They’re born-again Christian. The trouble is they suffered brain damage during rebirth.
Dalam berbahasa kita acap bersua dengan homonim. Apa itu? Homonim ditakrifkan (defined) sebagai kata yang sama pelafalan atau pengucapan dan ejaannya, tetapi berbeda makna karena berasal dari sumber yang berbeda. Kita juga sering melihat homonim dijadikan plèsètan.
Contoh: “Di sini karyawan harus banyak bisanya.” kata seorang manajer kepada calon karyawan yang hanya memiliki keterampilan terbatas. Calon itu menjawab, “Pak, saya bukan ular kobra, nggak banyak bisanya.”
Di Injil Yohanes, ada homonim yang dijadikan plèsètan. Pendengar terpeleset, tetapi kemudian bangun lagi sesudah dikoreksi oleh si penutur. Namun, banyak pembaca masa kini terpeleset dan tidak mau bangun lagi. Istilah lahir-baru (born-again) yang terkenal di kalangan Kristen tertentu sebenarnya berasal dari hasil plèsètan, tetapi mereka tidak mau dikoreksi oleh si penutur.
Nikodemus terpeleset oleh ucapan Yesus di Yohanes 3:3, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Jika seorang tidak gennēthē anōthen, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah."
Dalam mendengar ungkapan gennēthē anōthen ini Nikodemus terpeleset. In mencerap gennēthē anōthen sebagai dilahirkan kembali. Padahal yang dimaksud oleh Yesus adalah dilahirkan dari atas, bukan dilahirkan kembali. LAI menerjemah gennēthē anōthen menjadi dilahirkan kembali dan NIV born again sehingga pembaca masa kini ikut terpeleset. Dalam pada itu NRSV menerjemah ayat 3 menjadi born from above. Jesus answered him, “Very truly, I tell you, no one can see the kingdom of God without being born from above.”
Kesalahan cerapan Nikodemus terhadap ungkapan gennēthē anōthen bukanlah teologis, melainkan memang terpeleset dalam berbahasa. Hal ini dapat kita lihat dari ucapan Nikodemus dalam menanggapi ungkapan gennēthē anōthen dari Yesus. Ayat 4: Kata Nikodemus kepada-Nya, "Bagaimanakah mungkin seseorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?". Gaya plèsètan ini khas Injil Yohanes. Bandingkan dengan cerapan perempuan Samaria tentang air hidup di Yohanes 4:11.
Yesus kemudian menjelaskan maksud gennēthē anōthen. Ayat 5-7: Jawab Yesus, "Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan secara jasmani bersifat jasmani dan apa yang dilahirkan dari Roh bersifat rohani. Janganlah heran karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus gennēthēnai anōthen (dilahirkan dari atas).” Dari jawaban Yesus ini sangat jelas bahwa Yesus tidak mengatakan dilahirkan kembali, melainkan dilahirkan dari atas atau dilahirkan dari air dan Roh. Tidak ada sebutan lahir-kembali atau lahir-baru. Yang menyebut dilahirkan kembali adalah Nikodemus karena terpeleset.
Injil Yohanes berisi pertarungan teologi antara Komunitas Yohanes (penulis Injil Yohanes berasal), penguasa agama Yahudi, murid-murid Yohanes Pembaptis, dan Sekte Gnostik. Air merupakan materi pembersih/pemurni (sacred matter) untuk memeroleh energi ilahi dan konsekrasi. Air di sini merujuk ritual pembaptisan. Makna pembaptisan adalah kemakbulan air sebagai pemurni dan inisiasi eksklusif ke dalam Komunitas Yohanes. Pembaptisan berarti dilahirkan dari atas.
Dengan demikian anda, para Kristen tradisional, yang begitu lahir ceprot sudah Kristen (karena sudah dibaptis), sesungguhnya sudah gennēthē anōthen, dilahirkan dari atas. Tidak perlu ikut-ikutan slogan keliru Kristen lahir-baru atau born-again Christian. Para Kristen lahir-baru itu justru adalah Nikodemus-Nikodemus yang terpeleset.
08.03.2024 (T)