Senin, 27 Oktober 2025

SUDUT PANDANG MENUMBUHKAN RASA PERCAYA DIRI ANAK

SUDUT PANDANG MENUMBUHKAN RASA PERCAYA DIRI ANAK

PENGANTAR
beberapa ayat Alkitab bila dikaitkan dg dunia nyata apalagi bidang ilmu kejiwaan dan latar belakang penulisan dapat merujuk tentang menumbuhkan rasa percaya diri untuk anak:
Contoh, 1 Korintus 12:4-6"Ada berbagai-bagai karunia, tetapi Roh-Nya sama. Ada berbagai-bagai pelayanan, tetapi Tuhan-Nya sama. Ada berbagai-bagai perbuatan, tetapi Allah-Nya sama, yang mengerjakan semuanya dalam semua orang."
Ayat ini menekankan bahwa setiap orang memiliki karunia dan potensi unik yang diberikan oleh Tuhan. Orang tua dapat membantu anak-anak mereka menemukan dan mengembangkan karunia tersebut untuk meningkatkan rasa percaya diri, Efesus 2:10 "Karena kita adalah buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang sebelumnya telah dipersiapkan Allah, supaya kita hidup di dalamnya." Ayat ini menekankan bahwa setiap orang diciptakan oleh Tuhan dengan tujuan dan rencana yang unik. Orang tua dapat membantu anak-anak mereka menemukan tujuan dan rencana Tuhan untuk hidup mereka, Mazmur 139:13-14 "Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, yang merajut aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu, sebab aku dijadikan dengan ajaib dan dahsyat."  Ayat ini menekankan bahwa setiap orang diciptakan oleh Tuhan dengan keunikan dan keistimewaan. Orang tua dapat membantu anak-anak mereka memahami dan menghargai keunikan mereka, Amsal 22:6 "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut untuknya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu." Ayat ini menekankan pentingnya membimbing anak-anak untuk menemukan jalan yang tepat dan mengembangkan potensi mereka. Orang tua dapat membantu anak-anak mereka menumbuhkan rasa percaya diri dengan memberikan bimbingan dan dukungan yang tepat.

PEMAHAMAN
Dalam menumbuhkan rasa percaya diri anak, orang tua dapat:
- Mengenal dan menghargai keunikan anak
- Membantu anak menemukan dan mengembangkan karunia dan potensi
- Memberikan bimbingan dan dukungan yang tepat
- Menanamkan nilai-nilai positif dan membangun kepercayaan diri
Dengan demikian, anak-anak dapat tumbuh dengan rasa percaya diri yang kuat dan menjadi orang yang percaya diri dan berprestasi.
Kepercayaan diri bukan sesuatu yang tiba-tiba muncul ketika anak sudah besar. Ia ditanam, disiram, dan dipelihara sejak kecil — lewat cara orang tua memperlakukan anak dalam keseharian. Pola asuh yang menumbuhkan kepercayaan diri bukan yang membuat anak selalu benar, tapi yang membuat anak berani mencoba, berani salah, dan berani memperbaiki. Anak yang percaya diri tidak tumbuh dari pujian semata, melainkan dari pengalaman merasa didukung bahkan ketika ia gagal.
Sayangnya, banyak orang tua tanpa sadar justru mematikan benih kepercayaan diri anak. Setiap kali anak disalahkan tanpa ruang untuk menjelaskan, setiap kali ia dibandingkan dengan orang lain, setiap kali suaranya diabaikan — sedikit demi sedikit keberaniannya padam. Maka tugas kita bukan sekadar mengajari anak berbicara dengan lantang, tetapi menumbuhkan keyakinan batin bahwa suaranya pantas didengar dan tindakannya bermakna.

1. Anakmu berani mencoba hal baru tanpa takut dimarahi.
Tanda pertama pola asuh yang menumbuhkan kepercayaan diri adalah ketika anak merasa aman untuk mencoba. Ia tidak takut melakukan kesalahan, karena tahu bahwa orang tuanya tidak akan langsung menghakimi. Anak seperti ini punya rasa ingin tahu yang besar, karena rumah baginya bukan ruang penilaian, tapi ruang eksplorasi.
Orang tua yang menumbuhkan kepercayaan diri tidak fokus pada hasil pertama, tapi pada keberanian untuk memulai. Mereka lebih sering berkata, “Bagus kamu sudah mencoba” daripada “Kenapa belum bisa?” Dari kebiasaan sederhana itu, anak belajar bahwa gagal bukan aib, tapi bagian alami dari proses belajar.

2. Anakmu berani mengungkapkan pendapat, meski berbeda.
Bila anak berani menyampaikan pikirannya tanpa takut dimarahi, itu tanda kepercayaan diri tumbuh sehat. Ia tidak takut berbeda, karena ia tahu perbedaan bukan ancaman di rumahnya. Orang tua yang menumbuhkan keberanian berbicara tidak menutup telinga dengan kalimat “Diam, kamu belum tahu apa-apa.” Sebaliknya, mereka mau mendengar bahkan dari suara kecil anaknya.
Anak yang merasa didengar belajar menghargai dirinya sendiri. Ia tidak hanya percaya bahwa pendapatnya penting, tapi juga belajar bahwa orang lain pun pantas dihargai. Kepercayaan diri seperti ini bukan kesombongan, tapi hasil dari pola asuh yang menghormati dialog dan keterbukaan.

3. Anakmu mampu mengambil keputusan tanpa terus bergantung.
Anak yang percaya diri tidak selalu benar, tapi berani bertanggung jawab atas pilihannya. Ia tidak menunggu disuruh atau diarahkan setiap saat, karena sejak kecil diberi ruang untuk berpikir dan memutuskan. Orang tua yang menumbuhkan kemandirian tidak mengatur segalanya secara kaku — mereka memberi pilihan, lalu mempercayakan keputusan kecil pada anak.
Ketika anak terbiasa membuat keputusan sendiri, ia belajar memahami sebab-akibat, risiko, dan tanggung jawab. Dari hal sederhana seperti memilih baju, mengatur waktu belajar, atau menyelesaikan konflik kecil, anak mengasah otot kepercayaan diri yang sesungguhnya: keyakinan bahwa ia mampu menghadapi hidup dengan pikirannya sendiri.

4. Anakmu mampu menerima kegagalan tanpa kehilangan semangat.
Anak yang tumbuh dalam pola asuh penuh empati tidak takut gagal. Ia tahu bahwa gagal tidak membuatnya buruk, hanya memberinya pelajaran. Orang tua yang menumbuhkan kepercayaan diri tidak menggunakan kegagalan anak sebagai ajang rasa malu, tapi sebagai bahan refleksi bersama. Mereka tidak berkata, “Tuh kan, Mama sudah bilang!” tapi “Apa yang bisa kita pelajari dari ini?”
Dari pendekatan seperti itu, anak belajar resilien — kemampuan untuk bangkit lagi tanpa kehilangan harga diri. Ia tidak butuh dunia yang selalu memuji, karena di rumah ia sudah belajar mencintai dirinya bahkan saat tidak sempurna. Itulah pondasi kepercayaan diri yang sejati: bukan berani karena selalu berhasil, tapi tetap yakin meski pernah jatuh.

5. Anakmu merasa dicintai tanpa syarat, bukan karena prestasi.
Anak yang kepercayaan dirinya kokoh selalu tahu satu hal: cinta orang tuanya tidak bergantung pada nilai, ranking, atau penghargaan. Pola asuh yang menumbuhkan kepercayaan diri membuat anak merasa layak dicintai hanya karena dirinya sendiri. Itu sebabnya anak seperti ini tumbuh dengan hati yang tenang — ia tidak hidup untuk membuktikan, tapi untuk berkembang.
Cinta tanpa syarat bukan berarti membiarkan anak semaunya, melainkan tetap menuntun tanpa mengaitkan cinta dengan hasil. Ketika anak tahu bahwa ia tetap disayang saat gagal, ia belajar mencintai dirinya sendiri. Dari sanalah lahir anak yang percaya diri tanpa sombong, rendah hati tanpa minder.
Kepercayaan diri bukan diwariskan, tapi ditumbuhkan lewat cara kita memperlakukan anak setiap hari. Pola asuh yang benar bukan yang membuat anak selalu patuh, tapi yang menyalakan api dalam dirinya untuk percaya pada kemampuannya sendiri. Tugas orang tua bukan menciptakan anak yang sempurna, melainkan anak yang berani tumbuh dengan segala prosesnya — termasuk kesalahan, keraguan, dan pembelajaran.
Sebab pada akhirnya, dunia tidak selalu akan menepuk bahu anakmu. Tapi jika di rumah ia sudah belajar mencintai dirinya, mendengar dirinya, dan mempercayai dirinya — ia akan tetap berdiri tegak meski badai datang. Dan ketika itu terjadi, kamu tahu: pola asuhmu telah berhasil menumbuhkan kepercayaan diri yang sesungguhnya.
(27102025)(TUS)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...