Perumpamaan-perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus merupakan cerita di dalam cerita Injil. Yesus, tokoh yang sedang diceritakan di dalam Injil, menceritakan sebuah cerita kepada para tokoh lain di dalam dunia cerita Injil. Dunia cerita perumpamaan berada di dalam dunia cerita Injil.
Jarak waktu kiprah Yesus dan penulisan Injil adalah puluhan tahun sehingga asal-muasal cerita perumpamaan menjadi rumit karena tradisi lisan. Cerita lisan diteruskan dari satu jemaat atau komunitas ke komunitas lainnya, lalu komunitas lainnya itu meneruskannya lagi ke komunitas lainnya. Penyampaian cerita semakin rumit karena cerita perumpamaan berlatar Galilea untuk para pendengar yang bukan dari Galilea.
Sejumlah pakar biblika bersetuju bahwa Yesus-historis tidak pernah menerangkan arti atau makna perumpamaan yang disampaikan-Nya. Jemaat mula-mula dan penulis Injillah yang memberi makna perumpamaan. Bahkan untuk meredam konflik penafsiran di dalam tubuh jemaat mula-mula penulis Injil sampai menyatakan bahwa hanya para murid langsung Yesus (para rasul) yang mengetahui makna asli perumpamaan.
Hari ini adalah Minggu keempat sesudah Pentakosta. Bacaan diambil dari Injil Markus 4:26-34
Rangkaian konflik Yesus dengan para pemimpin Yahudi dan keluarga Yesus dalam bacaan Injil Minggu lalu disusul dengan kumpulan perumpamaan yang hendak menyampaikan gambar besar mengenai ajaran Yesus. Dua cerita perumpamaan dijadikan bacaan Injil Minggu ini mencakup dua perikop yang diberi judul oleh LAI 𝘗𝘦𝘳𝘶𝘮𝘱𝘢𝘮𝘢𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘯𝘪𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘶𝘮𝘣𝘶𝘩 (ay. 26-29) dan 𝘗𝘦𝘳𝘶𝘮𝘱𝘢𝘮𝘢𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘪𝘫𝘪 𝘴𝘦𝘴𝘢𝘸𝘪 (ay. 30-34). Pengulasan bacaan dapat dibagi ke dalam tiga bagian:
🛑 Benih yang tumbuh (ay. 26-29)
🛑 Pertumbuhan biji sesawi (ay. 30-32)
🛑 Keampuhan cerita (ay. 33-34)
𝗕𝗲𝗻𝗶𝗵 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘁𝘂𝗺𝗯𝘂𝗵 (ay. 26-29)
Lalu kata Yesus, “𝘉𝘦𝘨𝘪𝘯𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘩𝘢𝘭 𝘒𝘦𝘳𝘢𝘫𝘢𝘢𝘯 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶: 𝘚𝘦𝘶𝘮𝘱𝘢𝘮𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘣𝘶𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘯𝘪𝘩 𝘥𝘪 𝘵𝘢𝘯𝘢𝘩, (ay. 26) 𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘶𝘳 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘪𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘢 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘶𝘯, 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘯𝘪𝘩 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘶𝘯𝘢𝘴 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘶𝘮𝘣𝘶𝘩. 𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘥𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘪𝘬𝘦𝘵𝘢𝘩𝘶𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶. (ay. 27) 𝘉𝘶𝘮𝘪 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘶𝘢𝘩, 𝘮𝘶𝘭𝘢-𝘮𝘶𝘭𝘢 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘪𝘯𝘺𝘢, 𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘣𝘶𝘭𝘪𝘳𝘯𝘺𝘢, 𝘬𝘦𝘮𝘶𝘥𝘪𝘢𝘯 𝘣𝘶𝘵𝘪𝘳-𝘣𝘶𝘵𝘪𝘳 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘯𝘶𝘩 𝘪𝘴𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘣𝘶𝘭𝘪𝘳 𝘪𝘵𝘶. (ay. 28) 𝘈𝘱𝘢𝘣𝘪𝘭𝘢 𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘤𝘶𝘬𝘶𝘱 𝘮𝘢𝘴𝘢𝘬, 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘳𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘣𝘪𝘵, 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘣 𝘮𝘶𝘴𝘪𝘮 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘢𝘪 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘪𝘣𝘢.” (ay. 29) (TB II 2023).
Meskipun cerita perumpamaan di atas sangat singkat, amat kentara struktur cerita dua kegiatan aktif di awal dan di akhir mengapit kegiatan pasif di tengah cerita. Di awal cerita dikatakan bahwa penabur melakukan kegiatan aktif menabur benih dan di akhir cerita orang itu aktif menyabit. Di antara dua kegiatan itu disebutkan bahwa orang itu tidur dan bangun. Ia tidak memberi perlakuan apa pun terhadap benih yang ditabur. Ia tidak memahami pertumbuhan benih.
Teks di atas sama sekali tidak menyebut orang itu malas. Ia percaya tanah akan menumbuhkan benih yang ditabur. Ia tidak tahu prosesnya. Demikian halnya cara kerja Kerajaan Allah. Misterius. Misteri ini diperkuat dengan pemerian 𝘉𝘶𝘮𝘪 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢 (𝘢𝘶𝘵𝘰𝘮𝘢𝘵𝘦̄) 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘶𝘢𝘩 (ay. 28a).
Frase 𝘈𝘱𝘢𝘣𝘪𝘭𝘢 𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘤𝘶𝘬𝘶𝘱 𝘮𝘢𝘴𝘢𝘬 (ay. 29a) secara literal diterjemahkan menjadi 𝘈𝘱𝘢𝘣𝘪𝘭𝘢 𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘻𝘪𝘯𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 (𝘱𝘢𝘳𝘢𝘥𝘰𝘪). Teks ini hendak menyampaikan bahwa masa tuaian bukan ditentukan oleh perhitungan manusia, melainkan oleh buah itu sendiri. Menyabit dan musim tuaian merupakan kiasan khas untuk akhir zaman. Dalam Yoel 3:13a dikatakan “𝘈𝘺𝘶𝘯𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘣𝘪𝘵, 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘣 𝘵𝘶𝘢𝘪𝘢𝘯 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘢𝘴𝘢𝘬.”
Namun, akhir zaman dalam perumpamaan ini berbeda dari nubuat Nabi Yoel di atas. Di sini kata 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘣𝘪𝘵 dan 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘢𝘪 memerikan sisi positif bahwa ada penyelamatan pada saat penyelesaian Kerajaan Allah. Perumpamaan ini memberi harapan kepada umat yang tak berdaya yang sudah menerima Kabar Baik.
𝗣𝗲𝗿𝘁𝘂𝗺𝗯𝘂𝗵𝗮𝗻 𝗯𝗶𝗷𝗶 𝘀𝗲𝘀𝗮𝘄𝗶 (ay. 30-32)
Kata-Nya lagi, “𝘋𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘩𝘦𝘯𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘮𝘱𝘢𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘒𝘦𝘳𝘢𝘫𝘢𝘢𝘯 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘶𝘮𝘱𝘢𝘮𝘢𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘯𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘩𝘦𝘯𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘨𝘢𝘮𝘣𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢? (ay. 30) 𝘒𝘦𝘳𝘢𝘫𝘢𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘦𝘶𝘮𝘱𝘢𝘮𝘢 𝘣𝘪𝘫𝘪 𝘴𝘦𝘴𝘢𝘸𝘪 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘥𝘪𝘵𝘢𝘣𝘶𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘵𝘢𝘯𝘢𝘩. 𝘉𝘪𝘫𝘪 𝘪𝘵𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘤𝘪𝘭 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘨𝘢𝘭𝘢 𝘫𝘦𝘯𝘪𝘴 𝘣𝘦𝘯𝘪𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘣𝘶𝘮𝘪. (𝘢𝘺. 31) 𝘕𝘢𝘮𝘶𝘯, 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘵𝘢𝘣𝘶𝘳𝘬𝘢𝘯, 𝘣𝘦𝘯𝘪𝘩 𝘪𝘵𝘶 𝘵𝘶𝘮𝘣𝘶𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘨𝘢𝘭𝘢 𝘴𝘢𝘺𝘶𝘳𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘤𝘢𝘣𝘢𝘯𝘨-𝘤𝘢𝘣𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘴𝘦𝘩𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘣𝘶𝘳𝘶𝘯𝘨-𝘣𝘶𝘳𝘶𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘯𝘢𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢.” (ay. 32) (TB II 2023)
Biji sesawi atau moster dengan ukuran 1 mm dan berat 1 mg dianggap sebagai biji terkecil. Kalimat pembuka penerjemahan TB 1974 dan TB 1997 lebih mengena “𝘋𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘩𝘦𝘯𝘥𝘢𝘬 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙖𝙣𝙙𝙞𝙣𝙜𝙠𝙖𝙣 (𝘩𝘰𝘮𝘰𝘪𝘰̄𝘴𝘰̄𝘮𝘦𝘯) 𝘒𝘦𝘳𝘢𝘫𝘢𝘢𝘯 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 …” NRSV menerjemahkan dengan “𝘞𝘪𝘵𝘩 𝘸𝘩𝘢𝘵 𝘤𝘢𝘯 𝘸𝘦 𝘤𝘰𝘮𝘱𝘢𝘳𝘦 𝘵𝘩𝘦 𝘬𝘪𝘯𝘨𝘥𝘰𝘮 𝘰𝘧 𝘎𝘰𝘥 …” Kalimat pembuka itu tampaknya bertujuan (1) untuk mengajak pendengar atau pembaca untuk ikut berpikir dan (2) untuk membandingkan dengan mengontraskan kecil dan besar.
Biji sesawi yang amat kecil itu dikontraskan dengan saat ia sudah tumbuh. Pembandingan disangatkan lagi dengan keterangan 𝘣𝘶𝘳𝘶𝘯𝘨-𝘣𝘶𝘳𝘶𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘯𝘢𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢. Pendengar hendak diyakinkan bahwa Kerajaan Allah yang masih kecil ketika “ditanam” di bumi menjadi sangat besar pada akhir zaman. Kerajaan yang amat besar yang dikiaskan dengan tanaman sesawi yang tumbuh membesar akan menjadi tempat perlindungan bagi semua orang yang menyambutnya dengan iman seperti kiasan burung-burung bersarang di tanaman sesawi itu (bdk. Yeh. 17:23; 31:6, Dan. 4:12).
𝗞𝗲𝗮𝗺𝗽𝘂𝗵𝗮𝗻 𝗰𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮 (ay. 33-34)
Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan kemampauan mereka untuk mengerti, (ay. 33) dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri. (ay. 34) (TB II 2023)
Ayat 33 membuktikan keampuhan cerita. Para pendengar pengajaran Yesus, yang pada umumnya masyarakat pinggiran, akan sulit menangkap dan memahami sistematika ajaran agama. Meskipun dalam bentuknya yang terakhir di kitab-kitab Injil perumpamaan Yesus sudah dimodifikasi oleh para pengarang Injil, banyak ucapan Yesus-historis terekam di dalam perumpamaan karena orang lebih mudah mengingat sebuah cerita ketimbang ajaran dogmatis. Yesus adalah pencerita ulung.
Dalam banyak hal kita mengalami sendiri berkesulitan mengingat waktu suatu peristiwa (hari, tanggal), tetapi kita sangat mengingat momen. Kita masih dapat mengingat saat diusir oleh guru dari ruang kelas, meskipun sudah terjadi puluhan tahun yang lalu, tetapi kita sangat sulit mengingat hari dan tanggal peristiwa itu.
Ayat 34 merupakan penegasan dari pengarang Injil Markus bahwa Yesus sebenarnya tidak menjelaskan makna atau arti perumpamaan. Jemaat atau komunitas Kristen mula-mula yang memaknai cerita itu disesuaikan dengan pergumulan mereka.
(16062024)(T)