Jumat, 14 November 2025

Sudut Pandang Lukas 21:5-19, 𝘁𝗮𝗵𝗮𝗻 atas rintangan hidup



Sudut Pandang Lukas 21:5-19, 𝘁𝗮𝗵𝗮𝗻 atas rintangan hidup

Kitab-kitab Injil tidak ditulis oleh 12 murid Yesus. Juga tidak ditulis oleh jurutulis Yesus. Kitab-kitab Injil ditulis secara retrospektif, penceritaan ulang atas peristiwa masa lalu. Para petulis Injil mengumpulkan bahan-bahan dari cerita lepas atau ucapan-ucapan lepas Yesus dari beraneka sumber. Dari bahan-bahan itu mereka menyusun narasi mereka masing-masing sesuai teologi yang diusung oleh petulis kitab Injil yang sangat bolehjadi menyesuaikan situasi saat Injil ditulis. Jadi, kitab-kitab Injil merupakan kisah teologis, bukan historis. Itulah sebabnya terjadi perbedaan narasi di sana-sini yang memerkaya teologi Kristen.

Sebagai contoh Injil Lukas yang ditulis beberapa tahun sesudah Bait Suci dihancurkan tentara Roma (70 ZB). Peristiwa itu sudah barang tentu meremukkan mental pengikut Kristus termasuk kalangan Jemaat Lukas. Jemaat, yang sangat mengharapkan kedatangan Yesus kembali, menghadapi kenyataan bahwa Bait Suci, yang adalah simbol kehadiran Allah di Yerusalem, dihancurkan oleh orang kafir. Petulis Injil Lukas hendak menjernihkan pengertian kedatangan Yesus kembali (𝘱𝘢𝘳𝘰𝘶𝘴𝘪𝘢) agar jemaat tetap bertahan dalam iman, tidak putus harapan.

Hari ini adalah Minggu kedua puluh tiga setelah Pentakosta. Bacaan secara ekumenis diambil dari Lukas 21:5-19 yang didahului dengan Maleakhi 4:1-2a, Mazmur 98, dan 2Tesalonika 3:6-13.

Bacaan Injil pada Minggu ini merupakan pekan-pekan akhir kiprah Yesus di Yerusalem sesudah melakukan perjalanan panjang dari Galilea atau yang dikenal sebagai 𝘑𝘰𝘶𝘳𝘯𝘦𝘺 𝘕𝘢𝘳𝘳𝘢𝘵𝘪𝘷𝘦. Teks berisi kumpulan ucapan tentang akhir zaman yang dinarasikan dalam Lukas 21:5-36. Kumpulan ucapan tentang akhir zaman itu mengandung topik-topik:

▶️ Bait Allah akan diruntuhkan (ay. 5-6),
▶️ Kesudahan yang tidak segera terjadi (ay. 8-9),
▶️ Peperangan, gempa bumi, penyakit sampar, kelaparan, dan bencana semesta (ay. 10),
▶️ Penganiayaan dan kesempatan bersaksi dengan bantuan Yesus (ay. 12-15),
▶️ Para murid akan dibenci semua orang, tetapi mereka akan dilindungi Allah (ay. 16-19),
▶️ Yerusalem akan diruntuhkan (ay. 20-24),
▶️ Kedatangan Anak Manusia (ay. 25-33), dan
▶️ Berjaga-jaga sambil berdoa (ay. 34-36).

Bacaan Injil Minggu ini hanya mencakup lima topik pertama (ay. 5-19). 

Dalam dunia nyata tampaknya Jemaat Lukas sedang gundah dan depresi melihat kenyataan Yesus tidak kunjung datang kembali sampai Bait Suci diruntuhkan. Dalam dunia cerita petulis Injil Lukas tetap memertahankan latar yang sudah dibuatnya sejak Lukas 20:1, yaitu 𝘒𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘫𝘢𝘳 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘥𝘪 𝘉𝘢𝘪𝘵 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘐𝘯𝘫𝘪𝘭, sedang percakapan Yesus dengan murid-murid-Nya dalam bacaan terjadi di Bukit Zaitun. 𝘓𝘩𝘰 kok bisa?

Yesus mengajar di Bait Suci atau Bait Allah tidak dalam sehari. Tidak diceritakan berapa lama, tetapi tidak sehari. Ini ditunjukkan pada teks 𝘗𝘢𝘥𝘢 𝙨𝙞𝙖𝙣𝙜 𝙝𝙖𝙧𝙞 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘫𝘢𝘳 𝘥𝘪 𝘉𝘢𝘪𝘵 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝙢𝙖𝙡𝙖𝙢 𝙝𝙖𝙧𝙞 𝘐𝘢 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘥𝘪 𝘨𝘶𝘯𝘶𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘉𝘶𝘬𝘪𝘵 𝘡𝘢𝘪𝘵𝘶𝘯 (Luk. 21:37). 

Apabila ucapan Yesus versi Injil Markus (Mrk. 13:3) ditujukan khusus kepada Petrus, Yakobus, Yohanes, dan Andreas, petulis Injil Lukas mengubahnya dengan istilah 𝘮𝘶𝘳𝘪𝘥-𝘮𝘶𝘳𝘪𝘥 (ay. 7). Dengan menghapus empat nama murid dalam versi Injil Markus, penginjil Lukas hendak meluaskan cakupan pendengar Yesus yang dalam hal ini Jemaat Lukas.

Dalam bacaan Minggu ini Lukas mau memumpunkan bahwa kedatangan Yesus kembali (𝘱𝘢𝘳𝘰𝘶𝘴𝘪𝘢) masih lama dengan menghapus rujukan apa pun yang bertentangan dengan teologinya. Ia membaharui pernyataan penginjil Markus (Mrk. 13:8) 𝘚𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘮𝘶𝘭𝘢𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘯𝘥𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘩𝘪𝘳𝘯𝘺𝘢 𝙯𝙖𝙢𝙖𝙣 𝙗𝙖𝙧𝙪 dengan menghilangkan 𝘻𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘳𝘶. Yesus datang kembali masih lama. Begitu kira-kira Lukas memberi pastoral kepada jemaatnya dengan menambah 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶.

Dengan menambah keterangan waktu 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶 (ay. 12) penginjil Lukas tampaknya sedang membuat kronologi dari tanda-tanda akhir zaman. Frase 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶 merujuk peristiwa dan keadaan yang disebutkan pada ayat-ayat sebelumnya: 𝘱𝘦𝘱𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯, 𝘨𝘦𝘮𝘱𝘢 𝘣𝘶𝘮𝘪, 𝘱𝘦𝘯𝘺𝘢𝘬𝘪𝘵 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘳, 𝘬𝘦𝘭𝘢𝘱𝘢𝘳𝘢𝘯, dan 𝘣𝘦𝘯𝘤𝘢𝘯𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘦𝘴𝘵𝘢. 

Sebelum 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶 terjadi para murid akan ditangkap dan dianiaya 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 (ay. 12). Frase 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 sangat bolehjadi merujuk pengikut Yesus di dunia nyata. Bukan itu saja, mereka akan dibenci oleh semua orang bahkan sebagian dari mereka akan dibunuh. Dalam Injil Lukas jilid II alias Kisah Para Rasul Lukas mengisahkan para murid Yesus mengalami penganiayaan dan pembunuhan (lih. kisah Stefanus).

Lukas memberi penguatan lewat ucapan Yesus, “𝘒𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘢𝘩𝘢𝘯, 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘳𝘰𝘭𝘦𝘩 𝙝𝙞𝙙𝙪𝙥𝘮𝘶.” (ay. 19). Frase 𝘒𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘢𝘩𝘢𝘯 saya ambil dari TB II 1997. Dalam pada itu TB II 2023 menggunakan 𝘋𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘬𝘦𝘵𝘢𝘣𝘢𝘩𝘢𝘯𝘮𝘶 yang diksinya kurang 𝘯𝘦𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨. Memeroleh atau mendapat 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 ada dua penafsiran.

Kesatu, jika mereka mati dibunuh dan mereka tetap bertahan dalam iman mereka, maka mereka akan dibangkitkan dan diberi 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘬𝘦𝘬𝘢𝘭. Penafsiran ini didukung oleh teks sebelumnya dalam ucapan Yesus di Lukas 9:24 dan 17:33: 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘯𝘺𝘢𝘸𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘪𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘯𝘺𝘢𝘸𝘢𝘯𝘺𝘢; 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘯𝘺𝘢𝘸𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘈𝘬𝘶, 𝘪𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢.

Kedua, hidup ditafsir selamat, aman, sintas (𝘴𝘶𝘳𝘷𝘪𝘷𝘦). 𝘒𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘢𝘩𝘢𝘯, 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝙨𝙚𝙡𝙖𝙢𝙖𝙩. Tafsiran ini didukung oleh teks-teks di Kisah Para Rasul (Kis. 8:1-4; 12:6-19; 16:19-40). Di pengujung kitab Kisah Para Rasul Lukas menceritakan Rasul Paulus selamat tiba di Roma yang ditutup dengan berita gembira 𝘋𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴-𝘵𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢-𝘢𝘱𝘢 𝘪𝘢 (𝘗𝘢𝘶𝘭𝘶𝘴) 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘒𝘦𝘳𝘢𝘫𝘢𝘢𝘯 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘫𝘢𝘳 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘒𝘳𝘪𝘴𝘵𝘶𝘴.

Dua tafsiran di atas tetap berujung pada kegembiraan. Yang amat sangat sulit adalah prasyaratnya, yakni bertahan. Ya, menjadi murid Kristus itu memang 𝘯𝘨𝘨𝘢𝘬 enak. 

 (16112025)(TUS)
📸 Ilustrasi kejatuhan Yerusalem

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...