Kitab Injil sinoptik (Markus, Matius, dan Lukas) berbeda dari Injil Yohanes baik kronologi maupun corak sastranya. Misal, dalam masa pelayanan Yesus hanya sekali pergi ke Yerusalem dan berujung dengan kematian-Nya menurut versi Injil sinoptik. Dalam Injil Yohanes Yesus pergi empat kali ke Yerusalem. Mengapa berbeda?
Selain mengusung teologi yang berbeda, Injil Yohanes disusun secara tematik. Apabila Injil Yohanes dibagi dalam tema besar, maka susunannya sebagai berikut:
▶ Prolog: pasal 1
▶ Kitab Tanda-Tanda: pasal 2 – 12
▶ Kitab Kemuliaan: pasal 13 – 20
Tampaknya RCL menimbang hal itu untuk tidak menamakan tahun liturgi dengan Tahun Yohanes. Bacaan dari Injil Yohanes disisipkan pada Minggu-Minggu tertentu di antara Tahun A (Matius), Tahun B (Markus), dan Tahun C (Lukas).
Hari ini adalah Minggu kedua setelah Epifani. Bacaan ekumenis diambil dari Injil Yohanes 2:1-11 yang didahului dengan Yesaya 62:1-5, Mazmur 36:5-10, dan 1Korintus 12:1-11.
Pada pasal 1 -2 petulis Injil Yohanes secara khusus menggunakan keterangan waktu hari. Dari prolog Injil sampai Yohanes 2:1 berada dalam kronologi tujuh hari pembuka Injil Yohanes. Berikut ini rincian hari-harinya:
▶ Hari kesatu: kesaksian Yohanes tentang dirinya sendiri (Yoh. 1:19-28).
▶ Hari kedua: Yohanes menunjuk kepada Yesus (Yoh. 1:29-34).
▶ Hari ketiga: murid-murid Yesus yang kesatu, kedua, dan ketiga (Yoh. 1:35-42).
▶ Hari keempat: murid-murid Yesus yang keempat dan kelima (Yoh. 1:43-51).
▶ Hari ketujuh: pesta perkawinan di Kana 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘨𝘢 sesudah hari keempat (Yoh. 2:1-11).
Tujuh hari itu sangat mungkin berpautan dengan 𝘵𝘶𝘫𝘶𝘩 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘪𝘴𝘢𝘩 𝘗𝘦𝘯𝘤𝘪𝘱𝘵𝘢𝘢𝘯 dalam kitab Kejadian 1. Prolog Injil Yohanes sudah merujuk kisah Penciptaan: 𝘗𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘶𝘭𝘢𝘯𝘺𝘢 ... (Yoh. 1:1). Yohanes 1:3 kemudian berbicara secara eksplisit tentang Penciptaan. Dengan kehadiran Firman yang 𝘯𝘶𝘻𝘶𝘭 menjadi Manusia 𝘱𝘦𝘯𝘤𝘪𝘱𝘵𝘢𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘳𝘶 telah dimula dan akan berakhir dengan pesta perjamuan kawin di Kana.
Mula pasal 2 petulis Injil menampilkan Yesus melayani publik. Kisah berawal dari Kana, lalu Yesus bergerak ke Kapernaum, Yerusalem, dan akhirnya melalui Samaria kembali ke Kana. Tanda kesatu di Kana dan berakhir dengan tanda kedua di Kana, yakni penyembuhan anak pegawai istana (Yoh. 4:46-54). Rangkaian perjalanan pelayanan Yesus pada pasal 2 – 4 lazim disebut 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘒𝘢𝘯𝘢 𝘬𝘦 𝘒𝘢𝘯𝘢.
Pengulasan bacaan dibagi ke dalam lima bagian:
▶ Perkawinan di Kana (ay. 1-2)
▶ Kehabisan anggur (ay. 3-5)
▶ Air menjadi anggur (ay. 6-10)
▶ Tanda kesatu (ay. 11)
𝗣𝗲𝗿𝗸𝗮𝘄𝗶𝗻𝗮𝗻 𝗱𝗶 𝗞𝗮𝗻𝗮 (ay. 1-2)
𝘗𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘨𝘢 𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘬𝘢𝘸𝘪𝘯𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘒𝘢𝘯𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘎𝘢𝘭𝘪𝘭𝘦𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘪𝘣𝘶 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘵𝘶. (ay. 1) 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘶𝘳𝘪𝘥-𝘮𝘶𝘳𝘪𝘥-𝘕𝘺𝘢 𝘥𝘪𝘶𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘬𝘦 𝘱𝘦𝘳𝘬𝘢𝘸𝘪𝘯𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶. (ay. 2)
𝘗𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘨𝘢 kadang dipautkan dengan hari kebangkitan Yesus, tetapi penafsiran ini lemah. Apabila melihat seluruh rangkaian narasi pasal 1 dapat ditarik benang merahnya yang merujuk tujuh hari Penciptaan. 𝘗𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘨𝘢 di sini dihitung dari hari keempat dalam Yohanes 1:43-51. Hari ketiga di ayat 1 adalah hari ketujuh dari 𝘗𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘶𝘭𝘢𝘯𝘺𝘢. Sesudah ayat 1 ini tidak ada lagi penunjuk waktu hari yang berbanjar dalam Injil Yohanes.
Injil Yohanes tidak pernah menyebut nama Maria, ibu Yesus (lih. juga Yoh, 19:25) seperti halnya kitab Injil sinoptik. Namun, untuk keperluan praktis menulis saya akan menyebut nama Maria sebagai penyulih ibu Yesus. Maria, Yesus, dan murid-murid-Nya berada dalam pesta perkawinan itu. Pesta perjamuan kawin merupakan gambaran tentang Akhir Zaman mesianik dengan Yesus sebagai Sang Mempelai. Gambaran itu tampak juga dalam perumpamaan 𝘗𝘦𝘳𝘫𝘢𝘮𝘶𝘢𝘯 𝘒𝘢𝘸𝘪𝘯 (Mat. 22:1-14) dan 𝘎𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘪𝘫𝘢𝘬𝘴𝘢𝘯𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘨𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘰𝘥𝘰𝘩 (Mat. 25:1-13).
𝗞𝗲𝗵𝗮𝗯𝗶𝘀𝗮𝗻 𝗮𝗻𝗴𝗴𝘂𝗿 (ay. 3-5)
𝘒𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘬𝘦𝘬𝘶𝘳𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶𝘳, 𝘪𝘣𝘶 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢-𝘕𝘺𝘢, “𝘔𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘬𝘦𝘩𝘢𝘣𝘪𝘴𝘢𝘯 𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶𝘳.” (ay. 3) 𝘒𝘢𝘵𝘢 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢, “𝘔𝘢𝘶 𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘈𝘬𝘶, 𝘐𝘣𝘶?” 𝘚𝘢𝘢𝘵-𝘒𝘶 𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘵𝘪𝘣𝘢.” (ay. 4) 𝘐𝘣𝘶 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘭𝘢𝘺𝘢𝘯-𝘱𝘦𝘭𝘢𝘺𝘢𝘯, “𝘈𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘬𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯-𝘕𝘺𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶, 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶!” (ay. 5)
Pesta atau perjamuan kawin Yahudi dapat berlangsung berhari-hari sehingga tuan rumah sudah merencanakan secara matang ketersediaan anggur. Kekurangan anggur adalah memalukan, dan itu terjadi dalam kisah ini. Saya tidak tahu apa yang melatari Maria meminta Yesus berbuat sesuatu. Apakah Maria bersaudara dengan tuan rumah? Apakah Maria mengelola perusahaan 𝘤𝘢𝘵𝘦𝘳𝘪𝘯𝘨? Entahlah, teks tidak bercerita lebih jauh.
Yesus menolak permintaan ibu-Nya. Bahkan dalam terjemahan lebih literal jawaban Yesus kepada ibu-Nya terkesan kasar, “𝘈𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘶𝘳𝘶𝘴𝘢𝘯𝘬𝘶 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘮𝘶, 𝘩𝘢𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯?” (𝘛𝘪 𝘦𝘮𝘰𝘪 𝘬𝘢𝘪 𝘴𝘰𝘪, 𝘨𝘺𝘯𝘢𝘪). Yesus tidak menyebut ibu. Bahasa Indonesia mengenal rasa sehingga tidak lazim menyebut orangtua sendiri dengan anda, engkau, melainkan bapak, ibu sebagai kata ganti orang kedua tunggal. Ucapan Yesus itu sejalan dengan ucapan Nabi Elia kepada Raja Yoram, “𝘈𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘶𝘳𝘶𝘴𝘢𝘯𝘬𝘶 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘮𝘶?” (2Raj. 3:13). Penolakan tegas.
Yesus menolak permintaan ibu-Nya untuk turut campur dalam krisis anggur. Alasan Yesus adalah saat-Nya belum tiba. Di sini 𝘴𝘢𝘢𝘵 merujuk saat kemuliaan Yesus, yaitu kematian, bangkit, dan pergi kepada Bapa (Yoh. 7:30; 12:23, 27; 17:1). Saat kemuliaan Yesus ditetapkan oleh Bapa, bukan oleh manusia, meskipun ia adalah ibu Yesus.
Apa reaksi Maria? Ia tidak 𝘮𝘶𝘵𝘶𝘯𝘨 ditolak oleh Anaknya, malah Maria meyakini Yesus akan berbuat sesuatu. Maria justru menanamkan kepercayaan kepada para pelayan agar melakukan apa yang akan dikatakan oleh Yesus kepada mereka. Pola cerita Yesus menolak permintaan dan kemudian meluluskannya akan kita jumpai lagi di Yohanes 4:48 dan 11:3ff. Untuk itulah bagian ini tidak dapat dijadikan rujukan dalam Devosi Maria sebagai pengantara karena di sini justru Yesus menolak ibu-Nya sebagai pengantara. Sosok Maria di sini juga tidak menyimbolkan apa pun, selain orang beriman yang percaya bahwa Yesus akan melakukan sesuatu.
𝗔𝗶𝗿 𝗺𝗲𝗻𝗷𝗮𝗱𝗶 𝗮𝗻𝗴𝗴𝘂𝗿 (ay. 6-10)
𝘋𝘪 𝘴𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘥𝘢 𝘦𝘯𝘢𝘮 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘺𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘴𝘦𝘥𝘪𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘱𝘦𝘮𝘣𝘢𝘴𝘶𝘩𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘳𝘶𝘵 𝘢𝘥𝘢𝘵 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘠𝘢𝘩𝘶𝘥𝘪, 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘯𝘨-𝘮𝘢𝘴𝘪𝘯𝘨 𝘪𝘴𝘪𝘯𝘺𝘢 80 𝘢𝘵𝘢𝘶 120 𝘭𝘪𝘵𝘦𝘳. (ay. 6) 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘪𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘭𝘢𝘺𝘢𝘯-𝘱𝘦𝘭𝘢𝘺𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶, “𝘐𝘴𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘺𝘢𝘯-𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘺𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘱𝘦𝘯𝘶𝘩 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘢𝘪𝘳.” 𝘔𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘱𝘶𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘴𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘱𝘦𝘯𝘶𝘩. (ay. 7) 𝘚𝘦𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶 𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢, “𝘚𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘤𝘦𝘥𝘰𝘬𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘸𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘮𝘪𝘮𝘱𝘪𝘯 𝘱𝘦𝘴𝘵𝘢.” 𝘔𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘸𝘢𝘯𝘺𝘢. (ay. 8) 𝘗𝘦𝘮𝘪𝘮𝘱𝘪𝘯 𝘱𝘦𝘴𝘵𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘱𝘶𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘤𝘪𝘱𝘪 𝘢𝘪𝘳 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶𝘳 𝘪𝘵𝘶. 𝘐𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘱𝘦𝘭𝘢𝘺𝘢𝘯-𝘱𝘦𝘭𝘢𝘺𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘦𝘥𝘰𝘬 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘵𝘢𝘩𝘶𝘪𝘯𝘺𝘢. 𝘚𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨𝘨𝘪𝘭 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘦𝘭𝘢𝘪 𝘭𝘢𝘬𝘪-𝘭𝘢𝘬𝘪, (ay. 9) 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢, “𝘚𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘪𝘥𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶𝘳 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘥𝘢𝘩𝘶𝘭𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘶𝘢𝘴 𝘮𝘪𝘯𝘶𝘮, 𝘣𝘢𝘳𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘶𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘪𝘬, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘪𝘮𝘱𝘢𝘯 𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶𝘳 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨.” (ay. 10)
Tempayan (𝘴𝘪𝘯. gentong, Tesamoko hlm. 725) rupanya bermakna simbolik. Fungsi tempayan dalam perjamuan perkawinan ialah menyediakan air untuk pembasuhan menurut adat Yahudi guna membersihkan najis agar layak turut dalam perjamuan. Pada umumnya tempayan terbuat dari batu, bukan lempung, untuk menjamin kebersihan (bdk. Im. 21:29).
Ada tiga perintah Yesus kepada para pelayan: 𝘪𝘴𝘪𝘭𝘢𝘩 (ay. 7), 𝘤𝘦𝘥𝘰𝘬𝘭𝘢𝘩, dan 𝘣𝘢𝘸𝘢𝘭𝘢𝘩 (ay. 8). Mereka tanpa ragu melakukan instruksi Yesus sesuai pesan dari Maria sebelumnya. Padahal tidak ada informasi air menjadi anggur. Percaya kepada Yesus dan melakukannya menjadi tema pokok di sini.
Menyoal kebiasaan tuan rumah menyuguhkan dulu anggur berkualitas baik, dan setelah tamu puas minum, lalu disajikan anggur bermutu lebih rendah tidaklah terlalu jelas. Di sini tampaknya petulis Injil Yohanes hendak mengontraskan situasi kehabisan anggur dan kelimpahan anggur berkualitas baik. Makna simboliknya bukan soal kebiasaan penyajian anggur, melainkan perubahan air di tempayan menjadi anggur. Di Yohanes 1:17 disebutkan 𝘚𝘦𝘣𝘢𝘣 𝘩𝘶𝘬𝘶𝘮 𝘛𝘢𝘶𝘳𝘢𝘵 𝘥𝘪𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶𝘪 𝘔𝘶𝘴𝘢, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘢𝘯𝘶𝘨𝘦𝘳𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶𝘪 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴. Air di dalam tempayan untuk ritual pembasuhan merupakan hukum pemberian dari Musa. Air pembasuhan diubah menjadi anggur adalah anugerah Allah yang murah hati dalam diri Yesus. Tafsir ini diperkuat dengan gaya bercerita petulis Injil yang memberi makna simbolik pada suatu kisah mukjizat. Misal, kisah penyembuhan orang buta sejak lahir dalam pasal 9.
𝗧𝗮𝗻𝗱𝗮 𝗸𝗲𝘀𝗮𝘁𝘂 (ay. 11)
Narator mengakhiri kisah mukjizat dalam perkawinan di Kana: 𝘏𝘢𝘭 𝘪𝘵𝘶 𝘥𝘪𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘥𝘪 𝘒𝘢𝘯𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘎𝘢𝘭𝘪𝘭𝘦𝘢, 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘢𝘮𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘵𝘢𝘯𝘥𝘢-𝘵𝘢𝘯𝘥𝘢-𝘕𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘐𝘢 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘮𝘶𝘭𝘪𝘢𝘢𝘯-𝘕𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘶𝘳𝘪𝘥-𝘮𝘶𝘳𝘪𝘥-𝘕𝘺𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢-𝘕𝘺𝘢. (ay. 11)
Sebelumnya Yesus menjanjikan kepada Natanael dan murid-murid lainnya bahwa mereka akan melihat 𝘩𝘢𝘭-𝘩𝘢𝘭 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳” (Yoh. 1:50). Sekarang Yesus mula menyajikan hal-hal itu. Tanda yang dibuat Yesus di Kana merupakan permulaan dari tanda-tanda yang menyatakan kemuliaan-Nya yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa (Yoh. 1:14). Meskipun demikian 𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘵𝘪𝘣𝘢 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘔𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘥𝘪𝘮𝘶𝘭𝘪𝘢𝘬𝘢𝘯, belum tiba saat 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘭𝘪𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘉𝘢𝘱𝘢 (Yoh. 12:23; 13:1).
Dalam kitab tanda-tanda sudah mula terlihat kemuliaan Yesus dan baru akan dinyatakan secara penuh pada saat Ia ditinggikan (di kayu salib) dan pergi kepada Bapa. Tanda-tanda yang dibuat oleh Yesus untuk menyampaikan bahwa Ia datang dari Bapa dan 𝘯𝘶𝘻𝘶𝘭 menjadi Manusia. Murid-murid yang tadinya hanya melihat Yesus sebagai Raja Mesianik, kemudian mereka percaya bahwa Yesus diutus oleh Allah (Yoh. 11:42).
Di Yohanes 4:54 narator menutup rangkaian perjalanan pelayanan Yesus 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘒𝘢𝘯𝘢 𝘬𝘦 𝘒𝘢𝘯𝘢 mirip dengan konklusi ayat 11 di atas. 𝘐𝘵𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘐𝘢 𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘠𝘶𝘥𝘦𝘢 𝘬𝘦 𝘎𝘢𝘭𝘪𝘭𝘦𝘢.
(19012025)(TUS)