💫SABDA NYUNAR💫TAK KENAL LELAH, Bacaan Injil Minggu ini diambil dari Markus 6:30-34, 53-56. Bacaan Injil dua Minggu lalu mengenai Yesus yang ditolak di kampung-Nya sendiri kemudian Yesus malah makin bergiat melayani masyarakat. Bahkan untuk meningkatkan pelayanan Yesus mengutus murid-murid-Nya berjalan berdua-dua. Dalam bacaan Injil Minggu ini para murid berkumpul kembali dan melaporkan apa yang telah mereka kerjakan dan ajarkan. Yesus kemudian mengajak mereka ke tempat sunyi untuk beristirahat. Dinarasikan di dalam Injil bahwa selama ini mereka sibuk melayani masyarakat sehingga untuk makan pun mereka tidak sempat. Berangkatlah mereka menyeberang danau untuk mengasingkan diri sementara waktu (ay. 30-32). Rupanya kepergian mereka dilihat oleh banyak orang. Orang-orang itu kemudian mengambil jalan pintas menyusul Yesus dan murid-murid-Nya. Ketika mereka tiba di seberang, Yesus melihat banyak orang menanti mereka sehingga tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan. Orang-orang itu seperti domba yang tidak memiliki gembala. Yesus kemudian mengajarkan banyak hal kepada orang-orang itu (ay. 33-34). Bacaan Injil kemudian berpindah ke ayat 53-56. Dari tempat sunyi itu Yesus dikisahkan pergi dan mendarat di Genesaret. Ketika Yesus dan para murid keluar dari perahu, orang-orang mengenali mereka. Tersebarlah berita itu dan berlari-larilah mereka ke daerah itu dengan mengusung orang-orang sakit untuk menemui Yesus. Ke mana pun Yesus pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada Yesus untuk hanya menjamah jumbai jubah-Nya. Dikisahkan semua orang sakit yang menjamah-Nya menjadi sembuh. Lagi-lagi Yesus dan para murid tidak bisa mengambil rehat. Bacaan Injil bagian pertama secara terang benderang memerikan (describe) sisi manusiawi Yesus dan para murid yang merasa kelelahan melayani masyarakat. Mereka butuh rehat untuk mengisi “batere”. Rupanya masyarakat sangat haus atas pelayanan. Yesus menunda rehat karena merasa kasihan kepada orang-orang itu. Kasihan di sini sebenarnya merujuk belarasa (compassion), karena disebutkan bahwa orang-orang seperti domba yang tidak memiliki gembala. Bacaan Injil bagian kedua menunjukkan sikap solidaritas orang-orang kepada mereka yang tak berdaya seperti tertulis “…berlari-larilah mereka dan mulai mengusung orang-orang sakit …” Tidak dikatakan oleh teks bahwa yang mengusung orang-orang sakit itu keluarga. Juga tidak dikatakan orang-orang itu menasihati para penderita penyakit itu. Beberapa waktu lalu terbetik kabar bahwa tim petugas pemakaman jenazah Covid19 di Klaten, Jawa Tengah, mengubur peti mati kosong, karena jenazahnya masih di rumah sakit. Untuk beberapa kalangan warta itu mengundang gelak. Akan tetapi di balik itu sungguh menyayat hati. tidak akan menunjukkan jari siapa yang bersalah. melihatnya sebagai akibat faktor kepenatan tenaga kesehatan (Nakes). Yang menarik dari kejadian itu para Nakes tetap bersemangat untuk lebih memantapkan komunikasi. Meski melelahkan, tak boleh berhenti untuk tugas kemanusiaan. Kita (saya dan orang-orang yang berpikiran waras) melihat Nakes bekerja, bekerja, dan bekerja melayani masyarakat, menyembuhkan, dan menyelamatkan para pasien Covid19. Mereka tampak tak mengenal lelah, walau sebenarnya mereka juga kelelahan karena mereka manusia biasa. Mereka merindu berkumpul bersama dengan keluarga. Dalam pada itu masyarakat yang kurang waras berbuat sebaliknya. Mereka menafikan bahaya penularan dengan melalaikan protokol kesehatan, mengolok-olok Nakes. Giliran mereka terjangkit, mereka mula menyalahkan pemerintah, menuding Nakes penipu, menyebarkan ujaran kebencian kepada Nakes. Padahal dalam banyak kasus mereka tidak jujur terjangkit sehingga menulari Nakes sampai meninggal. Pemerintah dengan segala kekurangannya lewat para Nakes bekerja tanpa kenal lelah menyelamatkan rakyat. Seburuk-buruknya pemerintah tidak mau ada pandemi, pemerintah tentu saja hendak menjalankan program politik mereka tanpa terganggu oleh pandemi. Tidak masuk akal sehat jika pemerintah senang ada pandemi. Apalah daya Covid19 merupakan kenyataan yang tak dapat ditolak sehingga menjadi prioritas pengentasannya. Seperti Yesus dan para murid menunda rehat, hasrat dan belarasa para Nakes menyelamatkan penderita Covid19 membangkitkan semangat solidaritas di antara masyarakat. Ada yang menopang tetangga yang sedang mengisolasi diri, ada yang memberikan peralatan dan bahan kesehatan, dan bahkan ada yang membantu menyediakan peti jenazah. Bagi para Nakes menyelamatkan nyawa manusia jauh lebih besar daripada memikirkan celaan dan cemooh dari para penyinyir yang terhimpit radang kewarasan. Lelah memang, tetapi menyerah menyelamatkan nyawa bukanlah pilihan.🙏🙏🙏Selamat berbela rasa dan turut merasa bersama para nakes🙌🙌🙌Tuhan memberkati
SUDUT PANDANG LILIN ADVENT
SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...
-
SUDUT PANDANG TENTANG ESENI Di zaman Yesus, ada beberapa golongan atau kelompok politik dan keagamaan Yahudi yang signifikan, an...
-
Otokritik Ajaran Allah Tritunggal GKJ, serial Sudut pandang Pengantar memang pemahamaman ontologi harus berkembang, melihat tr...