SUDUT PANDANG MARKUS 3: 20-35, 𝗬𝗲𝘀𝘂𝘀 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝘄𝗮𝗿𝗮𝘀
Dalam Injil Lukas 3 Bunda Maria dan Yesus penuh kasih sayang. Maria juga diperikan sebagai murid sekaligus ibu teladan. Hal ini dapat kita lihat dalam episode pemberitaan kelahiran Yesus oleh malaikat Gabriel kepada Maria, kelahiran, dan masa remaja Yesus. Dalam Injil Markus hubungan Yesus dan Maria beserta keluarga-Nya tegang. Mereka belum termasuk orang percaya, bahkan mereka menyebut Yesus tidak waras.
Bacaan ekumenis diambil dari Injil Markus 3:20-35
Bacaan Injil Markus Minggu lalu ditutup dengan ketegangan tinggi di Galilea. Selanjutnya konflik berkobar dan meluas. Bukan saja dengan pemimpin lokal Yahudi di Galilea, sekarang dengan pemimpin agama yang datang dari Yerusalem dan keluarga Yesus dari Nazaret.
LAI menjadikan bacaan Minggu ini dua perikop: 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘥𝘢𝘯 𝘉𝘦’𝘦𝘭𝘻𝘦𝘣𝘶𝘭 (Mrk. 3:20-30) dan 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘴𝘢𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢-𝘕𝘺𝘢 (Mrk. 3:31-35). Secara narasi sebenarnya satu topik, yaitu mengenai suasana hubungan Yesus dengan sanak saudara-Nya, yang mereka datang dari Nazaret ke Kapernaum. Untuk mengisi kekosongan narasi selama perjalanan keluarga Yesus dari Nazaret ke Kapernaum Markus memasukkan kisah perdebatan Yesus dengan ahli-ahli Taurat mengenai kuasa yang digunakan Yesus. Keberangkatan keluarga Yesus dari Nazaret dan kedatangan mereka di Kapernaum mengapit kisah konflik Yesus dengan ahli-ahli Taurat. Apabila kita membuat pembagian kerangka cerita akan menjadi lebih jelas.
🛑 Sikap keluarga Yesus terhadap Yesus (ay. 20-21)
🛑 Konflik Yesus dengan ahli-ahli Taurat (ay. 22-30)
🛑 Keluarga sejati Yesus (ay. 31-35)
𝗦𝗶𝗸𝗮𝗽 𝗸𝗲𝗹𝘂𝗮𝗿𝗴𝗮 𝗬𝗲𝘀𝘂𝘀 𝘁𝗲𝗿𝗵𝗮𝗱𝗮𝗽 𝗬𝗲𝘀𝘂𝘀 (ay. 20-21)
Ayat 20a sebagai pembuka kisah saya tampilkan dalam tiga versi Terjemahan Baru LAI.
▶️ Kemudian Yesus masuk ke sebuah rumah. (TB 1974)
▶️ Kemudian Yesus masuk ke sebuah rumah. (TB II 1997)
▶️ Yesus pulang ke rumah. (TB II 2023)
Penerjemahan dari TB II 2023 membingungkan. Kata 𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨 berkonotasi bahwa Yesus kembali ke rumah milik-Nya di Kapernaum. Dalam teks Injil Markus tidak ada petunjuk eksplisit bahwa Yesus memiliki rumah. Apabila kita hubungkan dengan teks sebelumnya (Mrk. 1:29), rumah itu milik Simon dan Andreas. Yesus dikenal sebagai orang Nazaret. Pada ayat 21 kita akan berjumpa dengan keluarga Yesus yang hendak memulangkan-Nya ke Nazaret. Secara implisit rumah Yesus di Nazaret, bukan di Kapernaum.
Yesus masuk ke rumah itu tentu bersama dengan 12 murid-Nya dengan merujuk teks langsung sebelumnya (ay. 13-19). Pada ayat 20b disebutkan bahwa orang banyak datang lagi berkerumun (di rumah itu) sehingga makan pun Yesus dan para murid tidak dapat. Ayat ini mengingatkan kita pada peristiwa sebelumnya orang-orang berkerumun ketika Yesus berada di rumah Simon dan Andreas di Kapernaum (lih. Mrk. 2:1-2).
Kiprah Yesus di Galilea memang membuat gempar ke seluruh penjuru. Pada sisi satu kiprah Yesus disukai oleh masyarakat, pada sisi lain kiprah-Nya mengusik para pemimpin Yahudi baik lokal maupun pusat di Yerusalem sehingga memunculkan konflik. Kabar ini terdengar juga oleh keluarga Yesus di Nazaret. Keluarga Yesus berangkat dari Nazaret ke Kapernaum hendak memulangkan Yesus. Tidaklah jelas alasan untuk pemulangan Yesus ini. Apakah keluarga Yesus takut kepada pemimpin Yahudi atau malu terhadap perbuatan Yesus yang berkonflik dengan para pemuka agama? “𝘐𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘸𝘢𝘳𝘢𝘴 𝘭𝘢𝘨𝘪.” kata keluarga Yesus (ay. 21).
𝗞𝗼𝗻𝗳𝗹𝗶𝗸 𝗬𝗲𝘀𝘂𝘀 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗮𝗵𝗹𝗶-𝗮𝗵𝗹𝗶 𝗧𝗮𝘂𝗿𝗮𝘁 (ay. 22-30)
Ahli-ahli Taurat dari Yerusalem yang datang ke rumah itu berkata, “𝘐𝘢 𝘬𝘦𝘳𝘢𝘴𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘉𝘦’𝘦𝘭𝘻𝘦𝘣𝘶𝘭. 𝘋𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘶𝘢𝘴𝘢 𝘱𝘦𝘮𝘪𝘮𝘱𝘪𝘯 𝘴𝘦𝘵𝘢𝘯 𝘐𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘴𝘪𝘳 𝘴𝘦𝘵𝘢𝘯.” (ay. 22) Tudingan ahli-ahli Taurat merujuk narasi sebelumnya yang Yesus banyak melakukan eksorsisme, menyembuhkan orang-orang sakit, mengampuni orang-orang berdosa disudutkan sebagai tindakan sihir.
Mendengar tudingan itu Yesus justru memanggil dan menanggapi mereka dengan pertanyaan, “𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘪𝘣𝘭𝘪𝘴 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘴𝘪𝘳 𝘪𝘣𝘭𝘪𝘴?” (ay. 23). Yesus hendak menunjukkan tuduhan mereka tidak masuk akal. Pada ayat 24-26 Yesus merincinya apa pun yang terpecah-pecah dan melawan dirinya sendiri, entah itu lingkup kerajaan entah itu lingkup keluarga, tidak akan bertahan. Andaikata kerajaan iblis memang terpecah-pecah dan melawan diri sendiri, seharusnya kuasa iblis sudah berakhir.
Yesus kemudian memberikan perumpamaan, “𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘶𝘯 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬𝘪 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘶𝘢𝘵 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘮𝘱𝘢𝘴 𝘩𝘢𝘳𝘵𝘢 𝘣𝘦𝘯𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘢𝘱𝘢𝘣𝘪𝘭𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘪𝘪𝘬𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘩𝘶𝘭𝘶 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘶𝘢𝘵 𝘪𝘵𝘶. 𝘚𝘦𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘢𝘳𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘢 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘮𝘱𝘰𝘬 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩.” (ay. 27). Dalam bahasa perumpamaan ini Yesus mengiaskan pemilik rumah atau orang kuat adalah Be’elzebul, sedang harta bendanya adalah orang-orang yang kerasukan roh jahat, berdosa, sakit, dlsb. mereka sudah dilepaskan dari gengaman Be’elzebul oleh Yesus, karena Ia yang lebih berkuasa (lih. Mrk. 1:7).
Tuduhan ahli-ahli Taurat terhadap Yesus kerasukan Be’elzebul bukan saja tidak masuk akal, tetapi fatal. Kata Yesus, “𝘚𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘥𝘰𝘴𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘩𝘶𝘫𝘢𝘵 𝘢𝘯𝘢𝘬-𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘢𝘮𝘱𝘶𝘯𝘪, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘶𝘫𝘢𝘵 𝘙𝘰𝘩 𝘒𝘶𝘥𝘶𝘴 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘢𝘮𝘱𝘶𝘯 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢-𝘭𝘢𝘮𝘢𝘯𝘺𝘢.” (ay. 28-29). Mengapa? Narator pada ayat 30 menjelaskan karena ahli-ahli Taurat itu menuding Yesus kerasukan roh jahat. Mereka sudah menyamakan Roh Kudus dengan roh jahat.
Jauh sebelum Yesus lahir, bangsa Yahudi meyakini bahwa Allah langsung menghukum orang yang menghujat Allah. Yesus memeringatkan lawan-Nya secara serius mengenai keyakinan bangsa Yahudi tersebut. Ucapan Yesus bukan ditujukan kepada masyarakat awam ,melainkan kepada para pemimpin agama. Sebagai kaum terpelajar yang menjadi guru umat seharusnya mereka terbuka terhadap karya Allah.
Para pendeta sebagai pengajar umat agar berhati-hati. Jangan pernah mencatut Roh Kudus untuk menakut-nakuti umat. Perbuatan ini sama dengan menghujat Roh Kudus, yang dosanya tak terampuni.
𝗞𝗲𝗹𝘂𝗮𝗿𝗴𝗮 𝘀𝗲𝗷𝗮𝘁𝗶 𝗬𝗲𝘀𝘂𝘀 (ay. 31-35)
Tibalah ibu Yesus dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Yesus. (ay. 31) Di dalam rumah ada banyak orang duduk mengelilingi Yesus, mereka berkata kepada-Nya, “𝘓𝘪𝘩𝘢𝘵, 𝘪𝘣𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢-𝘴𝘢𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢-𝘔𝘶 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘭𝘶𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘩𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘮𝘶𝘪 𝘌𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶.” (ay. 32)
Tercatat dua kali ibu dan saudara-saudara Yesus diperikan sebagai orang yang berada 𝘥𝘪 𝘭𝘶𝘢𝘳. Penginjil Markus menampilkan mereka sebagai orang yang belum percaya. Tafsir ini diperkuat dengan ucapan Yesus pada Markus 6:4, “Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya, dan di rumahnya."
Menanggapi pemberitahuan bahwa ada ibu dan saudara-saudara-Nya 𝘥𝘪 𝘭𝘶𝘢𝘳, Yesus berkata, “𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘪𝘣𝘶-𝘒𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢-𝘴𝘢𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢-𝘒𝘶?” Yesus memandang orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya dan Ia berkata, “𝘐𝘯𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘣𝘶-𝘒𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢-𝘴𝘢𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢-𝘒𝘶. 𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘩𝘦𝘯𝘥𝘢𝘬 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢-𝘒𝘶 𝘭𝘢𝘬𝘪-𝘭𝘢𝘬𝘪, 𝘴𝘢𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢-𝘒𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯, 𝘥𝘢𝘯 𝘪𝘣𝘶-𝘒𝘶.” (ay. 33-35)
Dua kali penginjil Markus mengontraskan keluarga Yesus berada 𝘥𝘪 𝘭𝘶𝘢𝘳 dengan orang-orang duduk 𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘬𝘦𝘭𝘪𝘭𝘪𝘯𝘨-𝘕𝘺𝘢. Secara radikal Yesus membaharui makna saudara dan keluarga. Menjadi keluarga dan saudara Yesus tidak ditentukan oleh hubungan darah, melainkan bersikap dan berperilaku seperti Yesus, yaitu melakukan kehendak Bapa. Apa itu? Markus tidak menjelaskan seperti halnya di dalam Injil Matius dan Lukas. Namun, doa Yesus di Getsemani (Mrk. 14:36) memberi petunjuk, “𝘠𝘢 𝘈𝘣𝘣𝘢, 𝘠𝘢 𝘉𝘢𝘱𝘢, … 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘈𝘬𝘶 𝘬𝘦𝘩𝘦𝘯𝘥𝘢𝘬𝘪, 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘪𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘌𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶 𝘬𝘦𝘩𝘦𝘯𝘥𝘢𝘬𝘪.”
(09062024)(T)