SUDUT PANDANG MARKUS 10:46-52, 𝗠𝗲𝗺𝗯𝘂𝗻𝗴𝗸𝗮𝗺 𝘄𝗮𝗿𝗴𝗮 𝗸𝗲𝗰𝗶𝗹
Kegiatan dalam kehidupan gereja modern kerap dirajai oleh para elit gereja. Pelayanan terhadap warga kecil hanya sebatas untuk konten media sosial. Para elit sering membungkam seruan warga kecil. Petulis Injil Markus mengecam ulah para elit yang mendaku diri pelayan Tuhan.
Hari ini adalah Minggu kedua puluh tiga setelah Pentakosta. Bacaan ekumenis diambil dari Injil Markus 10:46-52 yang didahului dengan Yeremia 31:7-9, Mazmur 126, dan Ibrani 7:23-28.
Bacaan Minggu merupakan sambungan langsung bacaan Minggu lalu. Secara narasi bacaan Minggu ini adalah satu paket dengan bacaan Minggu lalu. Dalam Injil Markus tiga kali Yesus memberitahu tentang sengsara, kematian, dan kebangkitan-Nya kepada murid-murid-Nya. Teknik penulisan Markus selalu sebangun: pengajaran khusus dan perjumpaan.
Dalam pemberitahuan yang ketiga pengajaran khususnya mengenai melayani (bacaan Minggu lalu) dan perjumpaan dengan si Buta Bartimeus (bacaan Minggu ini). Bartimeus adalah satu-satunya orang yang disembuhkan Yesus yang disebut namanya oleh petulis Injil Markus. Markus hendak mengontraskan Bartimeus, si pengemis buta, dengan Yakobus dan Yohanes, dua murid besar Yesus yang kemaruk kuasa.
Konteks besar bacaan tetap merujuk 𝘱𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘫𝘶 𝘠𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘭𝘦𝘮. Perjumpaan Yesus dengan Bartimeus merupakan babak akhir sebelum memasuki Yerusalem sekaligus kisah penyembuhan terakhir dalam Injil Markus.
Pengulasan bacaan dibagi ke dalam dua bagian:
▶ Seruan Bartimeus (ay. 46-48)
▶ Bartimeus mengikuti Yesus (ay. 49-52)
𝗦𝗲𝗿𝘂𝗮𝗻 𝗕𝗮𝗿𝘁𝗶𝗺𝗲𝘂𝘀 (ay. 46-48)
Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Ketika Ia keluar dari Yerikho bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis buta bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan (ay. 46). Ketika didengarnya bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulalah ia berseru, “𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴, 𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘋𝘢𝘶𝘥, 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩𝘢𝘯𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘶!” (ay. 47) Banyak orang menegurnya, tetapi ia semakin keras berseru, “𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘋𝘢𝘶𝘥, 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩𝘢𝘯𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘶!” (ay. 48)
Secara tradisi Yerikho adalah kota terakhir menjelang Yerusalem bagi para peziarah dari Galilea. Tampaknya rombongan Yesus membesar karena para peziarah bergabung dengan-Nya. Posisi Bartimeus dapat diduga di pinggir jalan tak jauh dari gerbang kota. Yang istimewa dalam kisah penyembuhan ini adalah satu-satunya petulis Injil Markus menampilkan nama orang yang disembuhkan oleh Yesus. Di sini Markus hendak mengontraskan Bartimeus dengan dua anak Zebedeus, Yakobus dan Yohanes, yang 𝘮𝘢𝘪𝘯 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘬𝘢𝘯𝘨 untuk meminta kursi terhormat kepada Yesus, Sang Mesias. Bartimeus menggerakkan segala kemampuan dan kekuatannya untuk berjumpa dengan Yesus, sedang Yakobus dan Yohanes yang berjumpa saban hari tidak banyak belajar dari Yesus.
Nama Yesus dalam bahasa Ibrani adalah יְהוֹשֻׁעַ (𝘠𝘦𝘩𝘰𝘴𝘩𝘶𝘢`). Tulisan Ibrani tak mengenal huruf vokal sehingga nama itu banyak variasi bunyinya termasuk Yosua. Nama itu adalah umum di kalangan orang Yahudi sehingga harus ada penciri unik sebutan untuk Yesus bin Yusuf. Orang kemudian menyebut Yesus dari Nazaret sesuai kota asal-Nya (lih. Mrk. 1:9).
Dari mana Bartimeus tahu Yesus Anak Daud? Padahal sebelumnya Yesus selalu mengatakan kepada murid-murid-Nya agar merahasiakan kemesiasan Yesus. Narasi singkat Markus (ay. 46) mengenai kemeriahan rombongan Yesus meninggalkan Yerikho tidak dapat membendung lagi isu kemesiasan Yesus. Ia diarak menuju Yerusalem sebagai Mesias politis yang dinanti-nantikan oleh bangsa Israel. Mereka memahami secara turun-temurun bahwa Mesias adalah keturunan Raja Daud yang membebaskan bangsa Israel dari belenggu penjajah.
Namun, seruan Bartimeus “𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴, 𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘋𝘢𝘶𝘥, 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩𝘢𝘯𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘶!” bukanlah sekadar seruan minta dikasihani dan tolong. Ini adalah liturgi. Seruan ini juga didapati di Mazmur 6:2, 9:13, 31:9, 86:3, dan 123:3 versi Septuaginta. 𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘋𝘢𝘶𝘥 merupakan gelar yang diberikan kepada Mesias oleh bangsa Israel sehingga tampak istimewa diucapkan oleh Bartimeus, pengemis buta, orang pinggiran dan 𝘀𝗮𝘁𝘂-𝘀𝗮𝘁𝘂𝗻𝘆𝗮 di dalam Injil Markus. Untuk itulah kisah ini jangan dibaca sekadar narasi biasa.
Rupanya orang-orang di sekitar Bartimeus yang ikut dalam rombongan besar Yesus merasa terganggu oleh seruan Bartimeus. Teks menyebut mereka yang merasa terganggu menegurnya. Kata menegur diterjemahkan dari 𝘴𝘪𝘰̄𝘱𝘦̄𝘴𝘦̄ yang berarti literal membungkam, yang tentu lebih kasar daripada menegur. Dalam kehidupan sehari-hari, termasuk bergereja, seruan orang-orang kecil sering dibungkam oleh para elit. Orang-orang kecil ini dianggap merepotkan para elit. Mereka diremehkan dan tidak pantas turut berperan dalam kehidupan bergereja. Hebatnya Bartimeus, bukannya minder, ia malah berseru lebih lantang agar Yesus mendengarnya.
𝗕𝗮𝗿𝘁𝗶𝗺𝗲𝘂𝘀 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗶𝗸𝘂𝘁𝗶 𝗬𝗲𝘀𝘂𝘀 (ay. 49-52)
Yesus berhenti dan berkata, “𝘗𝘢𝘯𝘨𝘨𝘪𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘢!” Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya, “𝘛𝘦𝘨𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘮𝘶, 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘪𝘳𝘪𝘭𝘢𝘩, 𝘐𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨𝘨𝘪𝘭 𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶.” (ay. 49) Orang buta itu menanggalkan jubahnya, lalu segera berdiri dan pergi kepada Yesus. (ay. 50) Tanya Yesus kepadanya, “𝘈𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘶𝘬𝘦𝘩𝘦𝘯𝘥𝘢𝘬𝘪 𝘒𝘶𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘣𝘢𝘨𝘪𝘮𝘶?” Jawab orang buta itu, “𝘙𝘢𝘣𝘶𝘯𝘪, 𝘢𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵!” (ay. 51) Lalu kata Yesus kepadanya, “𝘗𝘦𝘳𝘨𝘪𝘭𝘢𝘩, 𝘪𝘮𝘢𝘯𝘮𝘶 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶!” Saat itu juga ia dapat melihat, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. (ay. 52)
Tak dinyana Yesus mendengar seruan Bartimeus. Yesus berprakarsa, berhenti, dan menyuruh orang memanggilnya. Tampaknya orang-orang kaget Yesus mau meladeni Bartimeus, orang kecil, bukan siapa-siapa. Hal ini dapat kita lihat ucapan mereka ke Bartimeus “𝘛𝘦𝘨𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘮𝘶” yang diterjemahkan dari 𝘛𝘩𝘢𝘳𝘴𝘦𝘪 (𝘵𝘢𝘬𝘦 𝘤𝘰𝘶𝘳𝘢𝘨𝘦!). Dalam bahasa masa kini, “𝘚𝘰𝘯𝘰! 𝘉𝘳𝘢𝘯𝘪 𝘨𝘢𝘬 𝘬𝘢𝘮𝘶?” Sikap meremehkan Bartimeus. Persis elit-elit gereja yang suka meremehkan orang-orang kecil.
Bartimeus bukan saja berani, ia menanggalkan jubahnya. Belum lagi ia mendapat apa-apa dari Yesus, ia sudah meninggalkan miliknya yang paling berharga, jubah, untuk berjumpa dengan Yesus. Jubah digunakan oleh pengemis sebagai pelindung tubuh dari panas dan dingin serta untuk tidur. Ia percaya kepada panggilan dan tawaran keselamatan dari Yesus. Susunan cerita penyembuhan ini agak berbeda dengan yang lazim di Injil Markus. Di sini ada pendahuluan panjang yang memerikan kepercayaan istimewa orang buta ini (ay. 46-50), lalu dikisahkan perjumpaan Bartimeus dengan Yesus secara singkat.
Pertanyaan Yesus kepada Bartimeus di ayat 51 sama persis dengan pertanyaan Yesus kepada Yakobus dan Yohanes (Bacaan Minggu lalu, lih. Mrk. 10:36), “𝘈𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘶𝘬𝘦𝘩𝘦𝘯𝘥𝘢𝘬𝘪 𝘒𝘶𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘣𝘢𝘨𝘪𝘮𝘶?”
• Yakobus dan Yohanes meminta Yesus memberi kursi kehormatan kepada mereka. Kedua bersaudara ini ternyata “buta” pada jalan sengsara yang akan dilalui Yesus.
• Bartimeus meminta kebutuhan dasarnya: melihat.
Kontras jawaban di atas sesungguhnya terjadi sampai sekarang. Para elit gereja yang diragakan oleh Yakobus dan Yohanes lebih mementingkan kuasa yang lebih besar yang harus didapatkan mereka ketimbang melayani orang kecil. Mereka “buta” pada kebutuhan warga kecil.
Bartimeus juga mengubah sebutan Yesus 𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘋𝘢𝘶𝘥 menjadi 𝘙𝘢𝘣𝘶𝘯𝘪 atau Rabi atau Guru (ay. 51) sama seperti Yakobus dan Yohanes menyebut Yesus Guru saat meminta. Bartimeus sudah tidak lagi menjaga jarak antara rakyat dan Mesias-Raja, melainkan lebih intim antara Guru dan murid. Yakobus dan Yohanes lama berguru kepada Yesus, tetapi tetap “buta”. Bartimeus sekali berguru kepada Yesus, ia langsung melihat. Ia mampu menangkap sesuatu dalam diri Yesus yang tidak dapat ditangkap oleh mata Yakobus dan Yohanes.
Sesudah Yesus menegaskan bahwa Bartimeus terpulihkan karena imannya, ia langsung mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Ia mengikut jalan sengsara Yesus. Bartimeus juga menjadi contoh menyambut Kerajaan Allah seperti anak-anak (𝘤𝘩𝘪𝘭𝘥𝘭𝘪𝘬𝘦, bukan 𝘤𝘩𝘪𝘭𝘥𝘪𝘴𝘩).
Bartimeus meminta karunia melihat, sedang Yakobus dan Yohanes, yang merasa staf khusus Yesus, meminta kursi kehormatan. Persis banyak pendeta, yang mendaku-daku pelayan Tuhan, meminta fasiltas mewah kepada jemaat, tetapi mereka suka membungkam seruan warga kecil.
(27102024)(TUS)