Jumat, 31 Januari 2025

SUDUT PANDANG INJIL LUKAS 4 :21-30, 𝙃𝙖𝙡𝙖𝙠 𝙝𝙞𝙩𝙖. 𝙒𝙤𝙣𝙜 𝙠𝙞𝙩𝙤 𝙜𝙖𝙡𝙤. 𝙅𝙖𝙥e 𝙢e𝙩𝙝e.



SUDUT PANDANG INJIL LUKAS 4 :21-30, 𝙃𝙖𝙡𝙖𝙠 𝙝𝙞𝙩𝙖. 𝙒𝙤𝙣𝙜 𝙠𝙞𝙩𝙤 𝙜𝙖𝙡𝙤. 𝙅𝙖𝙥e 𝙢e𝙩𝙝e.

Meskipun Injil Markus, Matius, dan Lukas disebut Injil sinoptik karena mirip, tetapi dalam banyak hal berbeda narasi dan tentu saja berbeda teologi. Misal, penolakan masyarakat Nazaret terhadap Yesus karena Ia adalah anak tukang kayu, anak Maria menurut versi Injil Markus. Meskipun Yesus pandai mengajar, penuh hikmat, membuat banyak mujizat, Ia bukanlah siapa-siapa sehingga Yesus ditolak oleh orang-orang Nazaret. Bagaimana dengan Injil Lukas?

Hari ini adalah Minggu keempat setelah Epifani. Bacaan ekumenis diambil dari Injil Lukas 4:21-30 yang didahului dengan Yeremia 1:4-10, Mazmur 71:1-6, dan 1Korintus 13:1-13.

Bacaan Injil Minggu ini adalah sambungan langsung dari bacaan Minggu lalu. Yesus mengajar di sinagoge di Nazaret, tempat asal-Nya. Sesudah membaca gulungan kitab Yesaya, Yesus mengajar umat di sinagoge dengan berkata, “𝘗𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪 𝘨𝘦𝘯𝘢𝘱𝘭𝘢𝘩 𝘯𝘢𝘴 𝘪𝘯𝘪 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢.”

Bagaimana tanggapan para pendengar? Tanggapan umat akan diulas di sini. Pengulasan dibagi ke dalam tiga bagian:
▶ Tanggapan positif pendengar (ay. 22)
▶ Provokasi Yesus (ay. 23-27)
▶ Yesus ditolak (ay. 28-30)

𝗧𝗮𝗻𝗴𝗴𝗮𝗽𝗮𝗻 𝗽𝗼𝘀𝗶𝘁𝗶𝗳 𝗽𝗲𝗻𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗿 (ay. 22)

Mari kita baca ayat 22 dengan saksama tanpa mencampurnya dengan narasi Injil Markus. Sesudah Yesus mengajar, umat di sinagoge memberi tanggapan seperti di bawah ini.

𝘚𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘋𝘪𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘩𝘦𝘳𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘯𝘶𝘩 𝘳𝘢𝘩𝘮𝘢𝘵 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘶𝘤𝘢𝘱𝘬𝘢𝘯-𝘕𝘺𝘢, 𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢, “𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯𝘬𝘢𝘩 𝘐𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘠𝘶𝘴𝘶𝘧?” (ay. 22)

Ayat 22 di atas berbeda narasinya dengan Injil Markus. Dalam Injil Markus sesudah Yesus mengajar, para pendengar memertanyakan sumber atau asal-usul kemampuan Yesus mengajar dan membuat mukjizat, padahal Yesus anak tukang kayu. Mereka tak sudi diajar oleh Yesus dan menolak Yesus (lih. Mrk. 6:1-6a).

Injil Lukas berbeda. Dikatakan pada ayat 22 di atas 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘋𝘪𝘢. Juga disebut mereka heran. Heran (𝘦𝘵𝘩𝘢𝘶𝘮𝘢𝘻𝘰𝘯) di sini berarti takjub. Lalu disambung dengan perkataan oratoris mereka, “𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯𝘬𝘢𝘩 𝘐𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘠𝘶𝘴𝘶𝘧?”

Dalam Injil Markus begitu para pendengar tahu bahwa Yesus anak tukang kayu, reaksi mereka langsung menolak Yesus. Dalam Injil Lukas ini berbeda. Pertanyaan oratoris “𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯𝘬𝘢𝘩 𝘐𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘠𝘶𝘴𝘶𝘧?” dapat ditafsir bahwa mereka ikut merasakan memiliki Yesus dan bangga karena sesama orang Nazaret, orang satu kampung, “𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪.” Orang Batak bilang, “𝘏𝘢𝘭𝘢𝘬 𝘩𝘪𝘵𝘢.”, orang Palembang berkata, “𝘞𝘰𝘯𝘨 𝘬𝘪𝘵𝘰 𝘨𝘢𝘭𝘰.”,  orang Yogya berujar, “𝘑𝘢𝘱e 𝘮e𝘵𝘩e.”

𝘓𝘩𝘰, bukankah Yesus juga ditolak di Nazaret versi Injil Lukas? Benar, tetapi narasi penolakan berbeda. Simak terus ulasan di bawah.e
𝗣𝗿𝗼𝘃𝗼𝗸𝗮𝘀𝗶 𝗬𝗲𝘀𝘂𝘀 (ay. 23-27)

Lukas tidak bersependapat dengan Markus mengenai alasan penolakan Yesus di Nazaret. Markus 𝘵𝘰 𝘵𝘩𝘦 𝘱𝘰𝘪𝘯𝘵, begitu orang-orang Nazaret tahu bahwa Yesus anak tukang kayu, mereka langsung menolak Yesus.

Dalam Injil Lukas kebiasaan Yesus masuk ke rumah ibadat di Nazaret tak lepas dari kesalehan dan pendidikan orangtua-Nya. Dalam Lukas 2:52 dikatakan bahwa 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘮𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘥𝘦𝘸𝘢𝘴𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘢𝘮𝘣𝘢𝘩 𝘩𝘪𝘬𝘮𝘢𝘵-𝘕𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘥𝘪𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩𝘪 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝙢𝙖𝙣𝙪𝙨𝙞𝙖. Ayat ini memerkuat tafsir ayat 22 di atas mengenai ucapan para pendengar “𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯𝘬𝘢𝘩 𝘐𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘠𝘶𝘴𝘶𝘧?” sebagai reaksi positif bahwa mereka merasakan memiliki Yesus karena sesama orang Nazaret. Oleh karena dalam tradisi jemaat Kristen bahwa Yesus ditolak di Nazaret, maka Lukas membuat alasan penolakan itu.

Harapan orang Nazaret, yang merasa memiliki Yesus, diungkapkan oleh Yesus lewat pepatah. “𝘛𝘦𝘯𝘵𝘶 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘱𝘢𝘵𝘢𝘩 𝘪𝘯𝘪 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢-𝘒𝘶: 𝘏𝘢𝘪 𝘵𝘢𝘣𝘪𝘣, 𝘴𝘦𝘮𝘣𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘳𝘪-𝘔𝘶 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪. 𝘗𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘯𝘪 𝘫𝘶𝘨𝘢, 𝘥𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘱𝘶𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘭𝘢𝘮𝘢𝘯-𝘔𝘶 𝘪𝘯𝘪, 𝘴𝘦𝘨𝘢𝘭𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘮𝘪 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘥𝘪 𝘒𝘢𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘶𝘮.” (ay. 23)

Pepatah 𝘏𝘢𝘪 𝘵𝘢𝘣𝘪𝘣, 𝘴𝘦𝘮𝘣𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘳𝘪-𝘔𝘶 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪 dalam banyak versi ditemukan dalam sastra Yahudi dan Grika (bdk. Luk. 23:35b “𝘖𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘐𝘢 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯, 𝘣𝘪𝘢𝘳𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘐𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘳𝘪-𝘕𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪.”). Ucapan Yesus makin menguatkan ucapan para pendengar “𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯𝘬𝘢𝘩 𝘐𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘠𝘶𝘴𝘶𝘧?” adalah reaksi positif, tidak seperti di Injil Markus. Sebagai sesama orang satu daerah mereka mengharapkan Yesus berbuat lebih banyak bagi daerah mereka. Ternyata pepatah ayat 23 itu ditanggapi sendiri oleh Yesus dengan ucapan-ucapan provokatif.

𝘒𝘢𝘵𝘢 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴, “𝘚𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶: 𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘯𝘢𝘣𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘵𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘥𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘱𝘶𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘭𝘢𝘮𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢." (ay. 24)

Bandingkan dengan Markus 6:4: 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢, “𝘚𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘢𝘣𝘪 𝘥𝘪𝘩𝘰𝘳𝘮𝘢𝘵𝘪 𝘥𝘪 𝘮𝘢𝘯𝘢-𝘮𝘢𝘯𝘢, 𝘬𝘦𝘤𝘶𝘢𝘭𝘪 𝘥𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘱𝘶𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘭𝘢𝘮𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢, 𝘥𝘪 𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘬𝘢𝘶𝘮 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢.”

Lukas mengubah ucapan Yesus versi Injil Markus. Lukas mengganti frase 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘪𝘩𝘰𝘳𝘮𝘢𝘵𝘪 menjadi 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘪𝘵𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 dan menghilangkan konflik Yesus dengan keluarga-Nya karena tidak sesuai dengan narasi awal Injil Lukas.

Yesus meningkatkan provokasi kepada para pendengar di Nazaret. Ia mencuplik kisah Nabi Elia dan Nabi Elisa.

𝘒𝘢𝘵𝘢-𝘕𝘺𝘢 𝘭𝘢𝘨𝘪, “𝘗𝘢𝘥𝘢 𝘻𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘌𝘭𝘪𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘫𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘐𝘴𝘳𝘢𝘦𝘭 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘪𝘵 𝘵𝘦𝘳𝘵𝘶𝘵𝘶𝘱 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘵𝘪𝘨𝘢 𝘵𝘢𝘩𝘶𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘦𝘯𝘢𝘮 𝘣𝘶𝘭𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘬𝘦𝘭𝘢𝘱𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘩𝘴𝘺𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘮𝘱𝘢 𝘴𝘦𝘭𝘶𝘳𝘶𝘩 𝘯𝘦𝘨𝘦𝘳𝘪. (𝘢𝘺. 25) 𝘕𝘢𝘮𝘶𝘯, 𝘌𝘭𝘪𝘢 𝘥𝘪𝘶𝘵𝘶𝘴 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢, 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘪𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘚𝘢𝘳𝘧𝘢𝘵, 𝘥𝘪 𝘵𝘢𝘯𝘢𝘩 𝘚𝘪𝘥𝘰𝘯. (𝘢𝘺. 26) 𝘗𝘢𝘥𝘢 𝘻𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘕𝘢𝘣𝘪 𝘌𝘭𝘪𝘴𝘢 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘯𝘥𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵 𝘬𝘶𝘭𝘪𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘭𝘢𝘳 𝘥𝘪 𝘐𝘴𝘳𝘢𝘦𝘭 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘶𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘵𝘢𝘩𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘕𝘢’𝘢𝘮𝘢𝘯, 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘚𝘪𝘳𝘪𝘢 𝘪𝘵𝘶.” (ay. 27)

Cuplikan yang bernada provokatif dari Yesus itu hendak menyampaikan bahwa Allah melalui nabi-nabi-Nya memberikan keselamatan kepada bangsa-bangsa lain. Demikian juga Yesus, mentang-mentang orang Nazaret, Ia tidak serta merta hanya menyelamatkan masyarakat tempat asal-Nya.

𝗬𝗲𝘀𝘂𝘀 𝗱𝗶𝘁𝗼𝗹𝗮𝗸 (ay. 28-30)

Semua pendengar di dalam sinagoge itu, yang tadinya terpukau kepada ucapan Yesus dan merasa memiliki-Nya karena Yesus 𝘩𝘢𝘭𝘢𝘬 𝘩𝘪𝘵𝘢, 𝘸𝘰𝘯𝘨 𝘬𝘪𝘵𝘰 𝘨𝘢𝘭𝘰, 𝘫𝘢𝘱e 𝘮e𝘵𝘩e, berbalik arah dan menjadi marah kepada Yesus yang misi-Nya melampaui kepentingan lokal.

𝘔𝘦𝘯𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳 𝘩𝘢𝘭 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘪𝘣𝘢𝘥𝘢𝘵 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘮𝘢𝘳𝘢𝘩. (ay. 28) 𝘔𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘬𝘪𝘵, 𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘬𝘦 𝘭𝘶𝘢𝘳 𝘬𝘰𝘵𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘸𝘢 𝘋𝘪𝘢 𝘬𝘦 𝘵𝘦𝘣𝘪𝘯𝘨 𝘨𝘶𝘯𝘶𝘯𝘨, 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘬𝘰𝘵𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘦𝘵𝘢𝘬, 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘮𝘱𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘋𝘪𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘵𝘦𝘣𝘪𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶. (ay. 29) 𝘛𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘐𝘢 𝘭𝘦𝘸𝘢𝘵 𝘥𝘪 𝘵𝘦𝘯𝘨𝘢𝘩-𝘵𝘦𝘯𝘨𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢, 𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪. (ay. 30)

Upaya pembunuhan itu memberi pertanda mengenai nasib yang menanti Yesus di tangan bangsa-Nya sendiri, dibunuh di luar pintu gerbang Yerusalem (lih. Luk. 23:26). Tema yang sama muncul dalam perumpamaan tentang para penggarap kebun anggur yang membuang anak majikan mereka ke luar, lalu membunuhnya (Luk. 20:15). Manusia tidak boleh dihukum mati dalam wilayah kota (Im. 24:14. Bdk. Kis. 7:58).

Yesus berhasil menyelamatkan diri dengan 𝘭𝘦𝘸𝘢𝘵 𝘥𝘪 𝘵𝘦𝘯𝘨𝘢𝘩-𝘵𝘦𝘯𝘨𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 (ay. 30). Ada yang menafsir bahwa Yesus membutakan mata orang-orang itu sehingga leluasa berjalan di tengah-tengah mereka tanpa terlihat. Teks tidak menjelaskan apa pun mengenai ini. Yang dapat ditafsir dari ayat ini bahwa perlawanan terhadap Yesus muncul sejak awal pelayanan-Nya, tetapi belum waktunya Yesus menemui ajal. Dalam bahaya apa pun Yesus tetap meneruskan karya-Nya.

Dari cerita pendek tentang penolakan orang-orang Nazaret terhadap Yesus di atas kita dapat melihat perbedaan narasi dan teologi antara Injil Lukas dan Markus. Dalam Injil Lukas Yesus bukan pergi ke tempat lain karena ditolak di tempat asal-Nya, melainkan Yesus ditolak oleh masyarakat Nazaret karena Ia diutus oleh Allah pergi ke tempat lain yang dipandang hina dan najis oleh kalangan-Nya sendiri.
(02022025)(TUS)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...