Sabtu, 17 Agustus 2024

SUDUT PANDANG YOHANES 6 : 51 - 58, 𝙃𝙤𝙖𝙭 𝗸𝗮𝗻𝗶𝗯𝗮𝗹𝗶𝘀𝗺𝗲, Serial Paska



SUDUT PANDANG YOHANES 6 : 51 - 58,  𝙃𝙤𝙖𝙭 𝗸𝗮𝗻𝗶𝗯𝗮𝗹𝗶𝘀𝗺𝗲, Serial Paska

Di dalam Injil sinoptik Perjamuan Malam Terakhir – PMT (𝘛𝘩𝘦 𝘓𝘢𝘴𝘵 𝘚𝘶𝘱𝘱𝘦𝘳) dikenal juga sebagai Perjamuan Tuhan. Di sini Yesus disimbolkan sebagai tuan rumah yang menjamu umat. Namun, episode ini jangan disamakan dengan Perjamuan Kudus (PK) atau Ekaristi, karena muatan teologi PMT berbeda dari PK atau Ekaristi. Di Injil Yohanes episode Perjamuan Tuhan terjadi dalam pasal 6 dalam perikop 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘭𝘪𝘮𝘢 𝘳𝘪𝘣𝘶 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨. Dalam perikop itu Yesus tidak melibatkan para murid saat membagi makanan karena Yesus disimbolkan sebagai tuan rumah yang menjamu umat. Maknanya dijelaskan dalam perikop 𝘙𝘰𝘵𝘪 𝘒𝘦𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱𝘢𝘯. Perjamuan Tuhan versi Injil Yohanes bukan dalam episode malam penangkapan Yesus. Persekutuan terakhir Yesus dengan para murid tersebut diisi dengan adegan 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘴𝘶𝘩 𝘬𝘢𝘬𝘪 𝘮𝘶𝘳𝘪𝘥-𝘮𝘶𝘳𝘪𝘥-𝘕𝘺𝘢 dan wejangan panjang dari Yesus.

Muatan teologi Ekaristi atau PK adalah perayaan iman gereja atas karya, kematian, kebangkitan Kristus, dan penantian kedatangan-Nya kembali (𝘱𝘢𝘳𝘰𝘶𝘴𝘪𝘢). Dengan demikian Ekaristi juga bermuatan eskatologis dan gatra ini tampaknya jarang diketahui umat ini karena kurangnya pengajaran Gereja. Dalam adegan PMT di Injil sinoptik Yesus belum mati dan tentunya belum bangkit. 

Hari ini adalah Minggu ketiga belas setelah Pentakosta. Bacaan  diambil dari Injil Yohanes 6:51-58 yang didahului dengan 1Raja-raja 2:10-12; 3:3-14, Mazmur 111, dan Efesus 5:15-20.

Bacaan Injil Minggu ini melanjutkan bacaan Minggu lalu yang masih di dalam perikop 𝘙𝘰𝘵𝘪 𝘒𝘦𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱𝘢𝘯. Teks yang dijumput adalah ayat 51-58. Ayat ini diduga kuat merupakan tambahan sesudah Injil “asli” selesai ditulis. Dalam kekristenan perdana orang-orang Yahudi menyebar fitnah atau 𝘩𝘰𝘢𝘹 bahwa orang-orang Kristen makan daging manusia dalam perayaan Ekaristi. Lontaran 𝘩𝘰𝘢𝘹 kanibalisme itu hendak dijernihkan oleh petulis Injil Yohanes sekaligus ungkapan perlawanan kepada orang-orang Yahudi yang mendera jemaat Kristen. Selain untuk melawan tekanan eksternal petulis Yohanes juga melawan doketisme yang mengganggu di internal jemaat. Delapan ayat tambahan ini tampak kurang mulus jika dihubungkan dengan ayat 63b “… 𝘥𝘢𝘨𝘪𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘨𝘶𝘯𝘢.”

Dalam melawan 𝘩𝘰𝘢𝘹 kanibalisme tersebut petulis Injil Yohanes justru 𝘮𝘦𝘭e𝘥e𝘬 dengan melayangkan provokasi. Kata Yesus, “𝘈𝘬𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘳𝘰𝘵𝘪 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘶𝘳𝘶𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘶𝘳𝘨𝘢. 𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘴𝘦𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘳𝘰𝘵𝘪 𝘪𝘯𝘪, 𝘪𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢-𝘭𝘢𝘮𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘥𝘢𝘯 𝘳𝘰𝘵𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘒𝘶𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘨𝘪𝘯𝘨-𝘒𝘶. (ay. 51)”.

Mari kita bandingkan dengan ucapan Yesus dalam Perjamuan Tuhan di Injil sinoptik “𝘈𝘮𝘣𝘪𝘭𝘭𝘢𝘩, 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩, 𝘪𝘯𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘶𝘣𝘶𝘩-𝘒𝘶”. (Mat. 26:26; Mrk. 14:22; Luk. 22:19). Injil sinoptik memetaforakan roti dengan 𝘵𝘶𝘣𝘶𝘩 (𝘴o𝘮𝘢). Rasa metaforis itu cukup kuat, meskipun ada saja pihak yang memaknai literal makan tubuh Yesus sehingga timbul 𝘩𝘰𝘢𝘹 kanibalisme di dalam ibadah Kristen perdana termasuk di lingkungan Jemaat Yohanes. Petulis Injil Yohanes malah menyebut lebih spesifik 𝘥𝘢𝘨𝘪𝘯𝘨 (𝘴𝘢𝘳𝘹) Yesus. Bahkan ucapan Yesus makan 𝘥𝘢𝘨𝘪𝘯𝘨-𝘒𝘶 ditulis sampai tiga kali (ay. 51, 54, dan 56)!

Provokasi ini berhasil. Dikatakan di ayat 52 bahwa orang-orang Yahudi bertengkar antar-sesama mereka. Kata mereka, “𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘐𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘨𝘪𝘯𝘨-𝘕𝘺𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘥𝘪𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯?” Tentu saja perkataan Yesus itu menimbulkan rasa jijik bagi orang-orang Yahudi. Sekali lagi inilah khas Injil Yohanes. Kekurangpahaman menangkap ucapan Yesus menyediakan ruang bagi Yesus untuk menjelaskan. Bahkan penjelasan semakin radikal.

Kata Yesus kepada mereka, “𝘚𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶: 𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘨𝘪𝘯𝘨 𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘔𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘪𝘯𝘶𝘮 𝘥𝘢𝘳𝘢𝘩-𝘕𝘺𝘢, 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢𝘪 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘥𝘪 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘮𝘶 (ay. 53) 𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘨𝘪𝘯𝘨-𝘒𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘪𝘯𝘶𝘮 𝘥𝘢𝘳𝘢𝘩-𝘒𝘶, 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢𝘪 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘬𝘢𝘭 𝘥𝘢𝘯 𝘈𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘨𝘬𝘪𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳 𝘻𝘢𝘮𝘢𝘯, (ay. 54) 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘣 𝘥𝘢𝘨𝘪𝘯𝘨-𝘒𝘶 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘢𝘩-𝘒𝘶 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘮𝘪𝘯𝘶𝘮𝘢𝘯 (ay. 55).”

Rasa jijik orang-orang Yahudi atas ucapan 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘨𝘪𝘯𝘨-𝘒𝘶 malah ditambahi Yesus dengan 𝘮𝘪𝘯𝘶𝘮 𝘥𝘢𝘳𝘢𝘩-𝘒𝘶. Ada perbedaan tegas atas penjelasan 𝘥𝘢𝘳𝘢𝘩 di dalam Injil sinoptik dan Injil Yohanes. Di Injil sinoptik 𝘪𝘯𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘢𝘩-𝘒𝘶, 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘵𝘶𝘮𝘱𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘢𝘮𝘱𝘶𝘯𝘢𝘯 𝘥𝘰𝘴𝘢 (Mat. 26:28b). Bagi petulis Injil sinoptik kematian di kayu salib adalah simbol penghinaan. Yesus adalah korban kekerasan. Sebaliknya petulis Injil Yohanes memandang salib adalah simbol kemuliaan. Siapa saja yang makan daging-Nya dan minum darah-Nya (dalam Ekaristi), ia memeroleh hidup kekal dan akan dibangkitkan Yesus pada akhir zaman. Yesus bukan korban kekerasan, melainkan menyediakan daging dan darah-Nya untuk dimakan dan diminum dalam Ekaristi yang disimbolkan dengan roti dan anggur.

𝘋𝘢𝘨𝘪𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘢𝘩 merupakan ungkapan Ibrani untuk menyebut manusia seutuhnya. Bahkan sampai sekarang orang masih menyebut ungkapan 𝘥𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘨𝘪𝘯𝘨𝘬𝘶 untuk keturunannya. Gagasan dasarnya orang harus memersatukan diri dengan Yesus agar memeroleh hidup kekal. Selain mendapat tekanan luar biasa dari orang-orang Yahudi, Jemaat Yohanes juga digerogoti doketisme dari dalam tubuh jemaat. Doketisme memandang Yesus Kristus tidak sungguh-sungguh manusia, melainkan hanya tampak sebagai manusia. Yesus Kristus hanya memiliki tubuh surgawi dan hanya berpura-pura saja menderita dan mati. Frase 𝘥𝘢𝘨𝘪𝘯𝘨-𝘒𝘶 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘢𝘩-𝘒𝘶 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘮𝘪𝘯𝘶𝘮𝘢𝘯 (ay. 55) untuk menekankan bahwa Yesus seutuhnya manusia yang turun dari Allah. Kisah Tomas yang hendak menyentuh tubuh kebangkitan Yesus di akhir Injil juga untuk melawan doketisme.

Kata Yesus lagi, “𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘨𝘪𝘯𝘨-𝘒𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘪𝘯𝘶𝘮 𝘥𝘢𝘳𝘢𝘩-𝘒𝘶, 𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭 𝘥𝘪 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘈𝘬𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘥𝘪𝘢. (ay. 56) 𝘚𝘢𝘮𝘢 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘉𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘵𝘶𝘴 𝘈𝘬𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘈𝘬𝘶 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘉𝘢𝘱𝘢, 𝘥𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘬𝘪𝘢𝘯 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘈𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘈𝘬𝘶. (ay. 57)”.

Di ayat 56 dan 57 makin jelas bahwa hidup kekal adalah hidup murid dalam nasabah timbal-balik yang mendalam dengan Yesus. Hal ini akan diulangi dalam episode wejangan 𝘗𝘰𝘬𝘰𝘬 𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶𝘳 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 pada pasal 15. Allah adalah sumber hidup dan manusia dapat hidup berkat nasabah Bapa dan Anak. Dalam Ekaristi para murid atau orang percaya memersatukan diri dengan Yesus secara utuh dan penuh.

Yesus kemudian menutup, “𝘐𝘯𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘳𝘰𝘵𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘶𝘳𝘶𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘶𝘳𝘨𝘢, 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘯𝘦𝘯𝘦𝘬 𝘮𝘰𝘺𝘢𝘯𝘨𝘮𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘮𝘢𝘵𝘪. 𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘳𝘰𝘵𝘪 𝘪𝘯𝘪, 𝘪𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢-𝘭𝘢𝘮𝘢𝘯𝘺𝘢.( ay. 58)”

Penjelasan sepanjang perikop dibulatkan oleh Yesus dengan mengangkat lagi metafora mengenai diri-Nya dan kemaujudan-Nya di dunia sebagai roti yang turun dari surga yang memberi hidup kekal. Di ayat 59 narator menyampaikan bahwa penjelasan panjang itu dilakukan di sinagoge di Kapernaum. 

(18082024)(T)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...