Sabtu, 12 Juni 2021

💫SABDA NYUNAR 💫MEMAHAMI KERAJAAN ALLAH

💫SABDA NYUNAR💫Hari ini adalah Minggu III sesudah Pentakosta atau disebut juga Minggu-Minggu biasa, Markus 4:26-34 menjadi bacaan injilnya. Dari dulu ketika beribadah ke gereja sampai sekarang, sesudah sesi kolekte, saya pribadi waktu masih menjadi majelis atau berkhotbah dan juga petugas atau penatua yg laen,  acap kali berdoa berdoa begini “…agar persembahan (kolekte) dapat digunakan untuk memerluas kerajaan-Mu di bumi …”. Entah pengajaran dari mana doa penuh arogansi ini, enyahlah saya sendiri meniru ucapan doa itu,  kemudian saya mulai belajar dan menggali lagi, Saya menduga ini warisan misionaris yang mengemban misi “Amanat Agung” pengabaran Injil ke seluruh dunia. Bukan itu saja, ada juga saat ini bbrp gereja sebelum sesi kolekte petugas atau penatua membacakan ayat-ayat Alkitab yang seolah-olah menakut-nakuti kalau umat tidak berpartisipasi dalam kolekte akan masuk neraka. Berkenaan dg hal itu, baiklah kita merenungi Injil Markus yg merupakan Injil tertua dari empat Kitab Injil dalam Alkitab. Secara pembagian pasal Injil Markus juga yang paling ringkas tentang kisah perjalanan dan kehidupan Yesus seperti halnya kisah drama. Satu ciri Injil Markus adalah murid-murid Yesus tidak pernah tahu siapa Yesus sampai sekitar sepertiga bagian pertama Injil. Mereka hanya mengenal Yesus sebagai orang yang dapat membuat mujizat, menyembuhkan orang sakit, dan mengusir setan. Konteks bacaan tsb dapat kita lihat dalam pasal 4 ayat 1. Kalau di Injil Matius terkenal dengan “Khotbah di Bukit”, dalam Injil Markus bolehlah kita menyebut “Khotbah di Tepi Danau”. Dikisahkan Yesus mengajar orang-orang di tepi Danau Galilea. Berhubung Ia dikerubungi oleh banyak orang, Yesus naik ke perahu, sedang orang-orang berada di tepian danau. Dalam kesempatan itu Yesus mengajar tentang Kerajaan Allah. Dapat kita duga para pendengar Yesus dari beraneka latar belakang, yang sangat bolehjadi banyak yang buta huruf. Yesus pengajar ulung. Untuk itulah Yesus tidak pernah membuat takrif (definition) tentang Kerajaan Allah. Yesus mengajar lewat perumpamaan-perumpamaan. Kerajaan Allah itu, kata Yesus, seumpama orang yang menaburkan benih di tanah. Pada malam hari ia tidur dan saat ia bangun pada siang hari benih itu mengeluarkan tunas dan makin meninggi setiap hari. Benih itu menjadi tanaman. Bagaimana pertumbuhannya tidak diketahui orang itu. Ketika tanaman itu berbuah, orang itu menuainya. Kemudian Yesus memberikan lagi perumpamaan kepada para pendengar-Nya. Hal kerajaan Allah itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Biji sesawi merupakan biji terkecil di antara benih yang ada, kata Yesus, tetapi ia tumbuh dan menjadi lebih besar daripada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang besar sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya. Istilah Kerajaan Allah lebih merujuk The Reign of God daripada The Kingdom of God, karena Kerajaan Allah tidak menjadi suatu wilayah atau daerah. Apa yang dimaksudkan Yesus dengan Kerajaan Allah di sini ialah Kedaulatan Allah yang menghadirkan damai sejahtera Allah. Yesus bukan hendak menjalankan teokrasi, namun menyampaikan bahwa Allah hadir di tengah-tengah masyarakat pinggiran yang tidak dipedulikan oleh penguasa. Dalam pautannya dengan perumpamaan pertama Yesus mau mengatakan bahwa Allah turut bekerja dengan orang-orang yang bekerja. Mereka menabur, Allah menumbuhkan, mereka menuai. Tidak perlu ditafsirkan berlebihan, karena para pendengar  Yesus adalah masyarakat biasa. Yesus hendak mengatakan bahwa Allah tidak meninggalkan mereka, tetapi turut bekerja bersama dengan mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam perumpamaan kedua Yesus mengambil contoh biji sesawi yang sangat kecil. Yesus hendak menyampaikan bahwa Allah bekerja lewat hal-hal kecil yang luput dari perhatian banyak orang. Namun hasil pekerjaan itu berdampak besar. Benih atau biji kecil itu bertumbuh menjadi tanaman yang besar dan menaungi dan melindungi burung-burung. Kita tidak perlu mencari tahu seperti apa biji sesawi itu. Bayangkan saja seperti biji merica. Pesan perumpamaan Yesus itu kepada gereja agar tidak arogan. Kerajaan Allah bukan ditunjukkan dengan gedung-gedung gereja megah dengan warga jemaat ribuan bahkan jutaan. Kalau kemudian gereja menjadi besar itu bukan hasil pekerjaan para pejabat gerejawi, bukan dari kolekte yang besar, melainkan Allah yang bekerja. Seperti halnya pohon sesawi yang melindungi dan menaungi demikian juga halnya dengan gereja. Di sini gereja adalah hamba misi Kerajaan Allah, yang menghadirkan ciri-ciri Kerajaan Allah, bukan Kerajaan Allah itu sendiri. Apakah langkah gereja lewat PGI yang membela 75 pegawai KPK yang gagal TWK berarti sudah menjalankan fungsi gereja menaungi orang-orang terpinggirkan? Belum tentu. Seperti yang saya sampaikan pekan lalu, bagaimana jika sebaliknya, 75 orang itu justru selama ini sombong menggunakan kekuasaan mereka yang nyaris tanpa batas untuk menindas orang lain? Jadi, menaungi orang-orang terpinggirkan seperti apa? Banyak. Satu contohnya adalah para transpuan/transgender, dll. Kehidupan mereka menyedihkan lantaran mereka tak terterimakan dalam masyarakat. Akibat selanjutnya mereka tidak memiliki akses pendidikan dan pekerjaan yang layak bagi kehidupan. Bahkan banyak dari mereka yang tidak mengantongi kartu identititas negara. Dalam ayat 33-34 dikatakan bahwa “Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian  mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.”. Kita dan para pembaca Injil Markus boleh saja mendua-duga. Akan tetapi yang perlu kita ingat bahwa penulis kisah teologis Injil Markus bercerita tentang Yesus dan para murid, bukan apa yang dibicarakan oleh Yesus dan para murid. Penulis Injil menyampaikan pesan penting kepada para rohaniman untuk tidak merasa paling tahu, untuk tidak membuat “kisah-kisah Injil baru”, sehingga merasa menjadi pemegang kebenaran tunggal. Kita lebih baik memosisikan diri sebagai pendengar umum, bukan mencari-cari pembenaran untuk meneguhkan kekuasaan. Kristen hadir di bumi Indonesia bukan untuk menerapkan teokrasi. Doa kolekte “…agar persembahan (kolekte) dapat digunakan untuk memerluas kerajaan-Mu di bumi …” jangan diucapkan lagi. Dengan demikian kehadiran gereja seperti pohon sesawi yang menghadirkan perlindungan dan keteduhan, bukan kegaduhan dan keangkuhan. Hal Kerajaan Allah itu seumpama TWK (Test Wawancara Kebangsaan). Orang-orang sombong meremehkannya. Mereka menghina hikmat. Mereka tidak berjaga-jaga. Ketika tiba waktunya mereka kalah dari orang-orang bertekun. Orang-orang sombong itu dihempaskan ke ruang paling gelap yang penuh ratapan dan kertakan gigi.🙏🙏🙏 Selamat Memahami Kerajaan Allah🙌🙌🙌 Tuhan memberkati 

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...