Memaknai Yesus mengajar dari bacaan Lukas 4 ayat 14 sampai 21 “Education costs money, but then so does ignorance.” Claus Moser. Ketika gereja mau belajar mengajar dan Berhikmat maka sebetulnya tahun Rahmat Tuhan sudah datang. Hal yang patut dikedepankan dalam hal berhikmat dan mengajar bukan mengejar ketenaran atau pujian, namun kebenaran. Hikmat kebenaran yang sejati berasal dari Allah sendiri. Hikmat Allah sebagai sumber kebenaran bila diterima dengan sepenuh hati akan menyadarkan umat perihal dirinya di hadapan Tuhan. Kita mesti menjadi bagian dari masyarakat yang berhikmat. Kita terus diperbarui untuk menjadi orang yang bijak di tengah masyarakat yang terkadang ada yang bertujuan mengacaukan situasi dan memang tidak senang adanya suasana damai. Sebagai pribadi orang percaya terus belajar menjadi orang bijak, arif dan dewasa dengan memberlakukan hikmat Tuhan sebagai sumber kebenaran tertinggi. Berhikmat yang menjadi berkat bagi umat maupun masyarakat.Kiranya dengan hati yang selalu membuka diri untuk dibimbing Roh Tuhan sehingga taat untuk menerima pengajaran hikmat dan setia menerapkan hidup yang berhikmat. Hidup yang penuh hormat dan rendah hati menerima setiap pengajaran Firman yang dilayankan. Dihadapan kebenaran Allah yang penuh kuasa dan kemuliaan, tidak pantas baginya untuk memegahkan diri. Berhikmatlah dalam pikiran, perkataan dan tindakan (Dalam mengajar dan belajar) yang mendatangkan kebaikan bagi umat dan masyarakat umum. Bahkan menggunakan karunia yang berguna bagi orang lain, yang tidak untuk kebanggan diri sendiri. Kepandaian yang dimiliki tidak untuk membodohi masyarakat namun untuk mencerahkan. Kepandaian harus dibarengi dengan kebijaksanaan agar jadi berkat bagi banyak orang, mengajar yang mencerahkan bukan menjerumuskan bahkan menyesatkan masyarakat dalam berpikir maupun bertindak. Sebagaimana Kristus dalam berhikmat yang dari Roh Allah untuk menyatakan pembebasan, menyembuhkan dan mewartakan sukacita dari Tuhan. Menjadi pengajar baik bagi diri sendiri maupun orang lain terlebih khalayak banyak dengan menyampaikan berita yang benar dan berguna agar berita tersebut tidak sekadar memberi informasi, namun juga menginspirasi dan memotivasi kepada kebenaran Tuhan. Contoh saja tentang nalar thd suatu hal dikaitkan dengan hikmat dalam mengajar belajar, tentang berita di suatu tempat yaitu lomba Lektor, yah nyonto pinginnya Musabaqah Tilawatil Qur'an, bidang lomba membaca Al-Qur'an dengan bacaan mujawwad, yaitu bacaan Al-Qur'an yang mengikuti kaidah-kaidah hukum tajwid, membaca dengan adab tilawah, serta seni lagu dan suara. Alkitab, kitab suci orang Kristen, adalah karya sastra yang berbentuk prosa dan puisi. Dalam ilmu teologi bidang biblika karya sastra tersebut merupakan refeksi iman para penulisnya. Seindah-indahnya karya sastra itu para penafsir selalu ingin mencari apa makna teks atau makna apa yang dipahami oleh penulisnya, bukan lagi ayat ini bermakna apa bagiku tapi makna apa yg ada dibelakang pikiran penulisnya shg penulis menuliskan ayat tsb. Dalam dunia sastra umum tidaklah penting untuk mencari makna karena sastra umum mengutamakan keindahan. Pembaca atau penikmat sastra tidak peduli pada apa yang hendak disampaikan penulis karena mereka menikmati keindahan karya sastra. Bahkan dalam bentuk yang sederhana seperti peribahasa “Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu” orang tidak peduli apa makna “kura-kura dalam perahu”. Orang hanya peduli pada keindahan rima untuk menuju frase selanjutnya “pura-pura tidak tahu”. Pembaca Alkitab disebut lektor. Calon-calon lektor tidak dilatih untuk membaca dengan indah. Mereka dilatih untuk menyampaikan secara utuh suatu perikop yang dibacanya agar didengar secara utuh oleh para pendengarnya.Itulah sebabnya tidak ada lomba lektor nasional. Alkitab memang karya sastra, tetapi keindahan bukanlah yang utama. Yang utama dan terutama adalah apa makna teks untuk pembaca masa kini. Gereja pada hakikatnya mengajar, tapi juga belajar. Gereja yang tak mengajar dan belajar berarti bukan gereja. Gereja membuat tahun liturgi: Tahun A, Tahun B, dan Tahun C, yang dapat diartikan tahun ajaran atau tahun akademik. Kurikulumnya berupa leksionari. Berhubung Gereja ibadahnya Kristosentris, maka pusat pemberitaannya atau homilinya adalah Injil. Bacaan dari Perjanjian Lama (PL) dan Surat-surat Rasuli untuk menopang pembacaan Injil. Injil Matius mengisi kurikulum Tahun A. Injil Markus untuk Tahun B. Injil Lukas untuk Tahun C. Injil Yohanes disisipkan ke Tahun A, B, dan C untuk Minggu-Minggu tertentu. Tahun ajaran/akademik dimula dari Minggu Pertama masa Adven. Sekarang adalah Tahun C atau Tahun Injil Lukas. Sesudah Tahun C berakhir, maka kembali ke Tahun A sehingga membentuk siklus atau lingkaran seperti spiral bolpen. Kita seolah-olah kembali ke titik yang sama (dilihat dari atas), tetapi sebenarnya di masa yang berbeda (dilihat dari samping). Penerapan kurikulum dengan bacaan ekumenis atau leksionari (RCL – Revised Common Lectionary) berfungsi menanamkan nilai-nilai historis sekaligus tradisi bahwa yang terjadi pada masa kini merupakan embusan dari peristiwa-peristiwa masa lalu. Dengan pengulangan lewat siklus tahun akademik umat menyadari bahwa firman yang disampaikan selalu baru dari masa ke masa. Persoalannya tidak semua gereja menerapkan tahun liturgi dengan bacaan ekumenis. Pembacaan Alkitab sesuka hati gerejanya. Teks-teks yang sulit dihindari. Teks-teks yang dianggap mendukung ideologi aliran gereja sering dibaca. Padahal, seperti yang saya sampaikan di atas, ibadah Kristen berpusat pada Kristus atau Kristosentris, bukan pada kemauan dan ideologi gerejanya. Dalam pada itu ada cukup banyak juga tamatan perguruan tinggi teologi berhenti belajar. Cara membaca Alkitab mereka kembali seperti ketika mereka masih remaja. Mereka mengingkari hakikat Gereja yang mengajar. Minggu ketiga sesudah Epifania. Bacaan Minggu ini secara ekumenis diambil dari Injil Lukas (Lukas 4 ayat 14 sampai 21). Apabila kita berasal dari gereja-gereja arus-utama, sebelum ibadah dimula ada prosesi penyerahan Alkitab dari pejabat gereja kepada pemimpin ibadah, dan sesudah ibadah pemimpin ibadah mengembalikan Alkitab kepada pejabat gereja. Tradisi ini merujuk bacaan Injil Lukas pada Minggu ini. Dikisahkan dalam bacaan Injil Lukas setelah Yesus menyepi selama 40 hari di padang gurun, Ia kembali ke Galilea. Tersebarlah kabar tentang Yesus di seluruh daerah itu. Ia mengajar di rumah-rumah ibadah di sana dan semua orang memuji-Nya (ay. 14-15). Yesus kemudian ke Nazaret tempat Ia dibesarkan. Menurut kebiasaan-Nya pada Sabat Ia masuk ke rumah ibadah. Ia kemudian diberi kitab Nabi Yesaya oleh pejabat rumah ibadah. Ia kemudian membaca kitab itu, yang dalam Alkitab modern terdapat di dalam Yesaya 61:1-2. Setelah membaca Ia menutup kitab itu dan mengembalikannya kepada pejabat rumah ibadah, lalu duduk (ay. 20), dan semua mata tertuju kepada-Nya, lalu Ia mula mengajar. Kata Yesus, “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” (ay. 21). Sila baca lagi ayat 20 “Yesus duduk” dan ayat 21 “Yesus mengajar”. Suasana pengajaran memang seperti di kelas. Rumah-rumah ibadah menjadi pusat pengajaran sejak reformasi Yahudi pasca-pembuangan di Babel. Pertanyaan selanjutnya, mengapa Yesus boleh mengajar? Tahapan pendidikan Yahudi dimula dari Mikra (membaca Taurat) pada usia 5 tahun. Anak usia 10-12 tahun masuk ke Beth Talmud. Semua anak Yahudi pada usia 12 harus melakukan ‘aliyah (naik) dan Bemah (menghadap mimbar untuk menerima kuk hukum Taurat) dan siap menerima ruah (roh hikmat). Yesus pun dikenai hukum adat ini ketika berumur 12 tahun (lih. Titik Pandang, 26 Desember 2021). Pada usia 20 ditambahkan baginya nishama (reasonable soul, “jiwa penalaran”) dan pada usia tersebut seseorang memasuki sekolah khusus Yahudi (Beth Midrash). Tidak semua anak Yahudi dapat masuk sampai ke jenjang Beth Midrash karena dibutuhkan kemampuan akademik tinggi. Pada usia 30 orang Yahudi baru boleh mengajar di depan umum. Dengan mengetahui tradisi pendidikan Yahudi ini kita bisa menafsir bahwa Yesus adalah lulusan Beth Midrash dan sudah berusia 30 tahun saat Ia mengajar seperti narasi dalam Injil Lukas di atas.Apa yang dibaca Yesus sampai Ia mengatakan bahwa pada hari ini genaplah nas ini? Dalam Yesaya 61:1-2 tertulis “Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung”. Teks yang dibaca Yesus itu dalam bentuk puisi. Puisi itu memerikan betapa memilukan Yerusalem yang porak poranda. Kerajaan Israel Bersatu bubar. Dimula dari Kerajaan Israel Utara direbut oleh Asyur. Menyusul kemudian Kerajaan Yehuda di selatan dikalahkan oleh Babel. Umat menderita dalam penjara kuasa Babel. Menjadi tawanan tidak nyaman, meski diberi kelimpahan makanan dan fasilitas. Menjadi tawanan itu tak merdeka, remuk hati, karena segala kebebasan direnggut. Namun penulis kitab Yesaya mau menyampaikan kabar sukacita atas pembebasan umat dari tawanan. Allah tidak meninggalkan umat-Nya, walau umat-Nya meninggalkan-Nya.🙏🙏🙏Selamat Belajar Mengajar Berhikmat🙌🙌🙌Tuhan Yesus Memberkati
SUDUT PANDANG LILIN ADVENT
SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...
-
SUDUT PANDANG TENTANG ESENI Di zaman Yesus, ada beberapa golongan atau kelompok politik dan keagamaan Yahudi yang signifikan, an...
-
Otokritik Ajaran Allah Tritunggal GKJ, serial Sudut pandang Pengantar memang pemahamaman ontologi harus berkembang, melihat tr...