Senin, 14 Oktober 2024

HAK ASASI HEWAN, SERIAL SUDUT PANDANG

HAK ASASI HEWAN, SERIAL SUDUT PANDANG
================



Hari ini adalah Hari Hak Asasi Binatang Sedunia diperingati setiap tanggal 15 Oktober. Peringatan ini ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 1978 dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Binatang. 

Peringatan Hari Hak Asasi Binatang Sedunia bertujuan untuk:
1. Mengakui, menghormati, dan melindungi hak-hak binatang
2. Menyadari dampak aktivitas manusia terhadap kehidupan satwa liar
3. Mendorong tindakan nyata dalam melindungi keanekaragaman hayati Bumi.

Hak asasi hewan pada peradaban kuno tidak diakui secara formal seperti yang kita pahami saat ini, namun beberapa budaya dan agama memiliki aturan atau prinsip yang mendorong perlakuan baik terhadap hewan. Beberapa contoh perlakuan baik pada hewan dari beberapa peradaban kuno yang dikenal oleh para penulis dan tokoh-tokoh Alkitab adalah:

1. Peradaban Mesir Kuno.
Mesir Kuno dikenal karena menghormati hewan, terutama hewan-hewan yang dianggap suci. Kucing, misalnya, dipuja sebagai simbol perlindungan dan keberuntungan, dan ada hukuman keras bagi siapa saja yang menyakiti atau membunuh kucing. Beberapa hewan seperti sapi juga dihormati karena terkait dengan dewa tertentu.

2. Peradaban Babilonia dan Asyur Kuno
Di Babilonia dan Asyur, hewan dipandang sebagai alat kerja dan korban untuk ritual persembahan, terutama dalam konteks keagamaan. Meskipun sumber tertulis dari wilayah ini tidak banyak membahas hak-hak hewan secara eksplisit, terdapat bukti bahwa beberapa hewan dianggap penting dalam praktik keagamaan dan diberi perlakuan khusus. Hukum Hamurabi mencatat beberapa aturan mengenai hewan, terutama terkait kepemilikan dan tanggung jawab manusia terhadap hewan ternak. Meskipun fokusnya adalah pada aspek ekonomi, ada juga pengakuan bahwa manusia bertanggung jawab atas perawatan dan kesejahteraan hewan, seperti dalam aturan yang menyebutkan bahwa pemilik harus mengganti kerugian jika hewan mereka terluka atau hilang karena kelalaian.

3. Pandangan Zoroastrianisme di Persia Kuno
Di Persia Kuno, Zoroastrianisme mengajarkan bahwa hewan merupakan bagian penting dari ciptaan dan harus dihormati. Menurut ajaran Zoroaster, manusia mempunyai tanggung jawab untuk melindungi hewan dan alam. Hewan-hewan seperti sapi sangat dihormati dalam agama ini, dan kekejaman terhadap mereka dianggap sebagai dosa. Kitab suci Avesta menyebutkan kewajiban untuk memperlakukan hewan ternak dengan baik dan mendorong untuk melindungi mereka dari penderita.

4. Peradaban Yunani dan Romawi Kuno.
Di Yunani dan Romawi Kuno, hewan terutama diperlakukan sebagai sumber makanan, hiburan, atau alat kerja, tetapi beberapa filsafat Yunani, seperti Pythagoras dan Plutarch , berbicara tentang etika perlakuan terhadap hewan. Pythagoras, misalnya, percaya pada transmigrasi jiwa (reinkarnasi) dan menentang kekerasan terhadap hewan, mempromosikan vegetarianisme. Berbeda dengan sikap Aristoteles, Theophrastus (c. 371 – c. 287 SM), salah satu murid Aristoteles, berpendapat bahwa hewan juga memiliki penalaran ( logismos ) dan menentang makan daging dengan alasan bahwa hal itu merampas kehidupan mereka dan karenanya tidak adil.

5. Peradaban India Kuno
Konsep hak moral bagi hewan diyakini sudah ada sejak zaman India Kuno khususnya dalam sejarah awal Jainisme dan Hindu. Parshwanatha , Tirthankara ke-23 , menghidupkan kembali Jainisme dan ahimsa pada abad ke-9 SM, yang menyebabkan gerakan hak-hak binatang yang radikal di Asia Selatan. Beberapa raja di India membangun rumah sakit untuk hewan, dan Kaisar Ashoka (304–232 SM) mengeluarkan perintah untuk tidak berburu dan menyembelih hewan, sejalan dengan ahimsa , doktrin tanpa kekerasan.

6. Israel Kuno 
Di Israel Kuno, hak asasi hewan tidak diakui secara eksplisit seperti saat ini, tetapi ada hukum dan prinsip yang menekankan perlakuan baik terhadap hewan, terutama dalam konteks agama dan moralitas. Dalam tradisi Yahudi, yang tercermin dalam Taurat (hukum Yahudi), terdapat beberapa aturan yang menunjukkan kepedulian terhadap kesejahteraan hewan. Hukum-hukum ini biasanya mencakup etika dalam penggunaan hewan untuk kerja dan konsumsi, serta larangan atas kekejaman yang tidak perlu yaitu "tza'ar ba'alei chayim" (צוּעַר בַּעֲלֵי חַיִּים), yang berarti "larangan menimbulkan penderitaan pada makhluk hidup." Ada prinsip-prinsip Kunci dari Alkitab tentang Perilaku terhadap Hewan:

A. Hewan adalah Bagian dari Ciptaan Tuhan.
- Kejadian 1:24-25 : Tuhan menciptakan semua binatang di darat, laut, dan udara, dan menyatakan bahwa semua ciptaan itu "baik." Hal ini menunjukkan bahwa hewan dianggap berharga dalam pandangan Tuhan.
- Kejadian 9:9-10 : Ketika Tuhan membuat perjanjian dengan Nuh setelah air bah, Dia juga menyertakan semua makhluk hidup dalam perjanjian itu, bukan hanya manusia, menunjukkan kepedulian Tuhan terhadap semua makhluk.

B. Larangan Menyiksa Hewan
- Keluaran 23:5, "Apabila engkau melihat rebah keledai musuhmu karena berat bebannya, maka janganlah engkau enggan menolongnya. Haruslah engkau rela menolong dia dengan membongkar muatan keledainya." Ini menunjukkan bahwa manusia harus memperhatikan kemampuan fisik hewan, bahkan jika hewan itu milik musuh.

- Ulangan 22:4: "Apabila engkau melihat keledai saudaramu atau lembunya rebah di jalan, janganlah engkau pura-pura tidak melihatnya, engkau harus menolong menegakkannya kembali." Ini menekankan tanggung jawab manusia untuk membantu hewan dalam kesusahan.

- Ulangan 22:6-7 : Melarang menangkap burung betina yang sedang mengerami telur atau menjaga anak-anaknya, dan diperintahkan agar burung betina dilepaskan jika sarangnya ditemukan. Ini mencegah anak-anaknya mati kelaparan.

C. Pemberian Makanan kepada Hewan
Menurut tradisi Yahudi, seseorang harus memberi makan hewan peliharaannya sebelum ia makan sendiri. Hal ini didasarkan pada ayat Ulangan 11:15, yang berbicara tentang memberi makan ternak terlebih dahulu sebelum diri sendiri, serta pada ajaran rabinik yang menekankan pentingnya tanggung jawab atas hewan yang berada di bawah perawatan manusia.

D. Kesejahteraan Hewan dalam Praktik Ritual.
Dalam tradisi Yahudi kuno, hewan sering digunakan dalam ritual persembahan di Bait Suci (sebelum kehancurannya), hewan digunakan sebagai bagian dari ibadah. Namun, ada hukum ketat yang mengatur bagaimana hewan diperlakukan, termasuk larangan menyembelih hewan dengan cara yang menyebabkan penderitaan yang tidak perlu.
Ritual penyembelihan yang dikenal sebagai shechita melibatkan metode penyembelihan yang dirancang untuk meminimalkan rasa sakit bagi hewan. Proses ini dianggap sebagai cara yang manusiawi untuk mengakhiri hidup hewan dalam kerangka kebutuhan manusia akan makanan. Ayat yang memuat aturan yang memastikan hewan diperlakukan dengan hormat adalah: 
- Imamat 22:27: Hewan yang akan dijadikan persembahan harus dibiarkan hidup selama tujuh hari sebelum dapat digunakan, yang menunjukkan bahwa hewan tidak boleh dipersembahkan terlalu muda atau belum matang.
- Ulangan 22:6-7: Hukum ini melarang memakan induk burung bersama dengan anak-anaknya, untuk melindungi spesies yang punah dan menghindari perlakuan yang kejam.

E. Kepedulian Tuhan terhadap Hewan
- Keluaran 23:12 : "Enam hari lamanya kamu melakukan pekerjaanmu, tetapi pada hari ketujuh kamu harus berhenti supaya lembu dan menenangkanmu dapat beristirahat." Aturan ini mengatur bahwa hewan harus diberi waktu istirahat pada hari Sabat, mirip dengan manusia.
- Mazmur 36:6 : "Keadilan-Mu seperti gunung-gunung Allah, hukum-Mu seperti samudera yang luas; manusia dan hewan Kauselamatkan, ya TUHAN." Tuhan dipandang sebagai pelindung dan penyelamat tidak hanya bagi manusia, tetapi juga hewan.
- Pada Yunus 4:11, ayat terakhir kitab ini ditutup dengan kalimat ".... dengan ternaknya yang banyak?" yang menunjukkan bahwa kebaikan hati Allah bahkan merangkul binatang-binatang.
- Matius 10:29 : Yesus berkata, "bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekor pun darinya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu." Ini menunjukkan bahwa Tuhan peduli terhadap semua makhluk, bahkan yang paling kecil sekalipun.

F. Peran Manusia Sebagai Penjaga
Kejadian 1:26 : "Berfirmanlah Allah: 'Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh manusia.'" Ini menunjukkan bahwa diberi tanggung jawab untuk "berkuasa" atau "menguasai" hewan, tetapi dalam konteks tanggung jawab sebagai penjaga yang harus merawat ciptaan Tuhan.

Mari kita menghormati hak-hak hewan termasuk terkait pemanfaatan hewan untuk hewan peliharaan ataupun hewan konsumsi, perhatikan untuk tidak menyiksa mereka.

"Orang benar memperhatikan hidup hewannya" (Amsal 12:10).

_____________
TUS (14102024) 

Daftar Bacaan:
- Aidan Dodson; "Rituals Related To Animal Cults"; UCLA - Encyclopedia of Egyptology; Los Angeles; 2009.
- Daniel David Luckenbil; "Ancient Records of Assyria and Babylonia - Vol. 2"; The University of Chicago Press; Chicago, Illinois; 1927.
- Gwendoly Leick, "A Dictionary of Ancient Near Eastern Mytology", Routledge, London, 1991.
- Robert Francis Harper; "The Code of Hammurabi"; The University of Chicago Press; Chicago, Illinois; 1904.
- Susan Wise Bauer, "Sejarah Dunia Kuno", Elex Media Komputindo, 2007.


SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...