Sabtu, 25 Januari 2025

SUDUT PANDANG LUKAS 4 :14 - 21, 𝗗𝘂𝗱𝘂𝗸 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗮𝗷𝗮𝗿

SUDUT PANDANG LUKAS 4 :14 - 21, 𝗗𝘂𝗱𝘂𝗸 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗮𝗷𝗮𝗿

Dalam ibadah harian Yahudi didaraskan kitab Taurat tanpa Liturgi Sabda. Dalam ibadah Sabat didaraskan kitab Taurat, bermazmur, kemudian homili dari kitab nabi-nabi.

Daftar bacaan Gereja mengadopsi ibadah Sabat Yahudi, tetapi dengan homili Liturgi Sabda diambil dari kitab Injil (𝘌𝘷𝘢𝘯𝘨𝘦𝘭𝘪𝘢𝘳𝘪𝘶𝘮). Mengapa? Ya, tentu saja karena Gereja bersifat injili (bukan dalam arti aliran Evangelikal).

Dalam Liturgi Sabda 𝘌𝘷𝘢𝘯𝘨𝘦𝘭𝘪𝘢𝘳𝘪𝘶𝘮 dan pemakluman Injil menegaskan maknanya sebagai puncak kehadiran Kristus. Bacaan-bacaan dalam Liturgi Sabda menunjukkan bahwa sejarah keselamatan yang dimula dari Perjanjian Lama (PL) dilanjutkan dengan bacaan kedua (surat rasuli), hingga akhirnya memuncak dalam diri Yesus Kristus, yang dimaklumkan dalam Injil. Dengan demikian 𝘌𝘷𝘢𝘯𝘨𝘦𝘭𝘪𝘢𝘳𝘪𝘶𝘮 dan pemakluman Injil menunjukkan Yesus Kristus hadir, bersabda, dan berdialog dengan Gereja-Nya.

Kitab Injil yang diletakkan di altar dalam Liturgi Sabda diambil oleh petugas ibadah dengan penuh takjub, kemudian dibaca oleh lektor atau imam selebran. Bacaan Injil yang bermakna puncak kehadiran Kristus dalam Liturgi Sabda tidak dapat diganti oleh bacaan-bacaan lain.

Hari ini adalah Minggu ketiga setelah Epifani. Bacaan ekumenis diambil dari Injil Lukas 4:14-21 yang didahului dengan Nehemia 8:1-10, Mazmur 19, dan 1Korintus 12:12-31a.

Bacaan Injil Minggu ini merupakan babak kesatu dari dua babak tentang kisah penampilan Yesus di Nazaret. Dalam babak kesatu Yesus mengenalkan diri sebagai nabi menurut nubuat Yesaya. Pada babak kedua (ay. 22-30) ditampilkan berbagai reaksi para warga Nazaret terhadap pengajaran Yesus. Babak kedua ini akan menjadi bacaan Injil pada Minggu depan (2/2).

Berbeda dari Injil Markus dan Matius petulis Injil Lukas menempatkan kisah Yesus di Nazaret pada awal pelayanan-Nya. Penceritaan Lukas berpusat di dua lokasi: Nazaret dan Yerusalem. Pada dua pasal pendahuluan Injil Lukas dikisahkan Yesus berstatus anak yang bermula dari Nazaret (Luk. 1:26) dan berakhir di Yerusalem (Luk. 2:41). Pola cerita ini sama dengan pelayanan Yesus, berawal dari Nazaret (Luk. 4:16) dan berujung di Yerusalem (Luk. 24). Lewat teks ini Lukas memberi 𝘬𝘪𝘴𝘢𝘩 𝘬𝘶𝘯𝘤𝘪 kepada pembaca agar dapat memahami keseluruhan cerita Injilnya.

Penting untuk dicatat dalam dua babak kegiatan di Nazaret ini Yesus belum merekrut 12 murid. Pemanggilan murid terjadi sesudah babak kedua, yakni setelah Yesus ditolak di Nazaret.

Pengulasan bacaan Injil Minggu ini dibagi ke dalam tiga bagian:
▶ Kembali ke Galilea (ay. 14-15)
▶ Yesus di Nazaret (ay. 16-20a)
▶ Genaplah nas ini (ay. 20b-21)

𝗞𝗲𝗺𝗯𝗮𝗹𝗶 𝗸𝗲 𝗚𝗮𝗹𝗶𝗹𝗲𝗮 (ay. 14-15)

𝘋𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘬𝘶𝘢𝘴𝘢 𝘙𝘰𝘩 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘬𝘦 𝘎𝘢𝘭𝘪𝘭𝘦𝘢. 𝘓𝘢𝘭𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘣𝘢𝘳𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘣𝘢𝘳 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘋𝘪𝘢 𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘭𝘶𝘳𝘶𝘩 𝘥𝘢𝘦𝘳𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶. (ay. 14) 𝘚𝘦𝘮𝘦𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘐𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘫𝘢𝘳 𝘥𝘪 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩-𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘪𝘣𝘢𝘥𝘢𝘵 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘵𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘶𝘫𝘪 𝘋𝘪𝘢. (ay. 15)

Kuasa Roh Allah yang memenuhi Yesus sejak dibaptis membawa-Nya pulang ke wilayah Galilea. Roh yang memberi Yesus untuk 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘮𝘣𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 (Kis. 10:38). Roh pertama-tama menggerakkan-Nya mengajar di rumah-rumah ibadat. Yesus segera menjadi guru ternama dan terpuji di Galilea.

Satu tema yang menarik perhatian petulis Injil Lukas adalah 𝗬𝗲𝘀𝘂𝘀 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗮𝗷𝗮𝗿 (lih. Luk. 4:15, 31; 5:3, 17; 6:6; 11:1; 13:10, 22, 26; 19:47; 20:1, 21; 21:37; 23:5). Lewat tema ini Lukas hendak menegaskan wibawa Yesus dalam berbicara.

Ayat 14-15 di atas semacam pengantar ringkas untuk pokok kegiatan Yesus di Galilea yang pada gilirannya menyiapkan pembaca untuk mengikuti kegiatan khusus Yesus di Nazaret.

𝗬𝗲𝘀𝘂𝘀 𝗱𝗶 𝗡𝗮𝘇𝗮𝗿𝗲𝘁 (ay. 16-20a)

𝘐𝘢 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦 𝘕𝘢𝘻𝘢𝘳𝘦𝘵 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘐𝘢 𝘥𝘪𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯, 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘳𝘶𝘵 𝘬𝘦𝘣𝘪𝘢𝘴𝘢𝘢𝘯-𝘕𝘺𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘚𝘢𝘣𝘢𝘵 𝘐𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬 𝘬𝘦 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘪𝘣𝘢𝘥𝘢𝘵, 𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘩𝘦𝘯𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘤𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘣 𝘚𝘶𝘤𝘪. (ay. 16) 𝘒𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢-𝘕𝘺𝘢 𝘥𝘪𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘨𝘶𝘭𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘪𝘵𝘢𝘣 𝘕𝘢𝘣𝘪 𝘠𝘦𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘬𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢𝘣 𝘪𝘵𝘶, 𝘐𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘮𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘯𝘢𝘴 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘥𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘵𝘶𝘭𝘪𝘴: (ay. 17) “𝘙𝘰𝘩 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢-𝘒𝘶, 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘣 𝘪𝘵𝘶 𝘐𝘢 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘳𝘢𝘱𝘪 𝘈𝘬𝘶 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘣𝘢𝘳 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘪𝘴𝘬𝘪𝘯; 𝘥𝘢𝘯 𝘐𝘢 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘵𝘶𝘴 𝘈𝘬𝘶 (ay. 18) 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘮𝘣𝘦𝘣𝘢𝘴𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘸𝘢𝘯𝘢𝘯, 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘶𝘵𝘢, 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘣𝘢𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘥𝘢𝘴, 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘩𝘶𝘯 𝘳𝘢𝘩𝘮𝘢𝘵 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨.” (ay. 19) 𝘐𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘵𝘶𝘱 𝘨𝘶𝘭𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶, 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘫𝘢𝘣𝘢𝘵, 𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘥𝘶𝘥𝘶𝘬. (ay. 20a)

Sebelum melangkah lebih lanjut, mari kita simak secara saksama ayat 16-20a di atas. Fokusnya adalah kutipan kitab Yesaya pada ayat 17-19. Dengan piawai Lukas membingkainya menjadi Liturgi Sabda yang konsentris: 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘪𝘳𝘪 – 𝘥𝘪𝘣𝘦𝘳𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘣 𝘚𝘶𝘤𝘪 – 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯𝘺𝘢 – 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘤𝘢 – 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘵𝘶𝘱 – 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 – 𝘥𝘶𝘥𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘫𝘢𝘳. 

[Dalam bacaan pendahuluan Nehemia 8:1-10 teks memberi contoh lain cara Kitab Suci dibacakan dan dijelaskan dalam liturgi Yahudi.]

Liturgi Sabda dalam bingkai konsentris di atas pada umumnya diterapkan di Gereja-gereja arus-utama. Sayangnya ada Gereja yang hanya meletakkan Kitab Suci di altar layaknya jimat sepanjang waktu ibadah tanpa dibaca. 

Kepengurusan sinagoge lazimnya terdiri atas seorang kepala sinagoge (𝘢𝘳𝘤𝘩o𝘯), tua-tua (𝘱𝘳𝘦𝘴𝘣𝘺𝘵𝘦𝘳o𝘯), dan pejabat/petugas (𝘩𝘺𝘱e𝘳𝘦𝘵e). Pejabat inilah (ay. 20) yang memberi dan menerima kembali gulungan Kitab Suci dari Yesus. Satu tupoksi pejabat sinagoge adalah menetapkan bacaan dalam ibadah. Dalam Gereja modern pejabat ini adalah koster. Malangnya koster di Gereja di Indonesia turun drastis menjadi pesuruh atau 𝘰𝘧𝘧𝘪𝘤𝘦 𝘣𝘰𝘺.

Kebiasaan Yesus masuk ke rumah ibadat di tempat Ia dibesarkan merujuk beberapa catatan pengasuhan-Nya di Nazaret (lih. Luk. 2:39-40, 51-52), kota di wilayah Galilea. Kesalehan keluarga-Nya kembali terlihat dalam praksis Yesus. Sebagai Yahudi yang setia Yesus dipercaya oleh kepala sinagoge, bukan hanya untuk membaca Kitab Suci, tetapi juga mengajar dalam ibadah Sabat. Hanya di Injil Lukas yang memberi tekanan pada 𝗸𝗲𝗯𝗶𝗮𝘀𝗮𝗮𝗻 𝗬𝗲𝘀𝘂𝘀 ini. 

Di sini Lukas tampaknya mengandaikan bacaan dari kitab Taurat sudah dilakukan sehingga ia langsung memuat adegan Yesus diberi gulungan kitab Nabi Yesaya. Lukas mengutip teks Yesaya 61:1-2a mengikuti Septuaginta dengan menyisipkan satu baris dari Yesaya 58:6. Yesus menyatakan diri sebagai Mesias, nabi yang sudah diurapi dengan Roh Allah (Luk. 3:22) untuk menyampaikan kabar baik kepada umat manusia. Kabar baik di sini berasal dari PL, berita keselamatan untuk umat manusia, bukan dalam arti sempit penginjilan. Apa yang disampaikan oleh Yesaya tempo dulu sekarang dilakukan oleh Yesus. Namun, di sini Lukas lebih berpumpun pada kalangan pinggiran atau marginal. Adalah khas Injil Lukas yang memberi perhatian istimewa kepada kelompok marginal. Dalam teks ini Lukas membagi mereka ke dalam empat kelompok.

𝘒𝘦𝘭𝘰𝘮𝘱𝘰𝘬 𝘬𝘦𝘴𝘢𝘵𝘶: 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘪𝘴𝘬𝘪𝘯
Orang-orang miskin di sini adalah yang memang tak punya apa-apa secara material dan orang orang lapar. Mereka adalah orang-orang yang diberkati karena merekalah yang punya Kerajaan Allah dan akan dipuaskan (lih. Luk. 6:20-21).

𝘒𝘦𝘭𝘰𝘮𝘱𝘰𝘬 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢: 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘸𝘢𝘯𝘢𝘯
Mereka adalah orang-orang yang dipenjara karena berutang (lih. Luk. 6:35, 37). Teks ini berlatar belakang gambaran 𝘛𝘢𝘩𝘶𝘯 𝘠𝘰𝘣𝘦𝘭, setiap 50 tahun sekali. Pada tahun ini semua ladang harus tidur (𝘥𝘰𝘳𝘮𝘢𝘯𝘵), utang dihapus, budak-budak dibebaskan, semua orang harus kembali ke rumah mereka sendiri. Namun, pembebasan (𝘢𝘱𝘩𝘦𝘴𝘪𝘯) di sini bukan mencakup pembebasan utang saja, melainkan juga pengampunan dosa (bdk. Luk. 1:77; 3:3; 24:27).

𝘒𝘦𝘭𝘰𝘮𝘱𝘰𝘬 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘨𝘢: 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘶𝘵𝘢
Mereka adalah orang-orang malang menurut Lukas. 𝗣𝗲𝗹𝗶𝗵𝗮𝘁𝗮𝗻 (bukan penglihatan) bagi orang-orang buta akan menjadi nyata dalam kuasa Yesus (lih. Luk. 7:21-22; 18:35-43), dan membuka mata orang kecil untuk melihat rahasia Kerajaan Allah dan jatidiri Yesus (lih. Luk. 6:39; 8:10; 10:23-24; 18:43b).

𝘒𝘦𝘭𝘰𝘮𝘱𝘰𝘬 𝘬𝘦𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵: 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘥𝘢𝘴
Mereka adalah orang-orang yang tertekan hidup mereka akibat diperlakukan sewenang-wenang, dicurangi, diperas baik waktu maupun tenaga mereka oleh penguasa atau orang kaya. Termasuk dalam kelompok ini adalah orang-orang yang di bawah pengaruh roh jahat.

Kehadiran Yesus sebagai pemberita nyatalah sudah Allah menggenapkan janji-Nya. 𝘛𝘢𝘩𝘶𝘯 𝘠𝘰𝘣𝘦𝘭  yang sekarang ditakrifkan menjadi 𝘛𝘢𝘩𝘶𝘯 𝘙𝘢𝘩𝘮𝘢𝘵 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯 dimula. Meskipun diabaikan oleh orang-orang Israel, tujuan itu dipelihara dalam Yesaya 61 sebagai pokok pengharapan zaman akhir (bukan akhir zaman). Yesus membawa zaman akhir itu untuk semua umat manusia dengan merombaknya seperti yang sudah dinubuatkan dalam nyanyian Maria (Luk. 1:51-53) dan akan dimaklumkan oleh Yesus dalam 𝘜𝘤𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘉𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢 dan 𝘤𝘦𝘭𝘢𝘬𝘢 (Luk. 6:20-24; 14:12-13, 21).

𝗚𝗲𝗻𝗮𝗽𝗹𝗮𝗵 𝗻𝗮𝘀 𝗶𝗻𝗶 (ay. 20b-21)

𝘔𝘢𝘵𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘪𝘣𝘢𝘥𝘢𝘵 𝘪𝘵𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘵𝘶𝘫𝘶 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢-𝘕𝘺𝘢 (ay. 20𝘣). 𝘓𝘢𝘭𝘶 𝘐𝘢 𝘮𝘶𝘭𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘫𝘢𝘳 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢, 𝘬𝘢𝘵𝘢-𝘕𝘺𝘢, “𝘗𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪 𝘨𝘦𝘯𝘢𝘱𝘭𝘢𝘩 𝘯𝘢𝘴 𝘪𝘯𝘪 𝘴𝘦𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢.” (ay. 21)

Pengajar dan umat sebagai pendengar lazimnya duduk (lih. Luk. 2:46; 5:3, 17; 10:39; bdk. Mat. 5:1). Demikian juga jemaat Kristen perdana melakukannya dengan duduk yang dalam ilmu liturgi disebut simposium. Gereja kemudian ber-evolusi dengan memasukkan unsur militer Romawi sehingga formasi ibadah selebrasi berubah menjadi lebih tertib dengan duduk rapi seperti berbaris, sedang pemimpin ibadah berada di podium.

Dalam Alkitab tidak ditemukan Yesus berkhotbah, melainkan mengajar. Bahkan Martin Luther mengenakan toga sarjana sebagai simbol magisterium, pengajar. Pendeta adalah pengajar. Di banyak Gereja busana pendeta bukan lagi toga sarjana. Mereka mengubahnya menjadi busana raja. Mungkin para pendeta ini malas belajar sehingga tidak mampu mengajar. Mereka lebih suka berkhotbah 𝘯𝘨𝘢𝘭𝘰𝘳-𝘯𝘨𝘪𝘥𝘶𝘭 𝘯𝘨𝘪𝘣𝘶𝘭 ketimbang mengajar. Dengan busana raja mereka dapat mengeluarkan perintah kepada umat, meskipun perintah itu tak bermutu bahkan tipu muslihat.

Mata .. 𝘵𝘦𝘳𝘵𝘶𝘫𝘶 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢-𝘕𝘺𝘢 (ay. 20b) diterjemahkan dari 𝘢𝘵𝘦𝘯𝘪𝘻𝘰𝘯𝘵𝘦𝘴, yang kerap digunakan penutur bahasa Indonesia sebagai atensi. Kata ini bermakna menatap secara intensif, memerhatikan karena sangat terkesan. Umat menanti-nanti pengajaran Yesus mengenai bacaan itu.

𝘗𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪 … (ay. 21) bagi Lukas tak lain dan tak bukan adalah zaman akhir yang sudah tiba. Apabila dalam Injil Markus Yesus berkata 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘨𝘦𝘯𝘢𝘱 (Mrk. 1:15), Injil Lukas berbicara mengenai janji Allah dalam Kitab Suci yang digenapi: 𝘎𝘦𝘯𝘢𝘱𝘭𝘢𝘩 𝘯𝘢𝘴 𝘪𝘯𝘪!. Apa yang dulu dijanjikan oleh Allah lewat (𝘥𝘦𝘶𝘵𝘦𝘳𝘰) Yesaya sudah digenapi dan dimaknai baru oleh Yesus.

Yesus juga menambahkan 𝘴𝘦𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢 yang diterjemahkan dari o𝘴𝘪𝘯 𝘩𝘺𝘮o𝘯 yang berarti literal 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘵𝘦𝘭𝘪𝘯𝘨𝘢𝘮𝘶. Frase ini bukanlah keterangan waktu, melainkan cara nubuat itu digenapi. Nubuat tersebut menjadi genap apabila umat mendengarkan dan menerima ucapan Yesus dengan iman. Tafsir ini diperkuat di babak kedua kisah ini, telinga orang-orang Nazaret tertutup terhadap pengajaran Yesus (ay. 28). Tiada nas yang genap bagi mereka.

 (26012025)(TUS)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...