SUDUT PANDANG YOHANES 3 AYAT 1 SAMPAI 17, 𝗧𝗲𝗿𝗽𝗲𝗹𝗲𝘀𝗲𝘁 𝗹𝗮𝗵𝗶𝗿-𝗯𝗮𝗿𝘂
Zakheus adalah tokoh cerita khas Injil Lukas. Tidak ada tokoh Zakheus di Injil Matius, Markus, dan Yohanes. Dalam pada itu ada tokoh cerita khas Injil Yohanes bernama Nikodemus. Tidak ada tokoh Nikodemus di Injil sinoptik.
Ciri khas Injil Yohanes penulisnya kerap bermain kata. Tokoh Yesus memainkan kata sehingga lawan bicara-Nya bingung dan mengajukan pertanyaan untuk kemudian dijawab oleh Yesus dengan panjang-lebar. Permainan kata dapat kita jumpai pada awal Injil Yohanes. Jawab Yesus kepada mereka, “𝘙𝘶𝘯𝘵𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘉𝘢𝘪𝘵 𝘚𝘶𝘤𝘪 𝘪𝘯𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘵𝘪𝘨𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘈𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘨𝘶𝘯𝘯𝘺𝘢.” (Yoh. 2:19).
Permainan kata penulis Injil Yohanes juga dengan gaya 𝘱𝘭e𝘴e𝘵𝘢𝘯 untuk suatu kata atau istilah yang homonim. Apa itu? Homonim ditakrifkan sebagai kata yang sama pelafalan atau pengucapan dan ejaannya, tetapi berbeda makna karena berasal dari sumber yang berbeda. Sebagai contoh dalam bahasa Indonesia adalah kata 𝘣𝘪𝘴𝘢 yang bermakna 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 dan 𝘳𝘢𝘤𝘶𝘯.
Hari ini adalah Minggu pertama sesudah Pentakosta. Hari ini juga dikenal sebagai Minggu Trinitas. Bacaan ekumenis diambil dari Injil Yohanes 3:1-17 yang didahului dengan Yesaya 6:1-8, Mazmur 29, dan Roma 8:12-17.
Bacaan Injil Minggu ini merupakan bagian perikop yang diberi judul oleh LAI 𝘗𝘦𝘳𝘤𝘢𝘬𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘕𝘪𝘬𝘰𝘥𝘦𝘮𝘶𝘴. Pengulasan bacaan dibagi ke dalam dua bagian:
🛑 Dialog Yesus dengan Nikodemus (ay. 1-13)
🛑 Kabar Baik (ay. 14-17)
𝗗𝗶𝗮𝗹𝗼𝗴 𝗬𝗲𝘀𝘂𝘀 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗡𝗶𝗸𝗼𝗱𝗲𝗺𝘂𝘀 (ay. 1-13)
Latar waktu percakapan antara Nikodemus dan Yesus pada malam hari dan terjadi dalam masa perayaan Paska di Yerusalem (lih. Yoh. 2:23), tetapi latar tempat tidak jelas. Dengan menelisik bagian lain Injil Yohanes sangat bolehjadi latar tempat percakapan tersebut di Yerusalem. Sebagai pemimpin Yahudi sangat cocok Nikodemus berada di Yerusalem (Yoh. 4:13, 23-25) yang kelak akan ditampilkan kembali di Yohanes 7:50-51 dan 19:39. Di Yohanes 7:50-51 Nikodemus ditampilkan untuk membela Yesus yang akan ditangkap imam-imam kepala dan orang Farisi. Di Yohanes 19:39 Nikodemus dimunculkan lagi untuk menguburkan jenazah Yesus.
Pemilihan latar waktu malam hari itu tampaknya bukan sekadar keterangan waktu, melainkan lebih bermakna simbolik. 𝘔𝘢𝘭𝘢𝘮 dikontraskan dengan 𝘴𝘪𝘢𝘯𝘨 atau 𝘵𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨. 𝘔𝘢𝘭𝘢𝘮 pada umumnya berkonotasi negatif di Injil Yohanes (9:4; 11:10; 13:30). Nikodemus sebagai pemimpin Yahudi, meskipun cakap dalam ilmu agama, ia hidup dalam kegelapan. Bandingkan dengan percakapan Yesus dengan perempuan Samaria pada waktu siang 𝘬𝘪𝘳𝘢-𝘬𝘪𝘳𝘢 𝘱𝘶𝘬𝘶𝘭 𝘥𝘶𝘢 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘴 (Yoh. 4:6) yang jarak bacaannya tidak jauh dari adegan percakapan Yesus dan Nikodemus. Dapat juga ditafsir Nikodemus keluar dari kegelapan menjumpai Sang Terang (Yesus). Hal ini berkebalikan dengan Yudas meninggalkan Sang Terang pergi ke dalam kegelapan (Yoh. 13:30).
Percakapan Nikodemus dan Yesus diawali dengan keterangan waktu 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮 (ay. 2). Pada ayat 2 Nikodemus berkata kepada Yesus, "𝘙𝘢𝘣𝘪, 𝘬𝘢𝘮𝘪 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘌𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘨𝘶𝘳𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘶𝘵𝘶𝘴 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩. 𝘚𝘦𝘣𝘢𝘣 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘶𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘥𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘯𝘥𝘢-𝘵𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘌𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶 𝘢𝘥𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶, 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘳𝘵𝘢𝘪𝘯𝘺𝘢.” Mengapa Nikodemus mengajukan pertanyaan itu?
Latar belakang pertanyaan Nikodemus adalah Yohanes 2:23-25. Bagian itu berbicara mengenai Yesus yang membuat tanda-tanda (𝘴e𝘮𝘦𝘪𝘢) di Yerusalem selama perayaan Paska Yahudi. Banyak orang percaya kepada Yesus karena melihat tanda-tanda itu. Namun, Yesus menolak iman mereka, karena iman mereka terjadi dengan melihat tanda-tanda atau mukjizat. Di Injil Yohanes iman karena melihat mukjizat atau iman karena mengalami mukjizat dianggap bukan iman sejati atau bukan iman otentik (bdk. Yoh. 6:26).
Pada ayat 3 Yesus menjawab, “𝘚𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶: 𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝙜𝙚𝙣𝙣e𝙩𝙝e 𝙖𝙣o𝙩𝙝𝙚𝙣, 𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘒𝘦𝘳𝘢𝘫𝘢𝘢𝘯 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩." Di sini Nikodemus terpeleset dalam mencerap (𝘱𝘦𝘳𝘤𝘦𝘪𝘷𝘦) jawaban Yesus.
Sebelum membahas Nikodemus terpeleset, saya hendak menjernihkan penggunaan istilah Kerajaan Allah pada ayat 3. Kerajaan Allah di sini berbeda dari Kerajaan Allah dalam Injil sinoptik. Kerajaan Allah dalam Injil Yohanes harus dipahami sebagai hidup kekal.
Dalam mendengar frase 𝘨𝘦𝘯𝘯e𝘵𝘩e 𝘢𝘯o𝘵𝘩𝘦𝘯 tersebut Nikodemus terpeleset. Ia mencerap 𝘨𝘦𝘯𝘯e𝘵𝘩e 𝘢𝘯o𝘵𝘩𝘦𝘯 sebagai dilahirkan lagi. Kata 𝘢𝘯e𝘵𝘩𝘦𝘯 memang dapat berarti 𝘭𝘢𝘨𝘪 dan 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘴. Penulis Injil Yohanes, selain sedang mengontraskan 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮 dengan 𝘴𝘪𝘢𝘯𝘨, hendak mengontraskan kelahiran 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘴 dengan 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘣𝘢𝘸𝘢𝘩. Kelahiran dari lingkungan ilahi vs. kelahiran dari manusia yang tak percaya (dari bawah). Kelahiran dari atas berasal dari Allah. Jadi, yang dimaksud oleh Yesus adalah dilahirkan dari atas, bukan dilahirkan lagi (atau dilahirkan kembali). LAI menerjemah 𝘨𝘦𝘯𝘯e𝘵𝘩e 𝘢𝘯o𝘵𝘩𝘦𝘯 menjadi dilahirkan kembali dan NIV 𝘣𝘰𝘳𝘯 𝘢𝘨𝘢𝘪𝘯 sehingga pembaca masa kini ikut terpeleset. Dalam pada itu NRSV menerjemah ayat 3 menjadi 𝘑𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘢𝘯𝘴𝘸𝘦𝘳𝘦𝘥 𝘩𝘪𝘮, “𝘝𝘦𝘳𝘺 𝘵𝘳𝘶𝘭𝘺, 𝘐 𝘵𝘦𝘭𝘭 𝘺𝘰𝘶, 𝘯𝘰 𝘰𝘯𝘦 𝘤𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘦 𝘵𝘩𝘦 𝘬𝘪𝘯𝘨𝘥𝘰𝘮 𝘰𝘧 𝘎𝘰𝘥 𝘸𝘪𝘵𝘩𝘰𝘶𝘵 𝘣𝘦𝘪𝘯𝘨 𝙗𝙤𝙧𝙣 𝙛𝙧𝙤𝙢 𝙖𝙗𝙤𝙫𝙚.”
Kesalahan cerapan Nikodemus terhadap frase 𝘨𝘦𝘯𝘯e𝘵𝘩e 𝘢𝘯o𝘵𝘩𝘦𝘯 bukanlah teologis, melainkan memang terpeleset dalam berbahasa. Hal ini dapat kita lihat dari ucapan Nikodemus dalam menanggapi frase 𝘨𝘦𝘯𝘯e𝘵𝘩e 𝘢𝘯o𝘵𝘩𝘦𝘯 dari Yesus. Kata Nikodemus kepada-Nya, "𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘴𝘦𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘭𝘢𝘩𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯, 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘪𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘶𝘢? 𝘋𝘢𝘱𝘢𝘵𝘬𝘢𝘩 𝘪𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘬𝘦 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘳𝘢𝘩𝘪𝘮 𝘪𝘣𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘭𝘢𝘩𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘨𝘪?" (ay. 4). Gaya 𝘱𝘭e𝘴e𝘵𝘢𝘯 ini khas Injil Yohanes. Bandingkan dengan cerapan perempuan Samaria tentang air hidup di Yohanes 4:11.
Yesus kemudian menjelaskan maksud frase 𝘨𝘦𝘯𝘯e𝘵𝘩e 𝘢𝘯o𝘵𝘩𝘦𝘯. Jawab Yesus, " 𝘚𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶, 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘪𝘭𝘢𝘩𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘢𝘪𝘳 𝘥𝘢𝘯 𝘙𝘰𝘩, 𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬 𝘬𝘦 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘒𝘦𝘳𝘢𝘫𝘢𝘢𝘯 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩. 𝘈𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘭𝘢𝘩𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘫𝘢𝘴𝘮𝘢𝘯𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘪𝘧𝘢𝘵 𝘫𝘢𝘴𝘮𝘢𝘯𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘭𝘢𝘩𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘙𝘰𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘪𝘧𝘢𝘵 𝘳𝘰𝘩𝘢𝘯𝘪. 𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘩𝘦𝘳𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶: 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘨𝘦𝘯𝘯e𝘵𝘩e 𝘢𝘯o𝘵𝘩𝘦𝘯 (dilahirkan dari atas).” (ay. 5-7) Ayat 7 diterjemahkan oleh NRSV menjadi 𝘋𝘰 𝘯𝘰𝘵 𝘣𝘦 𝘢𝘴𝘵𝘰𝘯𝘪𝘴𝘩𝘦𝘥 𝘵𝘩𝘢𝘵 𝘐 𝘴𝘢𝘪𝘥 𝘵𝘰 𝘺𝘰𝘶, “𝘠𝘰𝘶 𝘮𝘶𝘴𝘵 𝘣𝘦 𝘣𝘰𝘳𝘯 𝘧𝘳𝘰𝘮 𝘢𝘣𝘰𝘷𝘦.” Dari jawaban Yesus ini sangat jelas bahwa Yesus tidak mengatakan 𝘥𝘪𝘭𝘢𝘩𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪, melainkan 𝘥𝘪𝘭𝘢𝘩𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘴 atau 𝘥𝘪𝘭𝘢𝘩𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘢𝘪𝘳 𝘥𝘢𝘯 𝘙𝘰𝘩. Tidak ada sebutan lahir-kembali atau lahir-baru. Yang menyebut 𝘥𝘪𝘭𝘢𝘩𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 adalah Nikodemus karena terpeleset.
Yesus melanjutkan penjelasan pada ayat 8 mengenai Roh. Di sini penulis Yohanes kembali bermain kata 𝘱𝘯𝘦𝘶𝘮𝘢 yang dapat berarti angin dan Roh. Roh itu seperti angin, tidak dapat dilihat, tetapi dampaknya dapat terasa dan terlihat.
Ayat 1-8 dapat disarikan sebagai berikut: Manusia hanya dapat 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 dan 𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬 ke dalam Kerajaan Allah (hidup kekal), jika ia dilahirkan dari atas. 𝘋𝘪𝘭𝘢𝘩𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘴 artinya dilahirkan dari atau oleh Allah. 𝘋𝘪𝘭𝘢𝘩𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘴 artinya diberi anugerah oleh Allah yang berada 𝘥𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘴.
Nikodemus kembali bertanya, “𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘩𝘢𝘭 𝘪𝘵𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘥𝘪?” (ay. 9). Jawaban Yesus kepada Nikodemus justru memertanyakan Nikodemus, “𝘌𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘨𝘶𝘳𝘶 𝘐𝘴𝘳𝘢𝘦𝘭 𝘥𝘢𝘯 𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘩𝘢𝘭-𝘩𝘢𝘭 𝘪𝘵𝘶?” (ay. 10).
Jawaban Yesus pada ayat 11 terlihat aneh. “𝘚𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶: 𝙆𝙖𝙢𝙞 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘪𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘮𝘪 𝘬𝘦𝘵𝘢𝘩𝘶𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝙠𝙖𝙢𝙞 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘬𝘴𝘪 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘮𝘪 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘬𝘦𝘴𝘢𝘬𝘴𝘪𝘢𝘯 𝙠𝙖𝙢𝙞.” Siapakah kami? Ayat 11 ini harus dibaca dalam perspektif penginjil. Latar waktu bergeser ke zaman penulis Injil. Penulis Injil lewat narator 𝘯𝘪𝘮𝘣𝘳𝘶𝘯𝘨 dalam percakapan ini sehingga sulit membedakan ucapan Yesus dan narator. Kata ganti kami merujuk Komunitas Yohanes. Nikodemus adalah perwakilan umat Israel (lih. ay. 2 "𝘙𝘢𝘣𝘪, 𝘬𝘢𝘮𝘪 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 …”).
Jemaat Yohanes sudah 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢-𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘬𝘦𝘵𝘢𝘩𝘶𝘪” dan sudah 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘬𝘴𝘪 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵, tetapi orang Yahudi tidak menerima kesaksian mereka. Ayat 12 hendak menjelaskan hal yang sudah disampaikan dan disaksikan oleh Jemaat Yohanes kepada orang-orang Yahudi. “𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘣𝘪𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘭-𝘩𝘢𝘭 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢𝘸𝘪, 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘪𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘭-𝘩𝘢𝘭 𝘴𝘶𝘳𝘨𝘢𝘸𝘪?” Namun, masih juga belum terjelaskan apa yang dimaksud dengan 𝘩𝘢𝘭-𝘩𝘢𝘭 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢𝘸𝘪 dan 𝘩𝘢𝘭-𝘩𝘢𝘭 𝘴𝘶𝘳𝘨𝘢𝘸𝘪. Barangkali 𝘩𝘢𝘭-𝘩𝘢𝘭 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢𝘸𝘪 yang dimaksud adalah 𝘥𝘪𝘭𝘢𝘩𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘣𝘢𝘸𝘢𝘩 dan 𝘩𝘢𝘭-𝘩𝘢𝘭 𝘴𝘶𝘳𝘨𝘢𝘸𝘪 adalah 𝘥𝘪𝘭𝘢𝘩𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘴 atau 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩. Komunitas Yohanes tampaknya menganggap bahwa umat Yahudi tidak dapat memercayai karya Allah dalam diri Yesus, Sang Anak Manusia yang telah turun dari surga dan telah naik ke surga (Yoh. 3:13).
Tidak ada lagi ucapan Nikodemus sesudah penjelasan Yesus tersebut. Tokoh Nikodemus menghilang sesudah pertanyaannya pada ayat 9 sehingga Yesus seolah-olah berbicara seorang diri. Dialog berubah menjadi monolog. Dapat diduga dialog Yesus dengan Nikodemus berakhir pada ayat 13. Namun, kita dapat menafsir Nikodemus memahami ucapan Yesus bukanlah dilahirkan kembali, melainkan dilahirkan dari atas. Nikodemus tampaknya kembali ke hidup terang. Hal ini ditunjukkan dengan adegan Nikodemus membela Yesus di hadapan para imam kepala dan orang-orang Farisi (Yoh. 7:45-52) dan Nikodemus merempah-rempahi jenazah Yesus lalu menguburkan-Nya (Yoh. 19:38-42).
Injil Yohanes ditulis oleh Komunitas Yohanes yang dikucilkan dan dianiaya oleh penguasa Yahudi. Selain itu mereka juga dirongrong dari dalam oleh Sekte Gnostik dan para pengikut Yohanes Pembaptis. Injil Yohanes berisi pertarungan teologi antara Komunitas Yohanes, penguasa agama Yahudi, murid-murid Yohanes Pembaptis, dan Sekte Gnostik.
Dari latar belakang penulisan Injil Yohanes tersebut sila simak sekali lagi frase jawaban Yesus “𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘴𝘦𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘪𝘭𝘢𝘩𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘢𝘪𝘳 𝘥𝘢𝘯 𝘙𝘰𝘩” (ay. 5). Air merupakan materi pembersih/pemurni (𝘴𝘢𝘤𝘳𝘦𝘥 𝘮𝘢𝘵𝘵𝘦𝘳) untuk memeroleh energi ilahi dan konsekrasi. Air di sini merujuk ritual pembaptisan. Makna pembaptisan adalah kemakbulan air sebagai pemurni dan inisiasi eksklusif ke dalam Komunitas Yohanes. Pembaptisan berarti dilahirkan dari atas.
Dengan demikian anda, para Kristen tradisional, yang begitu lahir ceprot sudah Kristen (karena sudah dibaptis), sesungguhnya sudah 𝘨𝘦𝘯𝘯𝘦̄𝘵𝘩𝘦̄ 𝘢𝘯𝘰̄𝘵𝘩𝘦𝘯, 𝘥𝘪𝘭𝘢𝘩𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘴. Tidak perlu ikut-ikutan slogan keliru Kristen lahir-baru atau 𝘣𝘰𝘳𝘯-𝘢𝘨𝘢𝘪𝘯 𝘊𝘩𝘳𝘪𝘴𝘵𝘪𝘢𝘯. Para Kristen lahir-baru itu justru adalah Nikodemus-Nikodemus yang terpeleset.
𝗞𝗮𝗯𝗮𝗿 𝗕𝗮𝗶𝗸 (ay. 14-17)
𝘚𝘢𝘮𝘢 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘔𝘶𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘯𝘨𝘨𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘭𝘢𝘳 𝘥𝘪 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘨𝘶𝘳𝘶𝘯, 𝘥𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘢𝘯 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘔𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘥𝘪𝘵𝘪𝘯𝘨𝘨𝘪𝘬𝘢𝘯, (ay. 14) 𝘴𝘶𝘱𝘢𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢-𝘕𝘺𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘬𝘢𝘭. (ay. 15)
Penulis Injil Yohanes membuat tipologi ular ditinggikan sama dengan Anak Manusia disalibkan (lih. Bil. 21:4-9). Peninggian (𝘩𝘺𝘱𝘴𝘰𝘰) merupakan ungkapan penulis Yohanes untuk menyebut penyaliban (bdk. Yoh. 8:28; 12:34). Ungkapan ini juga digunakan untuk pemuliaan seorang raja, pemahkotaan seorang penguasa. Yohanes mengisyaratkan salib sebagai pemahkotaan Yesus sebagai Raja. Kata 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 (𝘥𝘦𝘪) mengisyaratkan penentuan dari rencana ilahi bagi Yesus. Semuanya bertujuan untuk beroleh hidup kekal (𝘻𝘰̄𝘦̄𝘯 𝘢𝘪𝘰̄𝘯𝘪𝘰𝘯). Bagi Komunitas Yohanes salib adalah simbol kemuliaan. Perayaan Jumat Agung merujuk teologi Injil Yohanes: memuliakan atau mengagungkan salib.
𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘴𝘦𝘩𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘐𝘢 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳𝘶𝘯𝘪𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘈𝘯𝘢𝘬-𝘕𝘺𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘶𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭 𝘴𝘶𝘱𝘢𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢-𝘕𝘺𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘯𝘢𝘴𝘢, 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘪𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘬𝘢𝘭. (ay. 16) 𝘚𝘦𝘣𝘢𝘣 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘵𝘶𝘴 𝘈𝘯𝘢𝘬-𝘕𝘺𝘢 𝘬𝘦 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘬𝘪𝘮𝘪 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢, 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘪𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘶𝘱𝘢𝘺𝘢 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢 𝘥𝘪𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶𝘪 𝘋𝘪𝘢. (ay. 17)
Ayat 16-17 di atas memerluas makna salib. Ayat itu dapat dipandang sebagai ringkasan Kabar Baik (Injil) dalam Injil Yohanes. Pertama-tama dan terutama adalah Allah sangat mengasihi dunia ini. Kasih Allah kepada dunia ini bahkan “mengalahkan” kasih Allah kepada Anak-Nya yang tunggal sehingga Allah “memberikan” Anak-Nya itu demi menyelamatkan dunia ini.
𝘈𝘯𝘢𝘬-𝘕𝘺𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘶𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭 di sini hendaknya jangan dipahami sebagai kuantitas. Pada ayat 14-15 kita dapat melihat penulis Injil Yohanes membangun tipologi peninggian ular tembaga Musa di pucuk tiang dengan pemuliaan Yesus di tiang salib. Pada ayat 16-17 penulis Injil membangun tipologi Ishak yang disebut sebagai anak tunggal Abraham (Kej. 22:2). Padahal pada waktu itu Abraham memiliki dua anak, Ismael dan Ishak. Dengan melihat bangunan tipologi ini kita dapat memaknai 𝘈𝘯𝘢𝘬-𝘕𝘺𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘶𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭 di sini dalam arti kualitas, yaitu yang dikasihi, terkasih. Ayat 16 merupakan kunci memahami salib menurut teologi Injil Yohanes. Dalam salib terdapat ungkapan tertinggi kasih Allah yang memahkotai Yesus sebagai raja.
Tujuan Allah memberikan Anak-Nya yang tunggal agar setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (ay. 16). Hidup kekal di sini berarti hidup sejati, hidup yang benar-benar hidup. Tujuan Allah mengutus Anak-Nya yang tunggal bukan untuk menghukum dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia dan setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak dihukum (ay. 17-18a). Kata menghakimi di ayat 17 diterjemahkan dari 𝘬𝘳𝘪𝘯𝘦̄ yang lebih tepat menghukum. NRSV menerjemahkan menjadi 𝘵𝘰 𝘤𝘰𝘯𝘥𝘦𝘮𝘯. Bandingkan dengan kata menghakimi di Yohanes 9:39 yang menggunakan kata 𝘬𝘳𝘪𝘮𝘢 yang diterjemahkan oleh NRSV 𝘧𝘰𝘳 𝘫𝘶𝘥𝘨𝘮𝘦𝘯𝘵 atau menghakimi.
Prakarsa keselamatan datang dari Allah. Keselamatan adalah anugerah Allah. Meskipun demikian untuk benar-benar diselamatkan manusia harus menanggapi anugerah keselamatan dari Allah itu.
(26052024)(T)