PENGANTAR
Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denominasi gereja seazaz. Oleh karenanya liturgi berkembang. Contoh, gereja khatolik dan orthodoks bersepakat puncak dan mahkota liturgi Leksionari adalah Ekaristi atau Perjamuan Kudus, sedangkan gereja-gereja reformir atau protestan yang Ekaristi atau Perjamuan Kudus tidak setiap kali ibadah Minggu bersepakat mahkota dari liturgi Leksionari adalah bacaan sabda dimana dalam bacaan sabda berpuncak pada bacaan Injil, beda dengan liturgi bercorak calvinis yang mahkotanya pada homili atau khotbah. Sehingga gerakan ibadah baik itu perarakan kitab suci, gerak tubuh Lektor, meja atau altar kitab suci, dlsb itu menunjukan pengagungan atas Injil, dimana ada pengenangan akan teladan Kristus tertulis. Demikian halnya dalam memaknai lilin-lilin Advent pada liturgi menjadi berbeda antar denominasi gereja. Begitulah, kenapa umat dan pimpinan umat seharusnya lah mengerti liturgi. Secara teologis, lilin-lilin ini bukan sekadar simbol dekoratif, melainkan pengajaran doktrinal tentang penebusan: lingkaran hijau abadi melambangkan kasih Allah yang kekal, cara Allah menyelamatkan manusia yang berjalan terus dari dulu sampai sekarang dan ke depan, demikianlah pokok ajaran GKJ melihat hidup sebagai perjalanan keselamatan, dimana kita telah menerima anugerah keselamatan, melakukan ziarah kehidupan atau perjalanan hidup dengan pertanggungan jawab atas anugerah keselamatan itulah hidup beretika, menuju ke kembalinya Kristus untuk hidup bersama Kristus dalam lingkup keselamatan, sementara cahaya lilin bertambah menunjukkan perjalanan dari kegelapan dosa ke terang Kristus, mengkritisi budaya modern yang memulai perayaan Natal prematur tanpa pertobatan. Kritiknya terletak pada asal-usulnya yang relatif baru (abad ke-16 dari Lutheranisme Jerman, diadopsi Katolik abad ke-19), bukan mandat Alkitab langsung, sehingga berisiko menjadi ritual kosong jika tidak dikaitkan dengan iman pribadi. Namun, secara positif, ia menenun moralitas (pertobatan, ibadah) dengan sakramen, mengajak refleksi nubuat Mesias.
PEMAHAMAN
Tradisi ini berasal dari Eropa Utara abad pertengahan, menggabungkan paganisme (lingkaran musim dingin) dengan Kristenisme sebagai inkulturisasi untuk melawan kegelapan literal dan terang rohani, menyebar dari keluarga Protestan lalu Katolik di Eropa Utara, berubah menjadi bagian dari peribadatan. Dalam sastra budaya, muncul di cerita Dickens' A Christmas Carol sebagai simbol penebusan bertahap, dan puisi seperti John Donne yang kontras cahaya ilahi dengan kegelapan dosa. Di Indonesia, diadaptasi gereja lokal, memperkuat identitas Kristen di tengah pluralisme budaya. Kerangka kritis untuk menganalisis makna teologis lilin Advent melibatkan pendekatan hermeneutika simbolik yang mengintegrasikan eksgesis Alkitab, sejarah liturgi, dan kritik kontekstual untuk mengungkap bagaimana simbol cahaya melawan kegelapan dosa sambil menilai adaptasi budaya modern. Hubungan setiap lilin dengan teks nubuat seperti Yesaya 9:2 ("bangsa yang duduk dalam gelap melihat cahaya besar") dan Yohanes 8:12 (Kristus sebagai terang dunia), menilai apakah simbol ini memperkaya atau menyederhanakan doktrin inkarnasi. Dari Lutheran abad ke-16 hingga Katolik modern, kritis terhadap sinkretisme pagan (lingkaran musim dingin) yang berisiko mengaburkan esensi pertobatan Advent, seperti apakah lilin mendorong aksi sosial (keadilan dari tema damai) atau hanya ritual estetis, menggunakan pendekatan tematik progresif dari harapan luas ke persiapan Natal.Apakah bertahap penyalaan lilin merefleksikan perjalanan rohani pribadi (Roma 13:12, "buanglah perbuatan-perbuatan gelap") atau sekadar tradisi konsumtif? Pendekatan ini, seperti dalam analisis tematik liturgi, memastikan simbol tetap membangun hubungan dengan Kristus sebagai pemenuhan janji. Dari versi ala Protestan reformir empat lilin Advent melambangkan HARAPAN, DAMAI SEJAHTERA, SUKACITA, dan KASIH, dinyalakan secara bertahap setiap Minggu selama empat minggu menjelang Natal untuk mengingatkan persiapan rohani menyambut kelahiran Kristus sebagai terang dunia, dan kembalinya Kristus sebagai hakim. Jangan terbalik yah, saat penyalaan lilin Advent, nanti lilin Advent ketiga yang jambon malah dinyalain jadi lilin Advent kedua, ..... Yah ..... makna liturgis nya hilang dong.Kaitan dengan Ayat Kitab Suci, Lilin 1: Harapan (ungu) - Nubuat nabi seperti Yesaya 7:14 tentang perawan yang mengandung, memenuhi janji Allah sejak Kejadian 3:15. Lilin 2: Damai Sejahtera (ungu) - Efesus 2:14, Kristus merubuhkan tembok permusuhan; juga Maleakhi 3:1-3 soal persiapan jalan Tuhan.Lilin 3: Sukacita (merah muda, Gaudete) - Lukas 2:10-11, malaikat mengumumkan sukacita besar bagi semua orang. Lilin 4: Kasih (ungu) - Yohanes 3:16, kasih Allah yang mengutus Anak-Nya; juga malaikat di Lukas 1:30-31 kepada Maria. Protestan menggunakan kalender Advent (Leksionari ) dengan empat lilin serupa untuk menghitung hari menuju Natal, menekankan persiapan rohani melalui penyalaan bertahap yang melambangkan harapan, damai, sukacita, dan kasih. Praktik ini lebih fleksibel dan kurang formal dibanding Katolik, dengan fokus pada pengajaran Alkitabiah tentang penantian Kristus. Dalam pemahaman lilin Advent versi ala Katolik, Dalam tradisi Katolik, lilin Advent biasanya berjumlah empat (tiga ungu dan satu merah muda) disusun dalam korona Advent, melambangkan HARAPAN (minggu pertama, lilin nabi), IMAN/KASIH (minggu kedua), SUKACITA (minggu ketiga, lilin Gaudete merah muda), dan DAMAI (minggu keempat). Lilin kelima putih di tengah sering ditambahkan dan dinyalakan pada Malam Natal sebagai simbol Kristus, Terang Dunia, yang melengkapi perjalanan dari kegelapan penantian ke terang keselamatan. Gereja Ortodoks tidak menggunakan lilin Advent dalam bentuk korona seperti Katolik atau Protestan Reformir; masa persiapan pra-Natal disebut Nativity Fast (40 hari), yang lebih menekankan puasa, doa, dan pertobatan daripada simbol lilin visual. Tidak ada tradisi spesifik empat lilin bertema harapan-perdamaian-sukacita-kasih. Kenapa khatolik menggunakan lilin besar putih sedangkan protestant reformir tidak? Alasan Penggunaan Lilin Putih Besar di Katolik,
Katolik menambahkan lilin kelima berwarna putih besar di tengah korona Advent, yang dinyalakan pada Malam Natal setelah empat lilin ungu/merah muda, melambangkan Kristus sebagai Terang Dunia yang menyelesaikan masa penantian Adven dari kegelapan pertobatan ke sukacita kelahiran-Nya. Praktik Protestan Reformir,
Protestan Reformir tidak menggunakan lilin putih besar pusat; mereka hanya menyala empat lilin bertema (harapan, damai, sukacita, kasih) secara kumulatif setiap Minggu Adven, dengan fokus pada Candlelight Service, penyalaan lilin saat ibadah Advent secara berurutan. Malam Natal menggunakan lilin individu tanpa elemen pusat tambahan. Ada pemahaman lain tentang lilin Advent. Masa Advent melambangkan penantian kedatangan Kristus melalui empat lilin yang dinyalakan bertahap, menghubungkan tema rohani dengan narasi Alkitabiah seperti nubuat nabi, perjalanan ke Betlehem, sukacita gembala, dan malaikat. Simbolisme ini menekankan perjalanan dari kegelapan dosa ke terang keselamatan, dengan lingkaran Adven sebagai lambang keabadian Allah.Makna Empat Lilin Utama, Lilin Pertama (Lilin Nabi/Messiah): Mewakili harapan dari nubuat para nabi tentang Mesias, seperti Yesaya 9:5, menandai awal terang di tengah kegelapan. Lilin Kedua (Lilin Betlehem/Maria): Melambangkan perdamaian dan kesetiaan melalui perjalanan Yusuf-Maria ke Betlehem (Lukas 1:38), mengingatkan kerendahan hati.Lilin Ketiga (Lilin Gembala): Menandai sukacita para gembala saat mendengar kabar malaikat tentang kelahiran Juru Selamat di Betlehem (Lukas 2:10-11). Lilin Keempat (Lilin Malaikat): Mewakili damai dan keamanan dari pengumuman malaikat, melengkapi persiapan Natal. Untuk versi ala khatolik Lilin Pusat (Kristus)
Lilin putih besar di tengah dinyalakan pada Malam Natal, melambangkan Kristus sebagai Terang Dunia yang menyelesaikan penantian Advent. Masa Advent mencerminkan drama keselamatan melalui empat lilin yang dinyalakan bertahap, melambangkan perjalanan dari kegelapan dosa selama 4.000 tahun (dari Adam hingga Kristus) menuju terang penebusan, dengan setiap lilin menghalau kegelapan secara progresif sesuai Yohanes 8:12. Lilin Pertama: Harapan ( Lilin Nabi). Lilin ini melambangkan harapan keselamatan dari nubuat nabi seperti Yesaya 9:5 tentang Mesias, menandai awal terang Allah yang setia di tengah dosa dunia, mengingatkan janji pembebasan umat. Lilin Kedua: Perdamaian (Lilin Betlehem)
Mewakili perdamaian melalui kesetiaan Maria dan Yusuf ke Betlehem (Lukas 1:38), mencerminkan damai sejati dari hubungan penuh kasih dengan Allah sebagai bagian rencana keselamatan. Lilin Ketiga: Sukacita (Lilin Gembala)
Lilin merah muda ini (Minggu Gaudete) melambangkan sukacita keselamatan yang diumumkan malaikat kepada gembala (Lukas 2:10-11), menandai kegembiraan akan kedatangan Juru Selamat yang dekat. Lilin Keempat: Kasih (Lilin Malaikat)
Melambangkan kasih dan damai dari pesan malaikat "Damai di bumi" (Lukas 2:14), melengkapi penebusan dosa melalui pengorbanan Kristus yang akan lahir. Versi ala Khatolik Lilin Pusat: Kristus (Terang Penuh)
Lilin putih besar dinyalakan Natal melambangkan Kristus sebagai Terang Dunia yang menyempurnakan keselamatan, mengubah kegelapan menjadi kehidupan kekal (Wahyu 21:5).
(09122025)(TUS)