Senin, 23 Desember 2024

SUDUT PANDANG MALAM NATAL, LUKAS 2: 1-14 (15-20), 𝗠𝗲𝗻𝘆𝗶𝗺𝗽𝗮𝗻 𝗱𝗶 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗵𝗮𝘁𝗶 𝗱𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗿𝗲𝗻𝘂𝗻𝗴𝗸𝗮𝗻𝗻𝘆𝗮, Serial Natal

SUDUT PANDANG MALAM NATAL, LUKAS 2: 1-14 (15-20), 𝗠𝗲𝗻𝘆𝗶𝗺𝗽𝗮𝗻 𝗱𝗶 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗵𝗮𝘁𝗶 𝗱𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗿𝗲𝗻𝘂𝗻𝗴𝗸𝗮𝗻𝗻𝘆𝗮, Serial Natal

Peralihan hari dimula pada tengah malam diperkenalkan pada 1582 bersamaan dengan penerapan kalender Gregorian. Sebelumnya hari berakhir pada saat matahari terbenam dan langsung beralih ke hari baru. Secara internasional peralihan hari pada tengah malam ditetapkan pada 1884. Meskipun demikian Gereja tetap memelihara tradisi hari baru dimula selepas matahari terbenam untuk keperluan liturgi hari raya seperti Paska dan Natal.

Hari ini, 24 Desember 2024, pada saat matahari terbenam umat Kristen mengakhiri masa Adven. Selepas matahari terbenam adalah Malam Natal, Malam Kelahiran Yesus, sudah Natal, 𝘕𝘢𝘵𝘪𝘷𝘪𝘵𝘺 𝘰𝘧 𝘵𝘩𝘦 𝘓𝘰𝘳𝘥.

Secara tradisi, yang kemudian menjadi liturgi baku, ada tiga sesi ibadah Hari Natal: Kebaktian Malam Natal (𝘔𝘪𝘴𝘴𝘢 𝘪𝘯 𝘕𝘰𝘤𝘵𝘦), Kebaktian Pagi (𝘔𝘪𝘴𝘴𝘢 𝘪𝘯 𝘈𝘶𝘳𝘰𝘳𝘢), dan Kebaktian Siang (𝘔𝘪𝘴𝘴𝘢 𝘪𝘯 𝘋𝘪𝘦). Dalam kebaktian-kebaktian tersebut bacaan pertama diambil dari kesaksian dan nubuat Nabi Yesaya akan kehadiran Sang Mesias (Yes. 9:2-7; 52:7-10; 62:6-12). Pembacaan Injil untuk homili menyesuaikan waktu ibadah.

▶ Kebaktian Malam Natal: Lukas 2:1-14, (15-20)
▶ Kebaktian Pagi: Lukas 2:(1-7), 8-20
▶ Kebaktian Siang: Yohanes 1:1-14

Dari dua bacaan Injil yang berbeda itu diharapkan umat menjadi jelas ragam teologi keduanya. Kehadiran Yesus versi narasi Injil Lukas dan versi madah Injil Yohanes merupakan karya sastra teologis untuk mengungkapkan iman jemaat mereka masing-masing mengenai Yesus. Kisah Natal versi Injil Matius akan dibacakan pada hari raya Epifania.

Ada banyak pandangan mengenai Yesus di dalam Alkitab. Kita sebagai penerima produk akhir Alkitab sepatutnya berbahagia dengan beraneka pandangan sehingga kita dapat merefleksikan hidup menurut kehidupan kita masing-masing. Juga perbedaan pandangan itu mengajari kita untuk tidak boleh mendaku satu-satunya ajaran yang benar tentang Yesus. Yesus tidak boleh diprivatisasi dan dimonopoli.

Dalam Sudut Pandang edisi Malam Natal ini saya mengambil bahan bacaan dari Injil Lukas.

Pengarang Injil Matius menulis kisah kelahiran Yesus cukup singkat, penuh teror, dan langsung diceritakan sesudah Silsilah Yesus. Alur cerita Injil Matius 𝘵𝘰 𝘵𝘩𝘦 𝘱𝘰𝘪𝘯𝘵. Petulis Injil Lukas mengarang kisah Natal lebih rinci dan rumit. Pengantarnya cukup panjang.

Sebelum kisah kelahiran Yesus ada cerita kelahiran Yohanes (Pembaptis) yang ajaib. Yohanes dan Yesus menurut pengarang Injil Lukas bersaudara karena ibu Yohanes, Elisabet, bersaudara dengan Maria, ibu Yesus (lih. ay. 36). Elisabet yang mandul mengandung secara ajaib seperti yang terjadi pada Sara istri Abraham, Ribka istri Ishak, Rahel istri Yakub, dan Hana istri Elkana. Namun keajaiban kehamilan Maria belum pernah terjadi sebelumnya, karena ia masih perawan dan tak bersuami (Luk. 1:27, 34).   

Lukas memberi nama malaikat yang menjumpai Maria dengan Gabriel (Luk. 1:19,26). Gabriel adalah malaikat penyingkap Akhir Zaman yang pernah ikut ke panggung cerita di kitab Daniel (pasal 8-9). Kehadiran Gabriel pada awal Injil Lukas tampaknya hendak mengungkapkan bahwa Akhir Zaman itu sudah mula digenapi dengan kelahiran Yohanes dan Yesus.

Lukas menyampaikan pendapat teologisnya bahwa Yesus adalah Anak Allah sejak di dalam kandungan karena Yesus dikandung dari Roh Kudus. Matius pun berpendapat demikian. Kedua petulis Injil ini tidak bersependapat dengan pengarang Injil Markus yang mengatakan Yesus adalah Anak Allah sesudah dibaptis oleh Yohanes.

Berbeda dari Matius yang bermatra 𝘯𝘢𝘴𝘪𝘰𝘯𝘢𝘭, latar kelahiran Yesus dalam Injil Lukas bermatra 𝘪𝘯𝘵𝘦𝘳𝘯𝘢𝘴𝘪𝘰𝘯𝘢𝘭, seluruh dunia. Lukas 2:1 tertulis 𝘗𝘢𝘥𝘢 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶 𝘪𝘵𝘶 𝘒𝘢𝘪𝘴𝘢𝘳 𝘈𝘨𝘶𝘴𝘵𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘶𝘳𝘶𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘧𝘵𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝙙𝙞 𝙨𝙚𝙡𝙪𝙧𝙪𝙝 𝙙𝙪𝙣𝙞𝙖.

Para ahli Perjanjian Baru meragukan Gayus Oktavius alias Kaisar Agustus memberi perintah sensus. Jadi? Kita harus membaca 𝗰𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮 𝘀𝗲𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝗰𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮. Di sini Lukas hendak menyampaikan bahwa konteks kelahiran Yesus adalah Kekaisaran Romawi yang sedang memerintah 𝙙𝙞 𝙨𝙚𝙡𝙪𝙧𝙪𝙝 𝙙𝙪𝙣𝙞𝙖. Sejak awal Lukas sudah menegaskan bahwa karya Yesus untuk seluruh dunia. Dalam Injil Lukas jilid kedua (Kisah Para Rasul) sesudah Yesus naik ke surga, para murid-Nya akan melanjutkan karya-Nya ke seluruh dunia atau sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8).

Dalam versi Injil Matius rumah Yusuf dan Maria di Betlehem dan mereka belum pernah ke Nazaret, Galilea, apalagi punya rumah di Nazaret. Dalam versi Injil Lukas rumah Yusuf dan Maria di Nazaret, Galilea, dan mereka tak punya rumah di Betlehem. Jadi, pengarang Injil Lukas membuat alasan perintah sensus agar Yesus lahir di Betlehem sekaligus menegaskan bahwa Yesus adalah keturunan Raja Daud seperti yang sudah dinubuatkan Nabi Mikha (lih. Mik. 5:1).

Lukas melangkah lebih jauh ketimbang Matius yang mengisahkan secara singkat kelahiran Yesus di Betlehem. Dalam Injil Lukas Yesus yang baru lahir itu dibungkus dengan lampin dan dibaringkan di palungan karena tidak ada tempat di 𝘬𝘢𝘵𝘢𝘭𝘶𝘮𝘢 (Luk. 2:7). Ada yang memberi makna 𝘬𝘢𝘵𝘢𝘭𝘶𝘮𝘢 sebagai 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘢𝘱𝘢𝘯 dan 𝘳𝘶𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘩𝘶𝘴𝘶𝘴 menginap di dalam rumah. Apa pun pilihannya akan 𝗯𝗲𝗿𝗶𝗺𝗽𝗹𝗶𝗸𝗮𝘀𝗶 pada perbedaan penafsiran.

Terlepas dari perdebatan itu, jika kita membaca cerita sebagai cerita, pengarang Injil Lukas membuat alasan teologisnya untuk menjelaskan Yesus lahir di kandang dan dibaringkan di palungan 𝗸𝗮𝗿𝗲𝗻𝗮 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗮𝗱𝗮 𝘁𝗲𝗺𝗽𝗮𝘁 𝗱𝗶 𝘁𝗲𝗺𝗽𝗮𝘁 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗲𝗵𝗮𝗿𝘂𝘀𝗻𝘆𝗮. Mengapa?

Lukas hendak menciptakan 𝗽𝗮𝗿𝗮𝗱𝗼𝗸𝘀: Anak Allah yang Maha Tinggi ternyata lahir dengan cara yang sederhana dan di lingkungan masyarakat kelas bawah, yaitu para gembala seperti yang dikisahkan sesudah Yesus dilahirkan (Luk. 2:8-20). Juga, Lukas tampaknya merujuk kitab Yesaya “𝘓𝘦𝘮𝘣𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘯𝘢𝘭 𝘱𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘯𝘺𝘢, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘐𝘴𝘳𝘢𝘦𝘭 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬; 𝘬𝘦𝘭𝘦𝘥𝘢𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘯𝘢𝘭 𝘱𝘢𝘭𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘴𝘦𝘥𝘪𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘶𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘶𝘮𝘢𝘵-𝘒𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘩𝘢𝘮𝘪𝘯𝘺𝘢." (Yes. 1:3) 

Malaikat di padang yang menjumpai para gembala menjadikan palungan sebagai tanda bagi para gembala (Luk. 2:10-12). Sesudah malaikat itu pergi, para gembala menjumpai bayi Yesus di palungan (Luk. 2:16). ). Para gembala itu merupakan 𝘐𝘴𝘳𝘢𝘦𝘭 𝘉𝘢𝘳𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘯𝘢𝘭 𝘱𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘯𝘢𝘭 𝘱𝘢𝘭𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢. Palungan mengisyaratkan bahwa harapan mesianik akan digenapi dengan cara yang berbeda dari yang selama ini dinantikan oleh banyak orang.

Para gembala pada zaman Yesus dipandang sebagai orang-orang buangan, orang tak jujur, tak dapat dipercaya. Mereka tidak boleh dijadikan saksi di pengadilan. Secara paradoks Lukas menempatkan mereka sebagai saksi. Para gembala ini bergegas pergi ke Betlehem bukan untuk menyembah raja seperti orang-orang Majus versi Injil Matius, melainkan 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗺𝗲𝗹𝗶𝗵𝗮𝘁 𝗽𝗲𝗿𝗸𝗮𝗿𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘁𝗲𝗹𝗮𝗵 𝘁𝗲𝗿𝗷𝗮𝗱𝗶 𝗱𝗶 𝘀𝗮𝗻𝗮 (Luk. 2:15). Sebagai saksi para gembala itu menceritakan pengalaman mereka berjumpa dengan malaikat Tuhan yang memberitakan tentang Anak itu kepada orang-orang di sana. Semua orang yang mendengarkan mereka heran, tetapi Maria 𝗺𝗲𝗻𝘆𝗶𝗺𝗽𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗴𝗮𝗹𝗮 𝗽𝗲𝗿𝗸𝗮𝗿𝗮 𝗶𝘁𝘂 𝗱𝗶 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗵𝗮𝘁𝗶𝗻𝘆𝗮 𝗱𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗿𝗲𝗻𝘂𝗻𝗴𝗸𝗮𝗻𝗻𝘆𝗮 (ay. 18-19).

Dari keseluruhan bacaan Injil Lukas hari ini kita dapat mengambil pesan-pesannya:

• Pesan malaikat Allah kepada kita (lewat para gembala) bahwa kelahiran Yesus merupakan kesukacitaan untuk seluruh bangsa. Sejak awal Lukas sudah mengungkapkan imannya bahwa karya Yesus ditujukan kepada semua orang baik orang Yahudi maupun orang bukan-Yahudi. Berbeda dari iman penginjil Matius: karya Yesus sebenarnya hanya untuk orang-orang Yahudi, tetapi karena ditolak mereka, barulah anugerah keselamatan diberikan kepada orang bukan-Yahudi.

• Yesus adalah Mesias keturunan Daud yang dijanjikan Allah akan duduk di tahta Daud dan kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan (Luk. 1:32-33; Kis. 2:36). Akan tetapi untuk mencapai kemuliaan-Nya itu Sang Mesias harus menderita terlebih dulu (Luk. 24:26).

• Lukas menciptakan tokoh Maria sebagai model murid agar pembaca kitab Injilnya tahu bagaimana bereaksi atas kehendak Allah yang barangkali terasa menyakitkan. Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya. 𝘚𝘦𝘨𝘢𝘭𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘬𝘢𝘳𝘢 𝘪𝘵𝘶 dapat dimaknai lebih luas pada semua yang terjadi dalam episode Kelahiran Yesus (Luk. 2:1-20). Menyimpan di dalam hati dan merenungkannya adalah tindakan penting. Itu syarat untuk berbuah (Luk. 8:15).

Natal barulah kisah permulaan. Kisah untuk direnungkan agar berbuah dalam kehidupan nyata. Tanpa berbuah membuat perayaan Natal menjadi hampa tak bermakna.
 (24122025)(TUS)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...