Selasa, 02 Maret 2021

YHWH BUKAN BAHASA YANG TURUN DARI SURGA Bagian 1 dari 4 Bagian Tulisan

YHWH BUKAN BAHASA YANG TURUN DARI SURGA
Bagian 1 dari 4 Bagian Tulisan
Pengantar
Pertama-tama yang harus ditekankan, bahwa tidak ada nama ilahi yang turun dari surge. Karena itu baik itu nama YAHWEH dalam Bahasa ibrani yang dipakai kaum Yahudi, maupun nama ALLAH yang dipakai oleh sahabat islam dan gereja-gereja Kristen timur tengah juga tidak dipandang sebagai BAHASA DARI SURGA. Dr.Ch. Barth dengan sangat tepat menulis tentang nama ilah itu (maksudnya YAHWEH) : “……. TIDAKLAH “DITURUNKAN DARI SORGA” . DIA SENDIRILAH YANG DIKATAKAN “TURUN” (Kel 3:8). IA BERKENAN MENYATAKAN DIRINYA KEPADA UMAT ISRAEL, ITU BEARTI IA BERKENAN MENYATAKAN DENGAN BAHASA YANG COCOK DENGAN TELINGA DAN HATI SERTA MULUT ORANG ISRAEL, NAMANYA SENDIRI “BERASAL” DARI MEREKA TERAMBIL DARI NAMA-NAMA YANG PERNAH MENJADI BIASA DI DALAM PERGAULAN MEREKA, DI DALAM DI DALAM DAERAH PENGEMBARAAN DAN PENUMPANGAN MEREKA” (Dr. Ch. Barth, TEOLOGI PERJANJIAN LAMA, Jilid 1, BPK Gunung Mulia, 1982, hal 157). Jangan dilupakan ada kemungkinan nama YAHWE mula-mula digunakan oleh suku Arab di semenanjung Sinai, yang kemudian kemudian dipakai oleh nabi Musa berkat perkenalannya dengan Syeikh Arab bernama Yethro yang pada akhirnya menjadi mertuanya (Bambang Noorsena, THE HISTORY OF ALLAH, penerbit ANDI,2005, hal 4). Jika pertanyaannya “bolehkah menggunakan nama YHWH?” maka jawabannya “ya”. Alasannya karena nama YHWH (TUHAN) adalah salah satu (hanya salah satu) nama Allah dalam bahasa Ibrani yang disebutkan di dalam Alkitab. Sebutan lainnya adalah Elohim (Allah). Dalam Perjanjian Baru (bahasa Yunani) nama YHWH disebut dengan Kurios dan Elohim dengan  Theos. Carles C. Ryrie menjelaskan, “Banyak nama Allah di dalam Alkitab memberikan pernyataan tambahan tentang sifatNya. Ini bukan sekedar nama yang diberikan oleh orang, tetapi pada kebanyakan kasus di Alkitab, merupakan penggambaran Allah tentang diriNya sendiri. Nama-nama itu menyatakan aspek-aspek sifatNya.”  Karena itu disini  menegaskan bahwa tidak anti nama YHWH dan  juga tidak melarang orang-orang menggunakan nama YHWH karena nama YHWH itu memang ada di dalam Alkitab yang diperkenalkan kepada Musa dan orang Israel pada saat itu. Tetapi jika pertanyaannya  “haruskah menggunakan nama YAHWEH (Pelafalan dugaan dari YHWH) ?” maka jawabannya “tidak diharuskan”.  Alasanya mengapa kita tidak diwajibkan memakai nama YAHWEH adalah : (1) YAHWEH adalah transliterasi (pelafalan) yang masih merupakan dugaan dari Tetagramaton YHWH. Jadi memaksa untuk menyebut YHWH dengan YAHWEH adalah sebuah kesalahan yang serius; (2) Orang Yahudi tidak menyebut nama YHWH tetapi menggantinya dengan Adonay; (3) Di dalam Septaguinta (Perjanjian Lama berbahasa Yunani) yang diterjemahkan dari Tanakh (Perjanjian Lama berbahasa Ibrani) oleh 70 Sarjana Yahudi atas perintah Imam Besar Eliaser, sama sekali tidak menggunakan kata YHWH, tetapi menerjemahkannya dengan Kurios. Septaguinta ini diterjemahkan sekitar 50 - 200 tahun sebelum Kristus; (4) Yesus dan para rasul dalam Perjanjian Baru tidak menggunakan nama YHWH tetapi menggunakan kata Kurios untuk YHWH. Alasannya karena pada saat itu mereka membaca dan memakai campuran bahasa aram sbg lingua francaka/bahasa ibu dan bahasa Yunani sebagai bahasa nasional / bahasa yg digunakan antar ras (akibat penjajahan Roma). Lagi pula bahasa Yunani Koine merupakan bahasa umum yang diwajibkan untuk digunakan pada masa itu. (5) Semua manuskrip Perjanjian Baru (sebanyak lebih dari 5000 manuskrip) dari abad I - V membuktikan bahwa Perjanjian Baru ditulis memakai bahasa Yunani koine dan tidak satupun memakai kata YHWH tetapi menggantinya dengan Kurios. Jadi pada dasarnya  sepakat dengan kelompok Yahweisme bahwa orang Kristen boleh memakai nama YHWH, tetapi tidak sepakat bila penggunaan itu diwajibkan bagi umat Kristen masa kini karena memang Perjanjian Baru tidak memerintahkan, mewajibkan, ataupun mengindikasikan keharusan tersebut._ Justru jika ingin konsisten dengan Perjanjian Baru baru maka nama yang digunakan adalah Kurios yang menunjuk pada YHWH. tapi Yahwe tetap bukan personal name atau nama diri Allah karena nama Allah itu buanyaak, tak terbatas. Kalo orang Yahudi saja yg merupakan saudara tua dan ahlinya perihal perjanjian lama (perjanjian lama disebut juga kitab atau Tanakh ibrani, bukan surat pada orang ibrani) saja tidak menganggap YHWH sebagai nama diri Allah. Fakta tak terbantahkan lagi di persidangan pada beberapa negara , saksi ahli yg dipakai pada persidangan di beberapa negara, adalah imam dan ahli kitab ternama dari Yahudi, ahlinya perjanjian lama, yg mengatakan bahwa bagi bangsa Yahudi dari dulu sampai sekarang YHWH tidak dianggap sebagai nama diri Allah, karena orang yahudi memahami bahwa nama Allah itu buanyak karena bukti bahwa Allah tak bisa dibatasi dan tak bisa digambarkan, pemahaman itulah kemudian yg diikuti oleh sahabat islam dg konsep ASMAUL HUSNA (nama Allah buanyak tanda Allah tak bisa dibatasi). Menurut ahli agama Yahudi, nama YHWH itu serapan dari bahasa suku Midian, dimana itu adalah nama Dewa suku midian yg tidak bisa digambarkan, Nah....pdhl mertuanya Musa di Yitro adalah imam suku Midian, shg wajar bila Musa mengadopsi YHWH untuk menjelaskan tentang Allah, shg itu artinya YHWH bukan nama ALLAh. Menerjemahkan atau mengganti nama YHWH menjadi Kurios (Yunani), Lord (Inggris) dan TUHAN (Indonesia) seharusnya tidak perlu dipermasalahkan. Namun para penganut Yahweisme bersikeras bahwa mengubah nama Tuhan berarti sama dengan menyebut namanya dengan sembarangan. Biasanya mereka menggunakan Ulangan 20:7 sebagai larangan mengganti nama YHWH tersebut dan berargumen bahwa menyebut nama Tuhan saja tidak boleh dengan sembarangan apalagi menggantinya dengan sembarangan. Namun yang perlu diperhatikan di dalam ayat tersebut ialah larangan menyebut atau mengucapkan nama Tuhan dengan sembarangan, bukan larangan mengubahnya dengan sebutan lain. Ketika Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) mengubah nama YHWH menjadi TUHAN itu tidaklah sama dengan menyebut nama Tuhan dengan sembarangan tetapi LAI telah mengubahnya dengan seksama dan penuh pertimbangan yang dibenarkan secara teologis, karena perubahan tersebut didukung oleh para Rabi Yahudi yang menulis Septaguinta dan para penulis Perjanjian Baru yang mengubah YHWH menjadi Kurios. Yesus maupun rasul-rasul tidak pernah dibagian manapun melarang perubahan tersebut. Bukankan dalam Alkitab ada nama-nama yang diterjemahkan dan diganti ke dalam bahasa lain, misalnya: Nama Ibrani Tabita dalam bahasa Yunani adalah Dorkas (Kisah Para Rasul 9:36a), nama Yunani Petrus dalam bahasa Aram adalah Kefas (Yohanes 1:42; 19:17), nama Yunani Matius dalam bahasa Ibraninya adalah Lewi (Matius 9:9; Markus 2:14; Lukas 5:27); nama Ibrani Baryesus dalam bahasa Yunani Elimas (Kisah Para Rasul 13:6-8): Nama Ibrani Paulus adalah Saulus dalam bahasa Yunani (Kisah Para Rasul 13:9). Misalkan saja ada kenalan dengan seorang Indo-China dengan nama Lee (China) dan Rudi nama Indonesianya. Nama-nama tersebut walaupun diterjemahkan atau diganti tetapi menunjuk pada satu pribadi saja. Jadi jika Allah menyingkapkan YHWH sebagai namaNya maksudnya, sebagaimana dijelaskan oleh Yakub. B. Susabda adalah “Dia ingin dikenali umatNya sebagai Allah (Elohim) dari Abraham, Ishak, Yakub yang adalah YHWH (tetagramaton atau empat huruf konsonan yaiti Yod, He, Waw, dab He). YHWH tersebut sebenarnya bukan nama, karena pada saat mula pertama disingkapkan kepada Musa, Yang dikatakan Allah adalan Ehyeh Asher Ehyeh (I am that I am/Aku adalah Aku) itulah namaKu. Jadi, YHWH adalah identitas pribadi Allah yang begitu independen tak terpahami dan tidak terbandingkan sehingga YHWH bukan nama. Umat Israel tidak pernah berani menyebut nama YHWH secara verbal... Dalam Perjanjian Lama, sebutan YHWH sering kali diganti dengan Adonai”. Selanjutnya Yakub B. Susabda menambahkan, “Setelah Tuhan Yesus Kristus menyelesaikan secara sempurna karya penebusanNya, Dia dikaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama dan semua lidah akan mengaku bahwa Yesus adalah TUHAN (YHWH) yang adalah cahaya kemuliaan Allah, kemuliaan Bapa (Filipi 2:9-8). Diluar Kristus Yesus yang adalah YHWH, Allah Bapa tidak pernah dapat dikenali dan dipermuliakan oleh manusia. Kristus Yesus sendiri tidak pernah memanggil Allah dengan sebutan YHWH. Dalam doaNya, Dia memanggil Allah dengan sebutan ELOI atau AllahKu (Matius 27:46)”. Kalau Tuhan memang mengharuskan kita memakai dan memanggil namaNya dengan YHWH , lalu mengapa Dia tidak menjaga agar sebutan terhadap namaNya itu tidak hilang dan hanya menjadi dugaan saja saat ini? Kita perlu mengingat bahwa ketika Tuhan Yesus mengajarkan doa Bapa kami kepada murid muridNya, Dia tidak mengajarkan seperti ini, “YHWH kami yang ada di sorga” Dia mengajarkan seperti ini, “Bapa Kami yang di sorga”. Tuhan Yesus saja tidak mengharuskan kita berkomunikasi dengan Allah dengan memakai kata YHWH. Lalu mengapa Yahweisme begitu giat mengharuskannya? Ada apa gerangan dibalik pemkasaan ini? Adakah agenda lain yang dirancang dibalik skenario mewajibkan penggunaan nama Yahweh ini? Mungkinkah ini merupakan langkah mundur dalam Kekristenan untuk menggiringnya ke legalisme tradisi Yahudi ataupun tradisi rabinik Yudaisme? Ringkasnya, keharusan mengembalikan dan mewajibkan pemakaian kata TUHAN menjadi YAHWEH, sangatlah tidak tepat dan tidak Alkitabiah. Pertama-tama, kita perlu mengetahui latar belakang penolakan terhadap kata “ALLAH”, menurut salah satu selebaran yang dikeluarkan BET YESUA HAMASIAH (“Siapakah yang bernama Allah itu” P.O.BOX 6189 JKPMT 10310 Jakarta), ”ALLAH adalah nama berhala” sehingga “tidak boleh ada pada kita di hadapan YAHWE” dan “tidak boleh dipanggil dan tidak boleh kedengaran dari mulut kita” lebih parah lagi, kata “ALLAH” dikaitkan langsung dengan berbagai tindak kekerasan terhadap umat kristiani. Kelompok BET YESUA HAMASIAH tidak sendirian, ada kelompok-kelompok  lainnya yang memiliki pandangan yang serupa, bahkan di antara kelompok-kelompok yang “anti ALLAH” ini, ada yang berpendapat, roh yang berada di balik kata “ALLAH” tidak lain daripada roh iblis. Itulah sebabnya mereka mendesak LAI, Lembaga penerjemah alkitab di negara-negara lain untuk menghapus kata “ALLAH”, “GOD”, dll seluruhnya dari alkitab yang beredar luas dan menuntut lewat pengadilan agar nama sacral  YHWH digunakan lagi dalam alkitab di seluruh dunia, termasuk LAI. Meskipun Lembaga alkitab di beberapa negara termasuk LAI mengalami tuntutan dari kelompok BET YESUA HAMASIAH, perkara pemakaian nama sacral YHWH di alkitab, tapi hasilnya nihil. Yang disayangkan di Indonesia, kelompok ini nekad membajak teks alkitab terjemahan baru terbitan LAI 1974 dengan mengganti kata ALLAH dan TUHAN seperti dalam, KITAB SUCI 2000 yang dikeluarkan BES YESHUA HAMASIAH, P.O. Box 6189 JKPMT 10310 (KS2000), KITAB SUCI UMAT PERJANJIAN TUHAN yang dikeluarkan oleh jaringan gereja-gereja pengagum nama YAHWEH, Jakart, 2002 (KSUPT). Sulit dibayangkan, bagaimana tindakan yang tidak suci ini dapat dihalalkan untuk mengagungkan sebuah nama suci. Selain kedua jiplakan itu, baru-baru ini beredar lagi sebuah kitab suci atau alkitab berjudul KITAB SUCI PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU VERSI ILT (Indonesia Literal Translation, KSILT) terbitan Yayasan Lentera Bangsa (2007). Menurut pengakuan penerbit, KSILT merupakan terjemahan dari THE INTERLINEAR BIBLE karya Jay P Green Sr. Sama seperti KS2000, KSUPT, KSILT memakai nama YAHWEH dan tidak menggunakan kata ALLAH sama sekali. Sayangnya, terjemahan KSILT pun tidak seorisinil yang diklaim, karena jejak-jejak Alkitab Terjemahan Baru LAI terdeteksi di dalamnya. Ditilik dari segi waktu, proses penerjemahan KSILT tergolong “Fantastis” hanya memelukan waktu sekitar dua tahun, mulai dari pemerolehan izin pada September 2005 sampai dengan penerbitan pada Oktober 2007. Ini tentunya luar biasa singkat bila dibandingkan dengan proses penerjemahan Alkitab TB LAI. Tim penerjemah Alkitab TB LAI yang terdiri dari pakar Indonesia, Belanda, dan Jerman bekerja sama berdasarkan teks Ibrani, Aram, dan Yunani sejak tahun 1952. Hasil terjemahan tim yang telah melalui proses uji coba baru dapat terbit seluruhnya pada tahun 1974 (Seminar LAI, Pdt Anwar Tjen, PhD, 2015). 

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...