Sabtu, 30 November 2024

SUDUT PANDANG LUKAS 21: 25-36, 𝗧𝗶𝗱𝗮𝗸 𝘁𝗲𝗿𝘁𝗶𝗱𝘂𝗿, Serial Natal


SUDUT PANDANG LUKAS 21: 25-36, 𝗧𝗶𝗱𝗮𝗸 𝘁𝗲𝗿𝘁𝗶𝗱𝘂𝗿, Serial Natal

Hari ini adalah Minggu kesatu Adven (𝘍𝘪𝘳𝘴𝘵 𝘚𝘶𝘯𝘥𝘢𝘺 𝘰𝘧 𝘈𝘥𝘷𝘦𝘯𝘵), bukan Minggu Adven kesatu, karena tidak ada Adven kedua, ketiga, dst. Panjang musim Adven bukan empat pekan (𝘸𝘦𝘦𝘬), melainkan ada empat Minggu (𝘚𝘶𝘯𝘥𝘢𝘺) sebelum Natal. 

Minggu kesatu Adven adalah awal kalender gerejawi atau tahun liturgi. Jadi, tahun baru gerejawi bukan pada 1 Januari. Ada tiga banjaran tahun liturgi: Tahun A, Tahun B, dan Tahun C. Minggu lalu adalah Minggu terakhir Tahun B, maka Minggu ini berganti tahun baru ke 𝗧𝗮𝗵𝘂𝗻 𝗖 atau Tahun Lukas. Bagian terbesar bacaan Injil untuk Tahun C dari Injil Lukas. Untuk Minggu-Minggu tertentu bacaan Injil diambil dari Yohanes, sedang untuk hari raya Epifania dan Rabu Abu dari Injil Matius.

Masa Adven mengandung dua gatra (𝘢𝘴𝘱𝘦𝘤𝘵𝘴): eskatologis dan historis. Eskatologis, umat bersiap diri dalam pengharapan akan kedatangan kembali Kristus (𝘱𝘢𝘳𝘰𝘶𝘴𝘪𝘢). Gatra eskatologis mengisi tema Minggu kesatu dan kedua Adven. Historis, umat bersiap diri untuk mengenang menuju perayaan peristiwa kelahiran Yesus yang terjadi sekitar 2028 tahun yang lalu. Gatra historis mengisi tema Minggu ketiga dan keempat Adven.

Kata kunci masa Adven adalah bersiap diri; bersiap diri menantikan kedatangan kembali Kristus, bersiap diri untuk mengenang, dan bersiap diri untuk menuju perayaan. Jadi, masa Adven bukanlah waktu untuk merayakan Natal. Umat diberi waktu merayakan Natal cukup panjang, dari 24 Desember 2024 selepas matahari terbenam sampai 23 Februari 2025. Merayakan Natal pada masa Adven ibarat halalbihalal pada bulan Ramadan. 𝘕𝘰 𝘴𝘶𝘤𝘩 𝘵𝘩𝘪𝘯𝘨!

Apakah menghias rumah dan membunyikan lagu-lagu Natal boleh di masa Adven? Ya, boleh-boleh saja. Berhias dan membunyikan lagu-lagu Natal dapat membantu suasana penantian kita pada dua gatra Natal di atas. 

Bacaan ekumenis diambil dari Injil Lukas 21:25-36 yang didahului dengan Yeremia 33:14-16, Mazmur  25:1-10, dan 1Tesalonika 3:9-13.

Tema eskatologis mengisi Minggu ini. Konteks terdekat bacaan adalah keseluruhan pasal 21. Pengajaran atau wejangan eskatologis Yesus disampaikan di lingkungan Bait Allah (Luk. 19:45 – 21:4) kemudian memuncak dalam pengajaran panjang tentang masa depan Yerusalem dan jemaat serta akhir zaman (Luk. 21:8-38). Nasihat ini disampaikan kepada para pendengar yang sama (lih. Luk. 20:45) dan kehadiran orang lain (Luk. 21:5). Kisah ini berbeda latar tempat dari Markus 13:1-3 yang wejangan Yesus disampaikan hanya kepada empat orang murid di Bukit Zaitun.

Pengulasan dibagi ke dalam tiga bagian:
▶ Tanda-tanda kosmis (ay. 25-28)
▶ Terubus pohon ara (ay. 29-33)
▶ Tidak tertidur (ay. 34-36)

[𝘛𝘦𝘬𝘴 𝘣𝘢𝘤𝘢𝘢𝘯 𝘤𝘶𝘬𝘶𝘱 𝘱𝘢𝘯𝘫𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘩𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘦𝘥𝘪𝘴𝘪 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘫𝘶𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘯𝘰𝘮𝘰𝘳-𝘯𝘰𝘮𝘰𝘳 𝘢𝘺𝘢𝘵.]

𝗧𝗮𝗻𝗱𝗮-𝘁𝗮𝗻𝗱𝗮 𝗸𝗼𝘀𝗺𝗶𝘀 (ay. 25-28)

Tidak seperti Markus 13, Lukas 21 membedakan penghancuran Yerusalem dari akhir zaman yang belum tiba. Penghancuran Yerusalem dipandang sebagai sejarah yang sudah lewat, sedang akhir zaman dipandang dekat (ay. 31-32). Yesus tidak serta merta datang kembali. Ia baru akan datang kembali sesudah 𝘨𝘦𝘯𝘢𝘱𝘭𝘢𝘩 𝘻𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘴𝘢-𝘣𝘢𝘯𝘨𝘴𝘢, zaman penguasaan bangsa-bangsa atas umat Tuhan, serta zaman misi Gereja kepada bangsa-bangsa sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8).

Wejangan kemudian beralih ke nubuat mengenai tanda-tanda kosmis yang akan mengiringi kedatangan Yesus (ay. 25-28); dari Yerusalem bergeser ke seluruh bumi, bahkan jagat raya. Tidak dijelaskan durasi zaman itu dan tidak ada pengantarnya oleh Lukas seperti dalam Matius 24:29 “𝘚𝘦𝘨𝘦𝘳𝘢 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘴𝘪𝘬𝘴𝘢𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘢 𝘪𝘵𝘶, 𝘮𝘢𝘵𝘢𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘨𝘦𝘭𝘢𝘱, … “. Lukas sama sekali tidak menasabahkan penghancuran Yerusalem dengan akhir zaman. Menurut Lukas waktunya akan genap baru pada saat kekuatan-kekuatan kosmis akan guncang.

Dalam sastra apokaliptik tanda-tanda kosmis dan berbagai malapetaka menjadi perlengkapan klasik pemerian penghakiman terakhir. Namun, Lukas tidak melukiskannya dengan istilah malapetaka. Ia lebih suka menampilkan reaksi manusia terhadap malapetaka, yakni mati ketakutan. Lukas memang biasa menyajikan reaksi manusia terhadap peristiwa (bdk. Luk. 3:15; 8:40; 9:43; 24:3).

Dalam Matius 24:29-31 dan Markus 13:24-27 kedatangan Anak Manusia adalah peristiwa puncak. Namun, Lukas tampaknya tidak mau menjadikannya pokok pemberitaan sehingga ia menceritakan sekilas saja. Lukas lebih mementingkan tanda-tanda yang mendahului kedatangan Yesus kembali (lih. ay. 28). Jemaat Kristen juga tidak akan luput dari gonjang-ganjing kosmis, tetapi teks Lukas mengingatkan umat untuk bersukacita karena pembebasan sudah dekat.

𝗧𝗲𝗿𝘂𝗯𝘂𝘀 𝗽𝗼𝗵𝗼𝗻 𝗮𝗿𝗮 (ay. 29-33)

Yesus lalu menyampaikan perumpamaan tentang pohon ara (ay. 29-33). Pohon ara atau pohon apa pun di daerah sub-tropis berterubus (atau bertunas) pada musim semi. Itu menunjukkan bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga peristiwa-peristiwa yang disebut di ayat 8-25 yang akan dilihat dan dialami oleh generasi yang sedang hidup untuk menjadi peringatan bahwa penggenapan Kerajaan Allah dan kedatangan Yesus kembali sudah dekat. Umat Tuhan tidak boleh lengah. Maksudnya umat agar tegar bertahan dalam iman.

𝗧𝗶𝗱𝗮𝗸 𝘁𝗲𝗿𝘁𝗶𝗱𝘂𝗿 (ay. 34-36)

Wejangan ditutup dengan peringatan ganda untuk berjaga-jaga. Peringatan kesatu dirumuskan negatif “𝘑𝘢𝘨𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘮𝘶 𝘴𝘶𝘱𝘢𝘺𝘢 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘮𝘶 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 …” (ay. 34-35). Ungkapan 𝘑𝘢𝘨𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘮𝘶 khas Lukas (bdk. Luk. 12:1; 17:3; 21:34; Kis. 5:35; 20:28).

Pakar biblika menyebut Injil Lukas dikenal sebagai 𝘐𝘯𝘫𝘪𝘭 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘳𝘨𝘪𝘯𝘢𝘭. Ada juga yang menyebut sebagai 𝘐𝘯𝘫𝘪𝘭 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘺𝘢. Lukas menentang kekayaan sejauh kekayaan itu membuat orang tidak peduli kepada orang-orang marginal. Sepanjang Injil Lukas dapat kita jumpai corak khas Lukas itu. 

Di ayat 34-35 Lukas menonjolkan hal itu lagi “𝘑𝘢𝘨𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘮𝘶 𝘴𝘶𝘱𝘢𝘺𝘢 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘮𝘶 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘣𝘦𝘣𝘢𝘯𝘪 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘱𝘦𝘴𝘵𝘢 𝘱𝘰𝘳𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘮𝘢𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘳𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘬𝘩𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪𝘳𝘢𝘯 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘴𝘦𝘩𝘢𝘳𝘪-𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘶𝘱𝘢𝘺𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘣𝘢-𝘵𝘪𝘣𝘢 𝘫𝘢𝘵𝘶𝘩 𝘬𝘦 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘮𝘶 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘫𝘦𝘳𝘢𝘵, 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘣 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘮𝘱𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘥𝘶𝘥𝘶𝘬 𝘥𝘪 𝘣𝘶𝘮𝘪.” Beban di sini ialah makanan dan minuman serta kecemasan-kecemasan yang terjadi pada orang-orang yang terikat oleh harta benda. Jerat di sini sejajar maknanya dengan perumpamaan kedatangan tuan rumah secara tiba-tiba (bdk. Mrk. 13:36).

Peringatan kedua dirumuskan positif “𝘉𝘦𝘳𝘫𝘢𝘨𝘢-𝘫𝘢𝘨𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪𝘢𝘴𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘰𝘢 … “ (ay. 36). 𝘉𝘦𝘳𝘫𝘢𝘨𝘢-𝘫𝘢𝘨𝘢𝘭𝘢𝘩 disamakan dengan 𝘴𝘦𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪𝘢𝘴𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘰𝘢. Berjaga-jaga juga berarti tidak tertidur. Dalam Lukas 18:1 Yesus menyampaikan perumpamaan untuk menegaskan bahwa mereka harus selalu berdoa tanpa jemu-jemu. Di ayat 7 Yesus menutup perumpamaan-Nya, “𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬𝘬𝘢𝘩 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘢𝘥𝘪𝘭𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘪𝘭𝘪𝘩𝘢𝘯-𝘯𝘺𝘢?” 

Nasihat 𝘴𝘦𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪𝘢𝘴𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘰𝘢 ini agar 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘬𝘦𝘬𝘶𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘭𝘶𝘱𝘶𝘵 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘪𝘵𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘨𝘢𝘳 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘥𝘪 𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘔𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢. Maksud 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘪𝘳𝘪 di sini bertahan dalam pencobaan dan bukan bertahan dalam pengadilan. Lukas tidak memerikan Yesus sebagai Hakim seperti halnya Injil Matius sehingga semua orang bergemetaran di hadapan-Nya (lih. Mat. 25:31-36). Lukas justru menegaskan bahwa mereka yang bertahan dalam pencobaan tidak usah takut. Lukas memompa semangat dan pengharapan pembaca Injilnya dhi. Gereja untuk hidup tidak dalam ketakutan.

 (0112204)(TUS)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...