hidup kekal bagai unta melewati lubang jarum. Jawaban Yesus pun melegakan sekaligus menantang mereka.

Jawab Yesus kepada mereka, “𝘚𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶: 𝘚𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘈𝘬𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘐𝘯𝘫𝘪𝘭 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯
• 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘵𝘢𝘶
• 𝘴𝘢𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘢𝘬𝘪-𝘭𝘢𝘬𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘶
• 𝘴𝘢𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘢𝘵𝘢𝘶
• 𝘪𝘣𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘵𝘢𝘶
• 𝘣𝘢𝘱𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘵𝘢𝘶
• 𝘢𝘯𝘢𝘬-𝘢𝘯𝘢𝘬-𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘵𝘢𝘶
•𝘭𝘢𝘥𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢

𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘻𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘴𝘦𝘳𝘢𝘵𝘶𝘴 𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘭𝘪𝘱𝘢𝘵
• 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩,
• 𝘴𝘢𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢 𝘭𝘢𝘬𝘪-𝘭𝘢𝘬𝘪,
• 𝘴𝘢𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯,
• 𝘪𝘣𝘶,
• 𝘢𝘯𝘢𝘬, 𝘥𝘢𝘯
• 𝘭𝘢𝘥𝘢𝘯𝘨

𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪𝘱𝘶𝘯 𝘥𝘪𝘴𝘦𝘳𝘵𝘢𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘪𝘢𝘺𝘢𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘻𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘬𝘢𝘭.” (ay. 29-30)

Markus menyajikan daftar hal-hal yang ditinggalkan oleh para murid. Dalam kekristenan perdana ucapan Yesus itu benar-benar terpenuhi. Para murid dianiaya oleh penguasa karena menjadi pengikut Yesus dan mengabarkan Injil. Namun, mereka mendapat ganjaran seratus kali lipat. Sebagai contoh, mereka yang kehilangan saudara mendapat saudara yang baru di dalam keluarga Allah dhi. jemaat Kristen. Ratusan! Harta yang ditinggalkan juga diganti seratus kali lipat karena harta jemaat adalah harta bersama. Tidak disebut ayah karena Allah adalah Bapa.

Itu duluuu dalam masa kekristenan perdana. Dalam kehidupan Gereja modern hal itu hampir mustahil terjadi. Pejabat gerejawi hanya mengamankan diri mereka sendiri. Lebih mudah seekor unta melewati lubang jarum daripada pejabat gerejawi mau mendengarkan.

(13102024)(TUS)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...