SUDUT PANDANG YOHANES 12 : 20 - 33, 𝗧𝗶𝗯𝗮 𝘀𝗮𝗮𝘁𝗻𝘆𝗮, Serial Paska
Injil Yohanes paling sulit ditafsir di antara empat Injil kanonik. Injil Yohanes itu 𝘣𝘶𝘯𝘥𝘩𝘦𝘵. Kusut. Untuk menafsir satu perikop (𝘱𝘢𝘴𝘴𝘢𝘨𝘦) harus 𝘮𝘶𝘵𝘢𝘳-𝘮𝘶𝘵𝘦𝘳 dari depan ke belakang, kembali lagi ke depan, berbelok ke samping, balik kanan, dst., baru kemudian memaknai perikop sasaran. Kesukaran dalam menafsir Injil Yohanes, terutama, karena penulis Injil lebih daripada seorang sehingga beberapa pasal terasa tidak menyambung secara kronologis dan beberapa penggandaan yang kurang selaras. Contoh mencolok adalah bagian penutup. Injil Yohanes ditutup pada 20:30-31, tetapi kemudian bersambung lagi ke pasal 21.
Hal lain adalah gaya bercerita penulis Injil Yohanes seperti sedang berkhotbah. Penulis menampilkan tokoh cerita untuk mengumpan pertanyaan, kemudian dijawab panjang-lebar oleh Yesus, tetapi orang itu tiba-tiba menghilang dari cerita. Misal, kisah dialog Nikodemus dengan Yesus (Yoh. 3).
Pakar biblika membagi dua bagian besar Injil Yohanes. Bagian pertama (pasal 1-12) disebut 𝘬𝘪𝘵𝘢𝘣 𝘵𝘢𝘯𝘥𝘢-𝘵𝘢𝘯𝘥𝘢. Bagian kedua (pasal 13-20) disebut kitab kemuliaan. Tidak lagi diceritakan tanda-tanda di bagian kedua, melainkan memuliakan (𝘥𝘰𝘹𝘢𝘻a) dan kemuliaan (𝘥𝘰𝘹𝘢).
Hari ini adalah Minggu kelima masa Pra-Paska. Bacaan Injil diambil dari Injil Yohanes 12:20-33
Bacaan Injil hari ini (Yoh. 12:20-33) merupakan bagian perikop yang oleh LAI diberi judul 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘮𝘢𝘵𝘪𝘢𝘯-𝘕𝘺𝘢 (Yoh. 12:20-36). Pasal 12 merupakan episode terakhir disebut 𝘬𝘪𝘵𝘢𝘣 𝘵𝘢𝘯𝘥𝘢-𝘵𝘢𝘯𝘥𝘢. Episode ini mengakhiri karya publik Yesus, kemudian memersiapkan peralihannya menuju saat bersama dengan murid-murid-Nya sebelum penangkapan-Nya.
Bacaan Minggu ini tidak dapat dilepaskan dari pasal sebelumnya (pasal 11). Dalam pasal 11 para pemuka agama Yahudi bersepakat membunuh Yesus. Rencana pembunuhan ini menyusul pembangkitan Lazarus dari kematian oleh Yesus. Lewat peristiwa itu banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus (lih. Yoh. 11:45-53). Latar waktu bacaan adalah menjelang hari raya Paska Yahudi.
Pengulasan bacaan dapat dibagi tiga pokok bahasan:
▶ Kedatangan orang Yunani (Yoh. 12:20-22)
▶ Saatnya tiba (Yoh. 12:23-26)
▶ Pengajaran terakhir untuk publik (Yoh. 12:27-33)
𝗞𝗲𝗱𝗮𝘁𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗬𝘂𝗻𝗮𝗻𝗶 (Yoh. 12:20-22)
Di antara mereka yang berangkat untuk beribadah pada hari raya itu terdapat beberapa orang Yunani. (ay. 20) Orang-orang itu pergi kepada Filipus, yang berasal dari Betsaida di Galilea, lalu memohon kepadanya, “𝘛𝘶𝘢𝘯, 𝘬𝘢𝘮𝘪 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴.“ (ay. 21) Filipus pergi memberitahukannya kepada Andreas, lalu Andreas dan Filipus menyampaikannya kepada Yesus. (ay. 22) (TB II 2023)
Yang dimaksud dengan 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘳𝘢𝘺𝘢 di atas tentu perayaan Paska Yahudi. Orang Yunani di sini diterjemahkan dari 𝘏𝘦𝘭𝘭e𝘯𝘦𝘴. Istilah 𝘏𝘦𝘭𝘭e𝘯𝘦𝘴 serupa dengan 𝘨𝘦𝘯𝘵𝘪𝘭𝘦𝘴, bukan orang Yahudi. Kehadiran mereka ke Yerusalem menyiratkan bahwa mereka adalah orang-orang bukan-Yahudi yang menganut Yudaisme atau dapat juga mereka adalah orang-orang Yahudi berbahasa Grika.
Cerita kehadiran orang-orang Yunani itu tampaknya menyiratkan situasi nyata di luar dunia cerita pada saat Injil Yohanes ditulis. Mereka merupakan buah dari misi Gereja yang memberitakan Injil ke dunia Helenis. Kemungkinan juga bangsa-bangsa lain diperkenalkan kepada kekristenan melalui orang-orang Yahudi-Kristen. Ketakutan orang-orang Farisi bahwa 𝘴𝘦𝘭𝘶𝘳𝘶𝘩 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘶𝘵𝘪 𝘋𝘪𝘢 (ay. 19) kini sudah mula tampak. Yesus pernah mengatakan bahwa Ia harus memberikan nyawa-Nya untuk 𝘥𝘰𝘮𝘣𝘢-𝘥𝘰𝘮𝘣𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘢𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘯𝘪 (Yoh. 10:16). 𝘒𝘢𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘯𝘪 merupakan metafora untuk kalangan Yahudi.
Kata 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 (𝘪𝘥𝘦𝘪𝘯) dalam ucapan 𝘬𝘢𝘮𝘪 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 (ay. 21) kadang dihubungkan dengan iman (Yoh. 20:8). Kata ini juga digunakan di Yohanes 1:39 dan 46 𝘋𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵𝘭𝘢𝘩 sebagai undangan untuk menjadi murid Yesus. Pemunculan tokoh cerita orang-orang Yunani ini adalah khas Injil Yohanes yang bermakna simbolik untuk mengumpan pertanyaan, yang kemudian akan dijawab Yesus untuk mengajar murid-murid-Nya dan publik.
𝗦𝗮𝗮𝘁𝗻𝘆𝗮 𝘁𝗶𝗯𝗮 (Yoh. 12:23-26)
Kata Yesus kepada mereka, “𝘛𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘪𝘣𝘢 𝘴𝘢𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘔𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘥𝘪𝘮𝘶𝘭𝘪𝘢𝘬𝘢𝘯. (ay. 23) 𝘚𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶: 𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘣𝘪𝘫𝘪 𝘨𝘢𝘯𝘥𝘶𝘮 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘫𝘢𝘵𝘶𝘩 𝘬𝘦 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘵𝘢𝘯𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘵𝘪, 𝘪𝘢 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘣𝘪𝘫𝘪 𝘴𝘢𝘫𝘢. 𝘕𝘢𝘮𝘶𝘯, 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘪𝘢 𝘮𝘢𝘵𝘪, 𝘪𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘴𝘪𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘣𝘶𝘢𝘩. (ay. 24) 𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘯𝘺𝘢𝘸𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘪𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘯𝘺𝘢𝘸𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘯𝘤𝘪 𝘯𝘺𝘢𝘸𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢 𝘪𝘯𝘪, 𝘪𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘳𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘬𝘢𝘭. (ay. 25) 𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘺𝘢𝘯𝘪 𝘈𝘬𝘶, 𝘪𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘶𝘵 𝘈𝘬𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢, 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘵𝘶 𝘱𝘶𝘯 𝘱𝘦𝘭𝘢𝘺𝘢𝘯-𝘒𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢. 𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘺𝘢𝘯𝘪 𝘈𝘬𝘶, 𝘪𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘩𝘰𝘳𝘮𝘢𝘵𝘪 𝘉𝘢𝘱𝘢.” (ay. 26) (TB II 2023)
Sejak ayat 23 tokoh cerita orang-orang Yunani menghilang. Mereka ditampilkan sebagai pengumpan pertanyaan khas Injil Yohanes. Meskipun demikian ucapan Yesus sama sekali bukan jawaban. Pada saat itu kesempatan Yesus untuk menyatakan bahwa saatnya tiba Ia akan dimuliakan.
Di ayat 24 Yesus menyampaikan metafora biji gandum yang dipendam di dalam tanah. Mati. Namun, biji gandum itu akan tumbuh dan menghasilkan banyak buah. Saat kematian-Nya itulah kemuliaan-Nya, yang akan menghasilkan banyak buah. Dalam pautannya dengan kedatangan orang-orang Yunani tersebut bahwa ke depan misi universal akan menghasilkan buah melimpah. Kematian Yesus hanya satu dari banyak gatra kemuliaan-Nya.
Yesus juga menegaskan para pengikut pun harus memberikan hidup mereka untuk memeroleh hidup kekal. Hidup yang hidup. 𝘔𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘯𝘺𝘢𝘸𝘢𝘯𝘺𝘢 dapat diartikan memertahankan diri untuk kepentingan sendiri. 𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘯𝘺𝘢𝘸𝘢𝘯𝘺𝘢 bukan diartikan tidak menerima diri, melainkan menyerahkan dirinya tanpa rasa takut kehilangan hidup demi kebenaran seperti yang Yesus lakukan.
Di ayat 26 pengikut Yesus dipandang sebagai pelayan (𝘥𝘪𝘢𝘬𝘰𝘯𝘰𝘴), bukan hamba (𝘥𝘰𝘶𝘭𝘰𝘴). Ayat ini hendak merumuskan arti menjadi murid. Pertama, melayani berarti mengikuti (lih. Yoh. 1:35-51). Sifat kepelayanan dijelaskan di Yohanes 13:4-17. Kedua, konsekuensi menjadi pengikut. Di pihak satu ini berarti murid hendaknya mengikut Yesus menuju salib, di pihak lain perbuatan itu adalah anugerah. Ketiga, hadiah menjadi murid adalah dihormati oleh Bapa.
𝗣𝗲𝗻𝗴𝗮𝗷𝗮𝗿𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗿𝗮𝗸𝗵𝗶𝗿 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗽𝘂𝗯𝗹𝗶𝗸 (Yoh. 12:27-33)
“𝘚𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘪𝘸𝘢-𝘒𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘨𝘶𝘯𝘤𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘒𝘶𝘬𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯? 𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬, 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘣 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘪𝘵𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘈𝘬𝘶 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘯𝘪. (ay. 27) 𝘉𝘢𝘱𝘢, 𝘮𝘶𝘭𝘪𝘢𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘯𝘢𝘮𝘢-𝘔𝘶!” Lalu datanglah suara dari surga, “𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘶𝘭𝘪𝘢𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘈𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘶𝘭𝘪𝘢𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘢𝘨𝘪!” (ay. 28) Orang banyak yang berdiri di situ dan mendengarnya berkata bahwa itu suara guntur. Ada pula yang berkata, “𝘚𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘪𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘋𝘪𝘢.” (ay. 29) Jawab Yesus, “𝘚𝘶𝘢𝘳𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘳𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘈𝘬𝘶, 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘪𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶. (ay. 30) 𝘚𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘭𝘢𝘯𝘨𝘴𝘶𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘬𝘪𝘮𝘢𝘯 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢 𝘪𝘯𝘪: 𝘚𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘶𝘢𝘴𝘢 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘭𝘦𝘮𝘱𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦 𝘭𝘶𝘢𝘳. (ay. 31) 𝘋𝘢𝘯 𝘈𝘬𝘶, 𝘢𝘱𝘢𝘣𝘪𝘭𝘢 𝘈𝘬𝘶 𝘥𝘪𝘵𝘪𝘯𝘨𝘨𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘣𝘶𝘮𝘪, 𝘈𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘳𝘪𝘬 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢-𝘒𝘶.” (ay. 32) Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati. (ay. 33) (TB II 2023)
Rasa gentar mendalam di Markus 14:34-36 mendera Yesus di Taman Getsemani. Akan tetapi di Injil Yohanes disajikan lebih dahulu, karena kemudian akan ditampilkan 𝘋𝘰𝘢 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 di Taman Getsemani (pasal 17) sehingga suasana di Injil Markus menjadi tidak cocok di sana. Penderitaan dan kematian tetaplah hal yang menggentarkan (ay. 27), tetapi Yesus tidak meminta agar “cawan” penderitaan itu berlalu dari-Nya. Justru yang diminta oleh Yesus adalah dengan kematian-Nya nama Bapa dimuliakan. Penulisan ayat ini tampaknya dipengaruhi oleh Mazmur 6:3-5 dan 42:6.
Keputusan Yesus menerima “cawan” mendapat penegasan lewat suara surgawi (ay. 28). Nama Bapa telah dimuliakan lewat seluruh karya Yesus sampai saat itu (bdk. Yoh. 17:4). Nama Bapa juga akan dimuliakan melalui kematian dan kebangkitan Yesus serta kematian Yesus akan menghasilkan banyak buah (bdk. Yoh. 13:31-32). Dalam Injil sinoptik suara surgawi terdengar dalam episode pembaptisan Yesus dan transfigurasi. Akan tetapi di Injil Yohanes suara surgawi hanya di ayat ini.
Meskipun demikian suara surgawi itu bukan untuk meneguhkan Yesus, melainkan untuk publik agar pendengar percaya bahwa Yesus diutus oleh Allah (bdk. Yoh. 11:42). 𝘚𝘶𝘢𝘳𝘢 𝘨𝘶𝘯𝘵𝘶𝘳 dalam PL kerap dinasabahkan dengan suara Allah (lih. 1Sam. 7:10; 12:7). Injil Yohanes memang tidak pernah menyampaikan peneguhan Yesus. Bahkan di awal Injil Yohanes tidak ada pembaptisan Yesus. Bandingkan dengan Markus 1:11 yang diperlukan suara surgawi saat pembaptisan Yesus untuk peneguhan-Nya.
Di ayat 31 disebut ada 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘬𝘪𝘮𝘢𝘯. 𝘓𝘩𝘰, bukankah Yesus datang ke dunia bukan untuk 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘬𝘪𝘮𝘪 seperti kata Yohanes 3:17? Kata 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘬𝘪𝘮𝘪 di Yohanes 3:17 diterjemahkan dari 𝘬𝘳𝘪𝘯e yang lebiih tepat 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘶𝘬𝘶𝘮. NRSV menerjemahkan menjadi 𝘵𝘰 𝘤𝘰𝘯𝘥𝘦𝘮𝘯. Bandingkan dengan kata 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘬𝘪𝘮𝘢𝘯 di Yohanes 12:31 yang menggunakan kata 𝘬𝘳𝘪𝘴𝘪𝘴 yang diterjemahkan oleh NRSV 𝘵𝘩𝘦 𝘫𝘶𝘥𝘨𝘮𝘦𝘯𝘵 atau penghakiman.
Dalam penghakiman itu penguasa dunia akan dilemparkan ke luar (ay. 31). Siapakah penguasa dunia itu? Apabila kita membaca pasal sebelumnya, penguasa dunia ini adalah para pemuka agama Yahudi yang bersepakat membunuh Yesus.
Ungkapan 𝘥𝘪𝘵𝘪𝘯𝘨𝘨𝘪𝘬𝘢𝘯 (ay. 32) merujuk, pertama-tama, cara Yesus akan mati dengan dinaikkan ke tiang salib (Yoh. 3:14), sekaligus dimuliakan dan kembali kepada Bapa. Kematian Yesus berdampak sangat besar, penyelamatan universal. Seperti biji gandum yang dipendam, mati, lalu menghasilkan banyak buah. Yesus menarik orang-orang dari segala bangsa masuk ke dalam kemuliaan Bapa.
Di sinilah pengajaran Yesus kepada publik berakhir. Narator menutupnya dengan penjelasan untuk memastikan para pembaca mengerti pengajaran Yesus.
(17032024)(T)