Jumat, 18 Oktober 2024

SUDUT PANDANG MARKUS 10:35-45, 𝙈𝙖𝙞𝙣 𝙥𝙞𝙣𝙩𝙪 𝙗𝙚𝙡𝙖𝙠𝙖𝙣𝙜



SUDUT PANDANG MARKUS 10:35-45, 𝙈𝙖𝙞𝙣 𝙥𝙞𝙣𝙩𝙪 𝙗𝙚𝙡𝙖𝙠𝙖𝙣𝙜

Pendeta sering merohani-rohanikan jabatannya dengan sebutan eksklusif hamba Tuhan. Padahal secara teologis sebutan hamba Tuhan untuk pendeta adalah keliru. Demikian juga kata melayani yang sudah meluntur. Melayani itu bukan berkhotbah di mimbar, bermain musik di gereja, bernyanyi dalam paduan suara, dan lain sejenisnya. Bukan itu. Itu kelasnya sama dengan kerja bakti di RT-RT atau di kampung-kampung.

Hari ini adalah Minggu kedua puluh satu setelah Pentakosta. Bacaan ekumenis diambil dari Injil Markus 10:35-45 yang didahului dengan Yesaya 53:4-12, Mazmur 91:9-16, dan Ibrani 5:1-10.

Di lain cerita kita dapat membaca pertengkaran antar-murid berebut kuasa. Yesus sampai memberi ilustrasi memeluk seorang anak kecil. Bacaan Injil Minggu ini kembali menampilkan pertengkaran antar-murid berebut kuasa. Pertengkaran kedua ini lebih seru, karena Yakobus dan Yohanes 𝘮𝘢𝘪𝘯 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘬𝘢𝘯𝘨.

Dalam Injil Markus tiga kali Yesus memberitahu tentang sengsara, kematian, dan kebangkitan-Nya kepada murid-murid-Nya. Teknik penulisan Markus selalu sebangun: pengajaran khusus dan perjumpaan. Dalam pemberitahuan yang ketiga pengajaran khususnya mengenai melayani dan perjumpaan dengan si Buta Bartimeus. Bacaan Minggu ini hanya membahas pertengkaran kedua para murid sehingga Yesus perlu mengajar mereka tentang hakikat melayani. Bacaan tetap dalam bingkai 𝘱𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘫𝘶 𝘠𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘭𝘦𝘮.

Ulasan bacaan dibagi ke dalam tiga bagian:
🛑 Lobi anak-anak Zebedeus (ay. 35-37)
🛑 Hanya untuk yang berhak (ay. 38-40)
🛑 Jadilah pelayan dan hamba! (ay. 41-45)

𝗟𝗼𝗯𝗶 𝗮𝗻𝗮𝗸-𝗮𝗻𝗮𝗸 𝗭𝗲𝗯𝗲𝗱𝗲𝘂𝘀 (ay. 35-37)

Persis sebelum bacaan ini Yesus menyampaikan mengenai sengsara, kematian, dan kebangkitan-Nya kepada murid-murid-Nya untuk kali ketiga (ay. 32-34). Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya, “𝘎𝘶𝘳𝘶, 𝘬𝘢𝘮𝘪 𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱 𝘌𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢 𝘱𝘶𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘮𝘪 𝘮𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘌𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶!” Jawab Yesus kepada mereka, “𝘈𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘬𝘦𝘩𝘦𝘯𝘥𝘢𝘬𝘪 𝘒𝘶𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘣𝘢𝘨𝘪𝘮𝘶?” Lalu kata mereka, “𝘗𝘦𝘳𝘬𝘦𝘯𝘢𝘯𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘮𝘪 𝘥𝘶𝘥𝘶𝘬 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘬𝘦𝘮𝘶𝘭𝘪𝘢𝘢𝘯-𝘔𝘶 𝘬𝘦𝘭𝘢𝘬, 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘯𝘢𝘯-𝘔𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘪𝘳𝘪-𝘔𝘶.” (ay. 35-37)

Dua bersaudara Yakobus dan Yohanes termasuk murid Yesus gelombang pertama (Mrk. 1:19) dan dekat dengan Yesus (lih. Mrk. 1:37; 5:37; 13:3; 14:33). Mereka juga disebut 𝘉𝘰𝘢𝘯𝘦𝘳𝘨𝘦𝘴 atau “𝘢𝘯𝘢𝘬-𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘨𝘶𝘳𝘶𝘩 (Mrk. 3:17). Julukan ini barangkali merujuk kepiawaian bicara mereka dan penuh semangat. 

Sesudah mendengar pemberitahuan dari Yesus tentang sengsara, kematian, dan kebangkitan-Nya dalam cerapan mereka meskipun Yesus menderita sengsara dan mati toh Ia segera bangkit dan akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Penguasa. Untuk itu mereka diam-diam memohon hak istimewa kepada Yesus tanpa sepengetahuan kesepuluh rekan mereka. Kata Koes Plus, “𝘔𝘢𝘳𝘪, 𝘮𝘢𝘳𝘪, 𝘰𝘪, 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘵𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨. 𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘭𝘦𝘸𝘢𝘵 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘬𝘢𝘯𝘨!”

Dari teks bagian ini kita dapat melihat Yakobus dan Yohanes sepertinya tidak berempati kepada Yesus, yang baru saja menyampaikan jalan penderitaan-Nya bahkan sampai tiga kali. Tampaknya rombongan Yesus semakin mendekati kota Yerusalem sehingga Yakobus dan Yohanes mungkin berpikir bahwa Yesus pergi ke sana sebagai Mesias-Raja untuk memulihkan kejayaan Israel. Untuk itulah mereka buru mem- 𝘣𝘰𝘰𝘬𝘪𝘯𝘨 kursi kehormatan di sebelah kanan dan kiri singgasana Yesus lewat pintu belakang.

𝗛𝗮𝗻𝘆𝗮 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗿𝗵𝗮𝗸 (ay. 38-40)

Atas permintaan itu Yesus menjawab Yakobus dan Yohanes, “𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘪𝘯𝘵𝘢. 𝘋𝘢𝘱𝘢𝘵𝘬𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘯𝘶𝘮 𝘤𝘢𝘸𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘒𝘶𝘮𝘪𝘯𝘶𝘮 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘥𝘪𝘣𝘢𝘱𝘵𝘪𝘴 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘱𝘵𝘪𝘴𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘒𝘶𝘵𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢?” (ay. 38)

Pertanyaan Yesus itu untuk meminta penegasan lawan bicara-Nya. Pertanyaan senada dengan itu:
• Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? (Mrk. 7:18)
• Belum jugakah kamu paham dan mengerti? (Mrk. 8:17)

Cawan anggur merupakan ungkapan metaforis untuk berkat atau hukuman. Dalam konteks pertanyaan Yesus di atas cawan merujuk hukuman mati yang dijatuhkan oleh penguasa Yerusalem (bdk. Yes. 51:17, 22; Za. 12:2). Metafora meminum cawan lebih terperikan dalam Yesaya 53:5 “…𝘥𝘪𝘢 𝘥𝘪𝘵𝘪𝘬𝘢𝘮 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘱𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘰𝘯𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘪𝘵𝘢, 𝘥𝘪𝘢 𝘥𝘪𝘳𝘦𝘮𝘶𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘬𝘦𝘫𝘢𝘩𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘬𝘪𝘵𝘢. 𝘏𝘢𝘫𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘮𝘢𝘪 𝘴𝘦𝘫𝘢𝘩𝘵𝘦𝘳𝘢 𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘥𝘪𝘵𝘪𝘮𝘱𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘣𝘪𝘭𝘶𝘳-𝘣𝘪𝘭𝘶𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘥𝘪𝘴𝘦𝘮𝘣𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯.” 

Kata baptis, dibaptis (𝘣𝘢𝘱𝘵𝘪𝘴𝘮𝘢, 𝘣𝘢𝘱𝘵𝘪𝘻𝘰𝘮𝘢𝘪) berarti tenggelam, ditenggelamkan. Dalam konteks ucapan Yesus di atas dibaptis dimaknai ditenggelamkan dalam kesengsaraan. Dalam pandangan Yahudi air juga menyimbolkan bencana (lih. Mzm. 69:2, 15). [Rasul Paulus juga bermetafora bahwa kita dibaptis dalam kematian Kristus. Rm. 6:3]

“𝘋𝘢𝘱𝘢𝘵𝘬𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘯𝘶𝘮 𝘤𝘢𝘸𝘢𝘯 … 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘥𝘪𝘣𝘢𝘱𝘵𝘪𝘴 .. “ ini senada yang diucapkan Yesus di Markus 8:34-38. Dengan kata lain Yesus hendak berkata kepada Yakobus dan Yohanes, “𝘒𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘴𝘪𝘢𝘱 𝘮𝘢𝘵𝘪 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘈𝘬𝘶?”

Ternyata Yakobus dan Yohanes menjawab, “𝘒𝘢𝘮𝘪 𝘴𝘪𝘢𝘱!” (ay. 39a) Mereka yakin dan siap menanggung nasib seperti Yesus asalkan mereka mendapat tempat terhormat di sebelah kanan dan kiri Yesus dalam kemuliaan-Nya. Apabila kita hubungkan dengan konteks perjalanan Yesus menuju Yerusalem tampaknya dua bersaudara ini masih memahami Yesus akan menjadi Mesias-Raja di Yerusalem.

Jawaban mereka tentu membanggakan Yesus bahkan Ia tidak mencela mereka seperti jawaban-Nya di ayat 39b. Lalu Yesus meneruskan, “𝘛𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘩𝘢𝘭 𝘥𝘶𝘥𝘶𝘬 𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘯𝘢𝘯-𝘒𝘶 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘪𝘳𝘪-𝘒𝘶, 𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢. 𝘐𝘵𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘨𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘩𝘢𝘭 𝘪𝘵𝘶 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘴𝘦𝘥𝘪𝘢𝘬𝘢𝘯.” (ay. 40)

Yesus tidak mengabulkan permintaan mereka. Tupoksi Mesias bukanlah membagi-bagi kursi kehormatan, melainkan mengundang umat manusia untuk berbelarasa dalam sengsara dan kematian-Nya dengan taat secara total kepada Allah seperti yang Yesus lakukan. Pengikut Yesus ketimbang sibuk berebut kursi terhormat yang di luar jangkauannya lebih baik berkarya saat ini di bumi ini. Tampaknya teks ini mencerminkan situasi di lingkungan jemaat Markus. Ada orang-orang yang merasa paling berjasa dalam penginjilan sehingga meminta jabatan pemimpin jemaat. 

𝗝𝗮𝗱𝗶𝗹𝗮𝗵 𝗽𝗲𝗹𝗮𝘆𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝗵𝗮𝗺𝗯𝗮! (ay. 41-45)

Ketika kesepuluh murid-Nya mengetahui Yakobus dan Yohanes 𝘮𝘢𝘪𝘯 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘬𝘢𝘯𝘨, marahlah mereka (ay. 41). Kembali kedua belas murid bertengkar berebut siapa yang terbesar di antara mereka mengulang pertengkaran perama (lih. Mrk. 9:34). Para rasul yang dipilih Yesus dari kalangan sederhana ternyata mereka penuh ambisi. Demikian halnya juga cukup banyak calon pendeta dari kalangan bersahaja, tetapi begitu menjadi pendeta mereka berambisi menguasai organisasi, gila hormat. Yesus sungguh sendirian menuju Yerusalem.

Lalu Yesus memanggil mereka dan berkata, “𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘢𝘬𝘶𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘱𝘦𝘮𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘴𝘢-𝘣𝘢𝘯𝘨𝘴𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘵𝘶𝘢𝘯 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘳𝘢𝘬𝘺𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘳𝘢 𝘱𝘦𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘸𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨-𝘸𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢. (ay. 42) 𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘢𝘯 𝙙𝙞 𝙖𝙣𝙩𝙖𝙧𝙖 𝙠𝙖𝙢𝙪. 𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝙙𝙞 𝙖𝙣𝙩𝙖𝙧𝙖 𝙠𝙖𝙢𝙪, 𝘩𝘦𝘯𝘥𝘢𝘬𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘱𝘦𝘭𝘢𝘺𝘢𝘯𝘮𝘶 (ay. 43), 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘢𝘮𝘢 𝙙𝙞 𝙖𝙣𝙩𝙖𝙧𝙖 𝙠𝙖𝙢𝙪, 𝘩𝘦𝘯𝘥𝘢𝘬𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘩𝘢𝘮𝘣𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 (ay. 44). 𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘔𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘥𝘪𝘭𝘢𝘺𝘢𝘯𝘪, 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘪𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘺𝘢𝘯𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘯𝘺𝘢𝘸𝘢-𝘕𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘵𝘦𝘣𝘶𝘴𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 (ay. 45).”

Dalam Injil Markus ada lima kali Yesus memanggil kedua belas murid-Nya (Mrk. 3:13; 6:7; 8:1; 10:42; 12:43). Dua di antara pemanggilan itu adalah pengajaran khusus kepada kedua belas murid yang ambisius.

Yesus tak langsung membincangkan pertengkaran, tetapi membuka wawasan para murid. Yesus meluaskan wawasan mereka mengenai kuasa politik. Kuasa itu cenderung korup, cepat atau lambat merosot menjadi kekerasan dan penindasan. Padahal kuasa itu relatif, bukan mutlak. Kuasa memang diberikan untuk digunakan. Adalah kebodohan apabila orang tidak menggunakan kuasa yang diberikan kepadanya. Di sini Yesus menyoal bagaimana menggunakan kuasa secara benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

Yesus tidak menghendaki para pengikut-Nya menyalahgunakan kuasa. Ia menjungkirbalikkan penggunaan kuasa politik dan politik kuasa. Yesus tidak melarang orang menjadi pejabat, pebesar, atau orang kaya. Untuk menjadi pejabat, pebesar, orang kaya pengikut Kristus hendaklah secara sadar menjadi pelayan dan hamba untuk semuanya.

Menjadi pelayan berarti melayani. Melayani itu apa? Melayani itu bukan berkhotbah di mimbar, bermain musik di gereja, bernyanyi dalam paduan suara, dll. Bukan itu. Itu kelasnya sama dengan kerja bakti di RT-RT atau di kampung-kampung. Melayani itu ya melayani seperti Yesus melayani. Dalam Injil Markus ini kita sudah membaca kisah Yesus menolong orang-orang marginal, dari memulihkan tubuh sampai memberi makan ribuan orang kelaparan. Melayani berarti berbelarasa kepada orang-orang marginal, mengubah wawasan pada kesejahteraan orang-orang miskin. 

Kata hamba dalam Injil Markus merujuk gawai seorang bawahan (Mrk. 12:2, 4; 13:34). Seorang hamba bergantung pada majikan yang dilayaninya. Siapakah majikan hamba ini? Teks sama sekali tidak menyebut hamba Tuhan. Dengan demikian majikan hamba ini tidak lain dan tidak bukan adalah jemaat Kristen. Tafsir ini diperkuat dengan ucapan Yesus 𝘥𝘪 𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 sebanyak tiga kali. Hal ini makin menguatkan teks mencerminkan situasi di lingkungan jemaat Markus. Ada orang-orang yang merasa paling berjasa dalam penginjilan sehingga meminta jabatan pemimpin jemaat. Dalam pada itu cukup banyak pendeta secara eksklusif menyebut diri hamba Tuhan. Dengan merujuk teks Markus ini pengenaan sebutan hamba Tuhan adalah keliru secara teologis. 

Di sini Yesus tidak hendak membuat struktur masyarakat baru. Di sini Yesus hendak mengubah wawasan para pengikut-Nya dan cara bersekutu. Untuk mengatasi konflik yang merusak jemaat para pengikut Yesus haruslah siap menyerahkan hidupnya yang paling berharga, yakni hidupnya sendiri. Pelayan dan hamba merupakan manusia yang kegiatannya tidak berpusat kepada dirinya sendiri, melainkan kepada orang lain.

Yesus sendiri sudah memberi teladan bahwa Ia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, bahkan menyerahkan nyawa-Nya sebagai ganti semua orang. Pelayanan Yesus sudah kita baca kisah-Nya dari awal Injil sampai ke bagian ini. Ungkapan 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘳𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘯𝘺𝘢𝘸𝘢-𝘕𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘨𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 merujuk Yesaya 53:10-13 tentang Hamba TUHAN. Manusia tidak mampu menjamin keselamatannya sendiri. Kata 𝘵𝘦𝘣𝘶𝘴𝘢𝘯 atau 𝘨𝘢𝘯𝘵𝘪 merujuk konteks persembahan kurban di Bait Suci, yakni penebus salah dan penghapus dosa (bdk. Im. 5:14 – 6:4; 7:7-1). Melalui kurban persembahan ini para pendosa mengganti dirinya sendiri sebagai simbol pertobatan. Yesus sebagai kurban pengganti adalah puncak pelayanan Yesus.

Nah, kalau ada pendeta mau gagah-gahan menyebut diri hamba Tuhan, rujuklah Yesaya 53:10-13 di atas. Bersedia menjadi kurban pengganti?

(20102024)(TUS)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...