Jumat, 15 Juli 2022

Melihat hukum kasih dari Injil berbeda, Serial sudut pandang

Melihat hukum kasih dari 2 Injil berbeda, Serial sudut pandang

“𝘉𝘦 𝘤𝘢𝘳𝘦𝘧𝘶𝘭 𝘢𝘣𝘰𝘶𝘵 𝘳𝘦𝘢𝘥𝘪𝘯𝘨 𝘩𝘦𝘢𝘭𝘵𝘩 𝘣𝘰𝘰𝘬𝘴. 𝘚𝘰𝘮𝘦 𝘧𝘪𝘯𝘦 𝘥𝘢𝘺 𝘺𝘰𝘶 𝘸𝘪𝘭𝘭 𝘥𝘪𝘦 𝘰𝘧 𝘢 𝘮𝘪𝘴𝘱𝘳𝘪𝘯𝘵.” Markus Herzt

Apabila kita membaca “Hukum Kasih” dalam Injil sinoptis (Markus, Matius, dan Lukas) tampak mirip, tetapi narasi untuk menyampaikan “Hukum Kasih” itu berbeda-beda. Dalam Injil Yohanes tidak ada “Hukum Kasih”.

Hari ini adalah Minggu kelima sesudah Pentakosta. Bacaan ekumenis diambil dari Lukas 10:25-37 yang didahului dengan Amos 7:7-17, Mazmur  82, dan Kolose 1:1-14.

Perikop (𝘱𝘢𝘴𝘴𝘢𝘨𝘦) bacaan Injil Minggu ini oleh LAI diberi judul “Orang Samaria yang murah hati”. Saya kutipkan narasinya dari Alkitab LAI TB II 1997.

𝗟𝘂𝗸𝗮𝘀 𝟭𝟬:𝟮𝟱-𝟯𝟳 
Kemudian berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: "𝘎𝘶𝘳𝘶, 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘬𝘶𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘦𝘳𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘬𝘢𝘭?" Jawab Yesus kepadanya: "𝘈𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘵𝘶𝘭𝘪𝘴 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘶𝘬𝘶𝘮 𝘛𝘢𝘶𝘳𝘢𝘵? 𝘈𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘶𝘣𝘢𝘤𝘢 𝘥𝘪 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮𝘯𝘺𝘢?" Jawab orang itu: "𝘒𝘢𝘴𝘪𝘩𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯, 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩𝘮𝘶, 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘯𝘢𝘱 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘮𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘯𝘢𝘱 𝘫𝘪𝘸𝘢𝘮𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘯𝘢𝘱 𝘬𝘦𝘬𝘶𝘢𝘵𝘢𝘯𝘮𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘯𝘢𝘱 𝘢𝘬𝘢𝘭 𝘣𝘶𝘥𝘪𝘮𝘶, 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘢𝘮𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘮𝘶 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪." Kata Yesus kepadanya: "𝘑𝘢𝘸𝘢𝘣𝘮𝘶 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳; 𝙥𝙚𝙧𝙗𝙪𝙖𝙩𝙡𝙖𝙝 𝙙𝙚𝙢𝙞𝙠𝙞𝙖𝙣, 𝙢𝙖𝙠𝙖 𝙚𝙣𝙜𝙠𝙖𝙪 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙝𝙞𝙙𝙪𝙥." Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: "𝘋𝘢𝘯 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘢𝘮𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢?" (ay. 25-29)

Jawab Yesus: "𝘈𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘶𝘳𝘶𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘠𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘭𝘦𝘮 𝘬𝘦 𝘠𝘦𝘳𝘪𝘬𝘩𝘰; 𝘪𝘢 𝘫𝘢𝘵𝘶𝘩 𝘬𝘦 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘯𝘺𝘢𝘮𝘶𝘯-𝘱𝘦𝘯𝘺𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘮𝘱𝘰𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘩𝘢𝘣𝘪𝘴-𝘩𝘢𝘣𝘪𝘴𝘢𝘯, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘶𝘬𝘶𝘭𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘯𝘨𝘢𝘩 𝘮𝘢𝘵𝘪. 𝘒𝘦𝘣𝘦𝘵𝘶𝘭𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘮𝘢𝘮 𝘵𝘶𝘳𝘶𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶𝘪 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶; 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘸𝘢𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯. 𝘋𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘢𝘯 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘓𝘦𝘸𝘪 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘪𝘵𝘶; 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶, 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘸𝘢𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯. 𝘓𝘢𝘭𝘶 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘚𝘢𝘮𝘢𝘳𝘪𝘢, 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘱𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘢𝘯, 𝘬𝘦 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘪𝘵𝘶; 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶, 𝘵𝘦𝘳𝘨𝘦𝘳𝘢𝘬𝘭𝘢𝘩 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘴 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩𝘢𝘯. 𝘐𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘶𝘵 𝘭𝘶𝘬𝘢-𝘭𝘶𝘬𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘪𝘳𝘢𝘮𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘪𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶𝘳. 𝘒𝘦𝘮𝘶𝘥𝘪𝘢𝘯 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘪𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶 𝘬𝘦 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘬𝘦𝘭𝘦𝘥𝘢𝘪 𝘵𝘶𝘯𝘨𝘨𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘸𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘦 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘸𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢. 𝘒𝘦𝘦𝘴𝘰𝘬𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘳𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘶𝘢 𝘥𝘪𝘯𝘢𝘳 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶, 𝘬𝘢𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢: 𝘙𝘢𝘸𝘢𝘵𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘬𝘢𝘶𝘣𝘦𝘭𝘢𝘯𝘫𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪, 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘨𝘢𝘯𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢, 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶 𝘢𝘬𝘶 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪.” (ay. 30-35)

“𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘨𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘯𝘪, 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘳𝘶𝘵 𝘱𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵𝘮𝘶, 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘢𝘵𝘶𝘩 𝘬𝘦 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘯𝘺𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘪𝘵𝘶?" Jawab orang itu: "𝘖𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘫𝘶𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘴 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢." Kata Yesus kepadanya: " 𝙋𝙚𝙧𝙜𝙞𝙡𝙖𝙝, 𝙙𝙖𝙣 𝙥𝙚𝙧𝙗𝙪𝙖𝙩𝙡𝙖𝙝 𝙙𝙚𝙢𝙞𝙠𝙞𝙖𝙣!" (ay. 36-37)

Di awal saya mengatakan bahwa narasi “Hukum Kasih” berbeda-beda di setiap Injil. Saya ambil contoh Injil Markus yang tertua. Saya kutipkan narasi Injil 𝗠𝗮𝗿𝗸𝘂𝘀 𝟭𝟮:𝟮𝟴-𝟯𝟯 dari Alkitab LAI TB II 1997: Lalu seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: ”𝘗𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘮𝘢𝘯𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘶𝘵𝘢𝘮𝘢?” Jawab Yesus: ”𝘗𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘵𝘢𝘮𝘢 𝘪𝘢𝘭𝘢𝘩: 𝘋𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳𝘭𝘢𝘩, 𝘩𝘢𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘐𝘴𝘳𝘢𝘦𝘭, 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘪𝘵𝘢, 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘦𝘴𝘢. 𝘒𝘢𝘴𝘪𝘩𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯, 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩𝘮𝘶, 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘯𝘢𝘱 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘮𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘯𝘢𝘱 𝘫𝘪𝘸𝘢𝘮𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘯𝘢𝘱 𝘢𝘬𝘢𝘭 𝘣𝘶𝘥𝘪𝘮𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘯𝘢𝘱 𝘬𝘦𝘬𝘶𝘢𝘵𝘢𝘯𝘮𝘶. 𝘗𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢 𝘪𝘢𝘭𝘢𝘩: 𝘒𝘢𝘴𝘪𝘩𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘢𝘮𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘮𝘶 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪. 𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘶𝘵𝘢𝘮𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘪𝘯𝘪.” Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: ”𝘛𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪, 𝘎𝘶𝘳𝘶, 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘬𝘢𝘵𝘢-𝘔𝘶 𝘪𝘵𝘶, 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘋𝘪𝘢 𝘦𝘴𝘢, 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘬𝘦𝘤𝘶𝘢𝘭𝘪 𝘋𝘪𝘢. 𝘔𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘴𝘪𝘩𝘪 𝘋𝘪𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘯𝘢𝘱 𝘩𝘢𝘵𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘯𝘢𝘱 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘦𝘳𝘵𝘪𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘯𝘢𝘱 𝘬𝘦𝘬𝘶𝘢𝘵𝘢𝘯, 𝘥𝘢𝘯 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘴𝘪𝘩𝘪 𝘴𝘦𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝙟𝙖𝙪𝙝 𝙡𝙚𝙗𝙞𝙝 𝙪𝙩𝙖𝙢𝙖 𝙙𝙖𝙧𝙞𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙨𝙚𝙢𝙪𝙖 𝙠𝙪𝙧𝙗𝙖𝙣 𝙗𝙖𝙠𝙖𝙧𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙣 𝙠𝙪𝙧𝙗𝙖𝙣 𝙡𝙖𝙞𝙣𝙣𝙮𝙖.” (ay. 28-33) Yesus melihat bagaimana menjawab dengan  bijaksana jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: ”𝘌𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘫𝘢𝘶𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘒𝘦𝘳𝘢𝘫𝘢𝘢𝘯 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩!” Sesudah itu seorang pun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus. (ay. 34)

Dalam versi Injil Markus “Hukum Kasih” diucapkan oleh Yesus sebagai jawaban atas pertanyaan: “Perintah manakah yang paling utama?” (Mrk. 12:28). Jadi, hal yang disoal di Markus adalah keutamaan. Menurut Yesus versi Markus perintah yang paling utama adalah mengasihi Tuhan Allah (Mrk. 12:30). Perintah nomor dua dan tidak setara adalah mengasihi sesama manusia (Mrk. 12:31).
  
Mungkin timbul pertanyaan: kedua perintah itu lebih utama dibanding apa? Dalam Injil Markus kedua perintah itu 𝗹𝗲𝗯𝗶𝗵 𝘂𝘁𝗮𝗺𝗮 𝗱𝗮𝗿𝗶𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗿𝗶𝘁𝘂𝗮𝗹 𝗸𝗲𝗮𝗴𝗮𝗺𝗮𝗮𝗻: 𝗸𝘂𝗿𝗯𝗮𝗻 𝗯𝗮𝗸𝗮𝗿𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝗸𝘂𝗿𝗯𝗮𝗻 𝗹𝗮𝗶𝗻𝗻𝘆𝗮 (Mrk. 12:33, LAI TB II 1997) atau kurban bakaran dan kurban sembelihan (Mrk. 12:33, LAI TB 1974). Bandingkan dengan 𝘃𝗲𝗿𝘀𝗶 𝗠𝗮𝘁𝗶𝘂𝘀: Pada kedua perintah inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi (Mat. 22:40, TB II LAI 1997).

Dalam narasi versi Lukas “Hukum Kasih” muncul dalam dialog antara Yesus dan ahli Taurat, sedang dalam versi Markus Yesus berdialog dengan ahli Taurat dan orang-orang Saduki. Dalam Lukas “Hukum Kasih” diucapkan oleh si ahli Taurat dan itu adalah jawaban untuk pertanyaan yang diajukannya sendiri: “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memeroleh hidup yang kekal?”

Cukup jelas menurut pemahaman Lukas, pelaksanaan “Hukum Kasih” itu adalah cara untuk memeroleh hidup yang kekal. Hal itu juga ditegaskan oleh tokoh Yesus sebanyak dua kali (ay. 28 dan 37):
• "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup" (Luk. 10:28).
• "Pergilah, dan perbuatlah demikian!" (Luk. 10:37)

Dari sana kita tahu bahwa sesudah si ahli Taurat menjawab sendiri pertanyaannya, Yesus memberi instruksi pragmatis: “Kamu sudah tahu teorinya, sekarang praktikkanlah!” Akan tetapi narasi versi Lukas masih bersambung dengan dialog tentang “Hukum Kasih”.

Tampaknya si ahli Taurat masih hendak mencari celah dengan menggiring Yesus tentang sesama manusia adalah sesama orang Yahudi, maka ia mengajukan pertanyaan teoretis: “Jika aku harus mengasihi sesamaku manusia, pertanyaannya: siapakah sesamaku manusia?” Jawaban atas pertanyaan itu Yesus mengajukan cerita perumpamaan orang Samaria yang murah hati di luar dugaan si ahli Taurat.

Kita sudah tahu bahwa perseteruan orang Yahudi dan Samaria sudah berlangsung berabad-abad. Padahal mereka sebelumnya satu entitas dalam Kerajaan Israel Bersatu: Yehuda dan Israel Utara. Israel Utara (Samaria) takluk pada Asiria pada 721 SZB dan rakyat Israel Utara bercampur baur dengan orang-orang Asiria sehingga sejalan dengan waktu sudah sulit menunjukkan jatidiri mereka, terjadi kawin campur yg dianggap bukan ras murni lagi (dalam narasi Injil diperlihatkan bgmn Yesus sangat perhatian pada kaum Samaria, yg merupakan ras kawin campur). Itu satu penyebab belakangan orang-orang Yahudi (sebutan untuk orang-orang Yehuda pasca-pembuangan) membenci orang-orang Samaria.

Oleh karena “Hukum Kasih” Markus tidak ada hubungannya dengan perumpamaan orang Samaria, maka kita bisa menduga bahwa Lukas yang punya gagasan untuk mengajukan teologinya sendiri dengan menyatukan dua bahan yang berbeda itu. Pada dirinya perumpamaan orang Samaria itu dapat mengundang banyak penafsiran karena ia merupakan cerita utuh yang dapat mandiri. Namun dalam kerangka cerita Lukas (10:25-37), perumpamaan itu harus ditafsir dalam pautannya dengan “Hukum Kasih” dan cara untuk memeroleh hidup kekal (Luk. 10:25). Penekanan pada pelaksanaan “Hukum Kasih” ditegaskan oleh ucapan tokoh utama (Yesus) di akhir cerita. Yesus, yang tadinya hendak dijebak oleh si ahli Taurat, membalikkan keadaan dengan bertanya, “Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Si ahli Taurat tak dapat lagi berkelit dan menjawab, "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Nah, kalau begitu, kata Yesus, “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”

Di sini Lukas (dan penulis Injil lainnya) panggah (𝘤𝘰𝘯𝘴𝘪𝘴𝘵𝘦𝘯𝘵) menampilkan keradikalan ajaran Yesus. Mengasihi sesama manusia itu melampaui kelompok sendiri, melompati tembok-tembok dogma agama. Kemanusiaan mendahului keagamaan.


16 Juli 2022 T

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...