Sabtu, 27 April 2024

Sudut Pandang Yohanes 15:1-8, 𝗣𝗼𝗸𝗼𝗸 𝗮𝗻𝗴𝗴𝘂𝗿 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗻𝗮𝗿



Sudut Pandang Yohanes 15:1-8, 𝗣𝗼𝗸𝗼𝗸 𝗮𝗻𝗴𝗴𝘂𝗿 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗻𝗮𝗿

Injil Yohanes ditulis dengan bahasa yang rumit, sarat kiasan dan simbol, sehingga lebih sukar dipahami dibandingkan dengan Injil sinoptik yang menggunakan bahasa yang lebih sederhana dan naratif yang lebih mudah diikuti. Injil ini makin pelik dengan penambahan pasal dan ayat sesudah “Injil Yohanes yang asli” dipublikasikan. Contoh penambahan pasal: 1:1-18, 7:3 – 8:1-11, 15 – 17, dan 21. Contoh ayat: 4:2 𝘮𝘦𝘴𝘬𝘪𝘱𝘶𝘯 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘱𝘵𝘪𝘴, 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘪𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘶𝘳𝘪𝘥-𝘮𝘶𝘳𝘪𝘥-𝘕𝘺𝘢. Penambahan ini diduga untuk menjawab isu-isu baru baik internal maupun eksternal sesudah beberapa tahun “Injil asli” selesai ditulis. “Injil asli” dimula dari Yohanes 1:19 dan berakhir di 20:30-31.

Hari ini adalah Minggu kelima masa raya Paska, Bacaan  Injil diambil dari Injil Yohanes 15:1-8 

Bacaan Injil Minggu ini merupakan bagian dari Yohanes 15:1 – 16:4a yang berisi wejangan terakhir Yesus kepada para murid bagian kedua. Bagian pertama adalah Yohanes 14:1-31 dan bagian ketiga adalah Yohanes 16:4b-33. Pasal 15 – 17 diduga kuat adalah tambahan atau sisipan pasal sesudah “Injil asli” selesai ditulis. Jejaknya dapat dibaca pada ayat yang mendahului pasal 15, yaitu Yohanes 14:31b, “𝘉𝘢𝘯𝘨𝘶𝘯𝘭𝘢𝘩, 𝘮𝘢𝘳𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘪𝘯𝘪.” Sangat tidak 𝘯𝘺𝘢𝘮𝘣𝘶𝘯𝘨 untuk masuk ke pasal 15. Ayat itu narasinya sangat cocok bersambung dengan Yohanes 18:1, yang berbunyi 𝘚𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘭𝘢𝘩 𝘐𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢-𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘶𝘳𝘪𝘥-𝘮𝘶𝘳𝘪𝘥-𝘕𝘺𝘢 𝘬𝘦 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘚𝘶𝘯𝘨𝘢𝘪 𝘒𝘪𝘥𝘳𝘰𝘯. 

Dalam pasal 14 dikatakan bahwa Yesus akan tinggal dan bersama-sama dengan para murid-Nya. Kebersamaan yang diperikan oleh Yesus sebagai realitas masa depan. Dalam pasal 15 ihwal tinggal di dalam Yesus ditampilkan sebagai realitas saat ini dan terus berlangsung. Pasal 14 dan 16 berada dalam suasana kepergian Yesus, sedang pasal 15 tidak ada suasana itu.

Dalam Perjanjian Lama kebun anggur atau pokok anggur acap digunakan sebagai kiasan untuk Israel yang sangat diperhatikan oleh Allah. Yesus menggunakan kiasan ini untuk diri-Nya dan menambah kata sifat 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳, “𝘈𝘬𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘰𝘬𝘰𝘬 𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶𝘳 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘯 𝘉𝘢𝘱𝘢-𝘒𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘶𝘬𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘣𝘶𝘯𝘯𝘺𝘢.” (ay. 1). Tentu saja ucapan ini bernada polemik. Yesus mengganti Israel dengan diri-Nya. Tambahan kata sifat 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 memertajam polemik dengan orang-orang Yahudi bahwa hanya Yesus yang dipersiapkan oleh Allah yang dikiaskan sebagai tukang kebun (𝘩𝘰 𝘨𝘦𝘰̄𝘳𝘨𝘰𝘴).

Ayat 1 berpolemik eksternal. Ayat berikutnya berpindah ke internal. Kata Yesus, “𝘚𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘤𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘥𝘢-𝘒𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘱𝘰𝘵𝘰𝘯𝘨-𝘕𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘤𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘣𝘦𝘳𝘴𝘪𝘩𝘬𝘢𝘯-𝘕𝘺𝘢 𝘴𝘶𝘱𝘢𝘺𝘢 𝘪𝘢 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘩. 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘪𝘩 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘧𝘪𝘳𝘮𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘒𝘶𝘬𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶.” (ay. 2-3) 

Tukang kebun di sini bertindak laksana hakim; ia menentukan ranting yang tak produktif dan produktif. Ranting yang tak berbuah dipotongnya agar hara tanah dialihkan secara penuh ke ranting-ranting yang produktif. Ranting-ranting yang dipotong itu adalah warga jemaat Yohanes yang murtad, yang semangat pemuridannya sudah luntur, tak punya kasih lagi, atau dengan kata lain tidak berbuah lagi. Buah (𝘬𝘢𝘳𝘱𝘰𝘯) adalah hasil kehidupan iman dan kasih (bdk. ay. 10).

Setiap carang yang berbuah dibersihkan supaya ia lebih banyak berbuah. Ada permainan kata 𝘥𝘪𝘱𝘰𝘵𝘰𝘯𝘨 (𝘢𝘪𝘳𝘦𝘪) dan 𝘥𝘪𝘣𝘦𝘳𝘴𝘪𝘩𝘬𝘢𝘯 (𝘬𝘢𝘵𝘩𝘢𝘪𝘳𝘦𝘪). Keduanya kerap digunakan dengan makna yang tertali dalam konteksnya. 𝘋𝘪𝘣𝘦𝘳𝘴𝘪𝘩𝘬𝘢𝘯 di sini sebenarnya juga 𝘥𝘪𝘱𝘰𝘵𝘰𝘯𝘨, yaitu mencomot atau memotong pucuk-pucuk anggur yang berlebihan agar buah-buah di ranting menjadi lebih besar. Kata 𝘬𝘢𝘵𝘩𝘢𝘪𝘳𝘦𝘪 digunakan juga untuk 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘪𝘩 (dibersihkan) “𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 (di)𝘣𝘦𝘳𝘴𝘪𝘩(kan) … “ (ay. 3). Kapan sudah dibersihkan? Lihat Yohanes 13:10. Yesus waktu itu membersihkan lewat pembasuhan kaki dan sekarang lewat firman-Nya. Apabila firman-Nya dipegang (Yoh. 14:23) dan firman-Nya tinggal di dalam mereka, maka mereka tinggal di dalam Yesus (bdk. ay. 7).

Gagasan 𝘵𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭 (𝘮𝘦𝘪𝘯𝘢𝘵𝘦) di ayat 4 berperan penting dalam seluruh alegori pada ayat-ayat sesudahnya (ay. 5, 6, dan 7 ditambah 9 dan 10). Sebelumnya Yesus sudah menyampaikan bahwa ada murid yang akan menyerahkan-Nya dan menyangkal-Nya (lih. Yoh. 13:11, 18, 38) sehingga ajakan untuk tinggal di dalam Yesus sangat ditekankan “𝘛𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘈𝘬𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘈𝘬𝘶 𝘥𝘪 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘬𝘢𝘮𝘶”. Sama seperti ranting lepas dari pokok anggur tidak dapat berbuah, demikianlah juga murid-murid tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri. Iman bukanlah pemenuhan diri sendiri (bdk. Yoh. 6:65).

Pada ayat 5 kaum beriman secara eksplisit dikiaskan sebagai ranting-ranting “𝘈𝘬𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘰𝘬𝘰𝘬 𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶𝘳 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘮𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘤𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘤𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢”. Secara eksplisit pula Yesus mengatakan bahwa murid-murid-Nya tidak akan berbuah tanpa diri-Nya, bahkan tidak dapat berbuat apa-apa.

Risiko tidak tinggal di dalam Yesus mencapai klimaks pada ayat 6. Dimula dari ayat 4 murid-murid yang tidak tinggal di dalam Yesus berisiko tidak berbuah. Pada ayat lima meningkat tidak dapat berbuat apa-apa. Pada ayat 6 adalah klimaksnya, yaitu 𝘪𝘢 𝘥𝘪𝘣𝘶𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦 𝘭𝘶𝘢𝘳 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘳𝘢𝘯𝘵𝘪𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘬𝘦𝘳𝘪𝘯𝘨, 𝘬𝘦𝘮𝘶𝘥𝘪𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘬𝘶𝘮𝘱𝘶𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘤𝘢𝘮𝘱𝘢𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘢𝘱𝘪 𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘥𝘪𝘣𝘢𝘬𝘢𝘳. Ini merupakan gambaran pada Pengadilan Terakhir bagi warga jemaat yang melepaskan diri dari Yesus.

Meskipun demikian Yesus menyampaikan Kabar Baik bagi murid-murid yang tetap tinggal di dalam-Nya (ay. 7-8). Ungkapan 𝘉𝘢𝘱𝘢-𝘒𝘶, 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬, dan 𝘧𝘪𝘳𝘮𝘢𝘯-𝘒𝘶 yang sudah tampil pada ayat 1 – 3 muncul lagi pada ayat 7 dan 8 dalam urutan terbalik yang tampaknya untuk membuat cermin bagian ini.

Pada ayat 7 ada frase 𝘮𝘪𝘯𝘵𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘬𝘦𝘩𝘦𝘯𝘥𝘢𝘬𝘪, 𝘮𝘢𝘬𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶. Mengapa para murid menerima apa saja yang mereka kehendaki? Apa yang mereka kehendaki? Sebelum frase itu ada prasyarat jika murid-murid tinggal di dalam Yesus dan firman-Nya tinggal di dalam mereka. Itu berarti yang dikehendaki mereka tidak lain dan tidak bukan adalah agar mereka berbuah banyak (bdk. ay. 16 dan 16:23-24).

Dengan berbuah banyak mereka sekaligus memuliakan Bapa dan menunjukkan bahwa mereka adalah murid Yesus. Metafora pokok anggur bukan hanya menyampaikan mengenai buah-buah yang dihasilkan karena hubungan intim antara Yesus dan murid-murid-Nya, tetapi memang sejak mula buah-buah itu terjadi oleh pekerjaan Bapa si Tukang Kebun (ay. 1-2).

Ayat 7-8 sekaligus menyiapkan bagian berikutnya mengenai kasih Bapa dan Yesus (ay. 9-11), yang memampukan murid-murid untuk saling mengasihi (ay. 12-17), untuk menghasilkan buah (ay. 16). Di sana akan diulang janji Yesus “𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘉𝘢𝘱𝘢 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘯𝘢𝘮𝘢-𝘒𝘶 𝘥𝘪𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯-𝘕𝘺𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶”.
 (28042024) (T)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...