Saya tuh gumun pada kegiatan orang Kristen pergi ke Tanah Suci. Memangnya kekristenan memiliki Tanah Suci? Sejak Kapan? Aturannya di mana?
Ada orang bersaksi tentang perbedaan suasana ibadah di “Tanah Suci” orang Kristen. Orang itu merasa damai beribadah di tempat Yesus lahir. Benarkah Yesus lahir di tempat/lokasi itu?
Sesungguhnya satu orang pun tidak ada yang tahu tempat/lokasi Yesus lahir. Bahkan penulis Injil pun tidak tahu. Berarti saya tidak percaya pada kesaksian Alkitab dong? Justru saya setia pada narasi kitab Injil, maka saya menyimpulkan bahwa penulis Injil tidak sedang menulis kisah kelahiran Yesus secara historis. Itu kisah teologis sehingga sesukanya penulis Injil mengarang kisah Natal untuk mengusung teologi mereka masing-masing.
Hanya pengarang Injil Lukas dan Matius yang menulis kisah Natal. Lukas dan Matius mengambil bahan dari Markus, tetapi Markus tidak menulis kisah Natal. Untuk itulah Lukas dan Matius harus menulis kisah Natal mereka sendiri sesuai teologi yang hendak diusung. Kesamaan Injil Lukas dan Matius adalah Yesus harus dikenal sebagai Orang Nazaret.
Untuk membuat Yesus orang Nazaret Lukas membuat orangtua Yesus tinggal di Nazaret. Untuk memenuhi nubuat nabi dibuatlah alasan orangtua Yesus pergi ke Betlehem dengan program sensus yang ditetapkan oleh Kaisar Augustus. Yesus lahir di sebuah tempat, yang ditafsir pembaca sebagai kandang karena bayi Yesus diletakkan di palungan. Kelahiran Yesus penuh damai dan sukacita versi Injil Lukas. Tidak ada kisah teror Raja Herodes membunuhi bayi U-2. Tidak ada kisah pelarian Yusuf dan Maria. Keluarga Yusuf tetap di Betlehem sampai hari penahiran di Bait Allah. Sesudah ritual di Bait Allah mereka kembali ke kota kediaman mereka, yaitu Kota Nazaret di Galilea (Luk. 2:39).
Dalam Injil versi Matius orangtua Yesus punya rumah dan tinggal di Betlehem. Yesus lahir di rumah Yusuf. Akan tetapi kelahiran Yesus dalam suasana teror dan horor. Raja Herodes yang merasa tersaingi memberi perintah pembunuhan bayi U-2. Yusuf kemudian melarikan bayi Yesus ke Mesir untuk bersembunyi. Sesudah Herodes mati, malaikat menyuruh Yusuf lewat mimpi untuk membawa kembali ke Tanah Israel. Rupanya malaikat kudet. Pengganti Herodes adalah Arkhelaus sebagai penguasa Tanah Yudea. Yusuf pun kรจder dan berbelok mengungsi ke Nazaret di Galilea agar kemudian Yesus dikenal sebagai Orang Nazaret (Mat. 2:19-23).
Jadi, sebenarnya Yesus lahir di mana? Di rumah sendiri atau di kandang? Lalu, apakah tempat-tempat yang pernah ditempati dan dilalui Yesus menjadi Tanah Suci?
Orang Kristen yang setia kepada Kristus lewat kesaksian dalam narasi Alkitab justru tidak mengenal Tanah Suci. Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa ๐ฏ๐๐ธ๐ฎ๐ป ๐ฑ๐ถ ๐ด๐๐ป๐๐ป๐ด ๐ถ๐ป๐ถ ๐ฑ๐ฎ๐ป ๐ฏ๐๐ธ๐ฎ๐ป ๐ท๐๐ด๐ฎ ๐ฑ๐ถ ๐ฌ๐ฒ๐ฟ๐๐๐ฎ๐น๐ฒ๐บ. Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab ๐๐ฎ๐ฝ๐ฎ ๐บ๐ฒ๐ป๐ด๐ต๐ฒ๐ป๐ฑ๐ฎ๐ธ๐ถ ๐ฝ๐ฒ๐ป๐๐ฒ๐บ๐ฏ๐ฎ๐ต-๐ฝ๐ฒ๐ป๐๐ฒ๐บ๐ฏ๐ฎ๐ต ๐ฑ๐ฒ๐บ๐ถ๐ธ๐ถ๐ฎ๐ป. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." (Yoh. 4:21-24).
Bisnis agama tidak pernah usang dimakan zaman. “Tanah Suci” sudah menjadi bisnis para politikus dan gereja sejak Perang Salib. Orang-orang Yahudi modern juga tak mau ketinggalan. Mereka memberi tempat wisata agama Kristen di Israel demi meraup devisa.
Di sebuah sekolah TK seorang guru memberi kuis untuk murid-muridnya dengan hadiah 10 dolar, “Siapakah tokoh paling berpengaruh sepanjang zaman?”.
Sean, murid Irlandia, menjawab, “Santo Patrick”. “Salah,” kata Bu Guru. Fletcher, murid Skotlandia, menjawab, “Santo Andreas”. “Masih salah,” kata Bu Guru. Akhirnya Adam, murid beragama Yahudi, menjawab dengan lantang: “Yesus Kristus!”
Sang guru terharu mendengar jawaban tepat dari Adam. “Adam …,” kata guru, “… kamu seorang Yahudi, tetapi kamu menjawab tepat. Apakah itu tidak bertentangan dengan kata hatimu?”
“Bu Guru …,” jawab Adam, “ … jauh di dalam lubuk hati saya tokoh paling berpengaruh adalah Musa, tetapi bisnis tetaplah bisnis.”
Cepogo, 10.10.22 (T)