💫SABDA NYUNAR💫 Bacaan Injili dari Markus 3:20-35. Dikisahkan dalam bacaan Injil Yesus masuk ke sebuah rumah. Seperti biasa kehadiran Yesus menarik perhatian sehingga banyak orang berkerumun di rumah itu sampai makan pun mereka tidak bisa. Mengapa Yesus menarik perhatian banyak orang? Kalau kita baca kisah sebelum perikop bacaan Minggu ini diceritakan bahwa Yesus banyak mengajar dan berkarya dengan menyembuhkan banyak orang sakit dan orang kerasukan roh jahat. Juga diceritakan bahwa Yesus beradu argumen dengan orang-orang Farisi yang membenci Yesus. Yang menarik ialah keluarga Yesus datang ke sana untuk mengambil Yesus, karena menurut orang-orang itu Yesus tidak waras. Bahkan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata, “Ia kerasukan Beelzebub. Dengan penghulu setan Ia mengusir setan." Bukan Yesus kalau tidak berani beradu argumen. Kata Yesus, “Bagaimana iblis dapat mengusir iblis? Kalau iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan.” Yesus kemudian memberi ilustrasi untuk merampok sebuah rumah haruslah orang paling kuat di rumah itu diikat. Dalam narasi perikop ini tampak Yesus bernada tinggi kepada ahli-ahli Taurat itu dengan mengatakan, “Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun.” (ay. 29). Yesus mengatakan itu, karena ahli-ahli Taurat mengatakan bahwa Yesus kerasukan roh jahat. Musuh-musuh politik Yesus selalu mengincar kalau-kalau Yesus melakukan kesalahan. Mengapa saya sebut musuh-musuh politik? Dalam Yudaisme tidak ada batas tegas antara politik dan agama. Para pemimpin agama Yahudi dapat dikatakan pemimpin politik, karena saat itu Roma berkuasa di Tanah Yudea. Begitu banyaknya pengikut Yesus membuat para pemimpin agama Yahudi was-was dan merasa terancam kewibawaan mereka serta kehilangan pengikut. Kali ini ahli-ahli Taurat melempar fitnah kepada Yesus. Ia difitnah bersekutu dengan Beelzebub. Pada masa Perjanjian Lama Beelzebub dikenal sebagai BaalZebub, Dewa Ekron. Dalam perkembangannya Dewa Ekron itu bergeser maknanya menjadi penghulu setan. Niat tulus Yesus yang mau memberdayakan kaum marginal dipolitikkan oleh ahli-ahli Taurat. Yesus dengan cerdas membalas fitnah mereka dengan menyindir cara berpolitik mereka yang memecahbelah bangsa. Ahli-ahli Taurat itu bahkan menggunakan isu yang paling sensitif yaitu tauhid Yahudi. Yesus menanggapi mereka dengan nada tinggi “Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun.” (ay. 29). Yesus hendak mengatakan bahwa jangan main-main dengan tauhid. Yesus sedang mengabarkan Injil Allah dengan memberdayakan kaum marginal. Sementara ahli-ahli Taurat menuduh Yesus bersekutu dengan Beelzebub. Allah itu Roh. Menyekutukan Roh Allah dengan Dewa Ekron alias Beelzebub adalah pelanggaran berat. Kerajaan Israel Bersatu bubar, karena raja berselingkuh dengan ilah lain. Itu yang hendak disampaikan Yesus kepada ahli-ahli taurat yang menghalalkan segala cara untuk berkuasa. Sepekan terakhir riuh dengan isu PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia) yang membela 75 pegawai KPK yang gagal tes wawasan kebangsaan (TWK). PGI menolak stigma “Taliban” untuk mengeluarkan pegawai yang gagal TWK. Dalam laman PGI Sekum PGI mengatakan “Tujuh dari sembilan orang pegawai KPK yang berkunjung ke Grha Oikoumene PGI pada hari Jumat kemarin (28 Mei – mds.) jelas-jelas tak bisa dikategorikan ‘kadrun’, ‘Taliban’, dan diksi-diksi serupa yang sangat bias identitas (agama), karena mereka merupakan warga gereja. Sekum PGI dalam hal ini tepat sekali. Warga gereja tidak tepat disebut atau distigma “Taliban”. Sayangnya Sekum PGI tidak mengurai lebih lanjut ke khalayak. Entah lupa entah tutup mata. Istilah fundamentalis dan fundamentalisme justru dilekatkan pertama kali kepada gereja dan warga gereja pada awal abad XX. Ideologi fundamentalisme terbukti masuk ke dalam kehidupan bergereja di Indonesia. Bahaya fundamentalisme Kristen bagi kehidupan bergereja dan bernegara juga sudah dibahas panjang-lebar tinggi-rendah oleh teolog-teolog ekumenis di Indonesia.Ketika Alexander Marwata masuk dalam daftar pendek Pansel Calon Komisioner KPK (2015), ia mendapat kecaman dari masyarakat lewat media sebagai hakim tipikor pembela koruptor. Dalam kasus sengketa hasil Pilkada Lebak, Banten, Ratu Atut didakwa oleh jaksa penuntut KPK menyuap Ketua MK (waktu itu) Akil Mochtar. Marwata satu-satunya hakim anggota yang menyatakan berbeda pendapat atau dissenting opinion. Menurutnya fakta persidangan tidak meyakinkannya bahwa Ratu Atut menyuap Akil Mochtar dalam sengketa hasil Pilkada Lebak. Dalam ujian kelayakan dan kepatutatan di hadapan Komisi III DPR (2015) Marwata menjelaskan bahwa memberantas korupsi tidak boleh dengan semangat balas dendam. Semangat itu hanya membuat gelap mata sehingga tidak melihat secara objektif. Ketika Firli Bahuri masuk dalam daftar pendek calon komisioner KPK (2019), ia mendapat pertentangan dan kecaman keras dari masyarakat lewat media. Singkat cerita Firli mendapat stigma orang jahat yang tidak pantas dan tidak boleh menjadi pemimpin KPK (kata yang benar adalah pemimpin bukan pimpinan, karena pimpinan adalah hasil memimpin). Dengan prapaham Firli adalah orang jahat, maka apa pun langkah yang dibuat Firli dinilai oleh masyarakat yang berseberangan dengan dirinya adalah buruk dan melemahkan KPK. Apakah kita hendak mengatakan bahwa ketujuh orang yang disebut Sekum PGI itu fundamentalis Kristen? Bukan itu maksud saya. Yang saya kecam adalah pernyataan terburu-buru PGI bahwa pemecatan sejumlah pegawai KPK yang gagal TWK sebagai pelemahan KPK dan kecaman terhadap PGI oleh warganet dianggap oleh PGI sebagai korban konspirasi kelompok yang hendak melemahkan KPK dengan stigma “Taliban”. Saya mendukung dan mendorong Gereja untuk terus menyampaikan suara kenabian ketika Pemerintah menindas kaum marginal seperti yang Yesus lakukan dalam bacaan Injil hari ini. Gereja juga harus menentang kelompok-kelompok yang menggunakan segala cara untuk berkuasa. Pertanyaannya, apakah memang sudah diyakini 75 orang pegawai KPK yang gagal TWK itu adalah orang-orang tertindas? Bagaimana jika sebaliknya mereka justru orang-orang yang menggunakan kekuasaan mereka yang nyaris tanpa batas untuk menindas orang lain? Bagaimana jika mereka adalah orang-orang yang disebut oleh Marwata di atas memberantas korupsi dengan semangat balas dendam? Jangan-jangan pengurus PGI membuat pernyataan dengan prapaham Firli Bahuri adalah orang jahat sehingga apa pun yang diputuskannya melemahkan KPK? Pertanyaan-pertanyaan di atas tentu saja sukar untuk dijawab, karena masing-masing pihak berangkat dari prapaham sendiri. Hanya saja kita berpesan kepada pengurus PGI yang mulia jangan sampai membuat pernyataan menghujat PGI berarti menghujat Roh Kudus.🙏🙏🙏Selamat berpolitik moral🙌🙌🙌Tuhan memberkati
SUDUT PANDANG LILIN ADVENT
SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...
-
SUDUT PANDANG TENTANG ESENI Di zaman Yesus, ada beberapa golongan atau kelompok politik dan keagamaan Yahudi yang signifikan, an...
-
Otokritik Ajaran Allah Tritunggal GKJ, serial Sudut pandang Pengantar memang pemahamaman ontologi harus berkembang, melihat tr...