Sabtu, 15 Februari 2025

SUDUT PANDANG LUKAS 6 :17-26, 𝗧𝗲𝗿𝗯𝗲𝗿𝗸𝗮𝘁𝗶𝗹𝗮𝗵 𝘃𝘀. 𝗖𝗲𝗹𝗮𝗸𝗮𝗹𝗮𝗵


SUDUT PANDANG  LUKAS 6 :17-26, 𝗧𝗲𝗿𝗯𝗲𝗿𝗸𝗮𝘁𝗶𝗹𝗮𝗵 𝘃𝘀. 𝗖𝗲𝗹𝗮𝗸𝗮𝗹𝗮𝗵

Di Injil Matius ada bagian (pasal 5 – 7) yang disebut 𝘒𝘩𝘰𝘵𝘣𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘎𝘶𝘯𝘶𝘯𝘨 (LAI menyebut 𝘒𝘩𝘰𝘵𝘣𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘉𝘶𝘬𝘪𝘵). Dalam pada itu di Injil Lukas, secara khusus bagian 𝘜𝘤𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘉𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢, tetapi berbeda muatannya, disampaikan oleh Yesu, s di tempat datar, bukan di gunung. Mengapa berbeda?

Petulis Injil Matius mengusung teologi Keluaran; Yesus adalah Musa Baru. Musa menerima firman Allah di gunung, Yesus memberi firman Allah di gunung. Kisah kelahiran Yesus juga paralel dengan kelahiran Musa. Bagaimana dengan Injil Lukas?

Hari ini adalah Minggu keenam sesudah Epifani. Bacaan ekumenis diambil dari Injil Lukas 6:17-26 yang didahului dengan Yeremia 17:5-10, Mazmur 1, dan 1Korintus 15:12-20.

Matius dan Lukas memeroleh dari sumber yang sama, yang menurut para ahli biblika hanya empat 𝘜𝘤𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘉𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢. Kedua petulis Injil mengolahnya, menyesuaikan dengan narasi dan teologi yang mereka usung. 

Latar belakang pengajaran dalam bacaan Minggu ini ialah Yesus sudah beberapa lama berkarya di Galilea. Ia menarik banyak murid dan orang-orang lain kepada diri-Nya. Petulis Injil Lukas begitu memberi perhatian kepada masyarakat marginal, baik dipinggirkan karena status sosio-ekonomi maupun karena sistem ketahiran Yahudi.

Pengajaran Yesus ditujukan kepada 𝘴𝘦𝘫𝘶𝘮𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘮𝘶𝘳𝘪𝘥-𝘕𝘺𝘢 yang merujuk Jemaat Lukas. Di dalam Jemaat Lukas tampaknya terjadi pertentangan kaya-miskin, kebencian, dan pengucilan, yang bukan saja dari luar, tetapi juga dari dalam. Di tengah-tengah pertentangan itu (dalam jemaat dan masyarakat) pesan utama Yesus adalah kasih dan kepedulian terhadap mereka yang memusuhi. Memang berat. Dalam Injil Lukas banyak ajaran radikal dan revolusioner dari Yesus.

Pengulasan bacaan dibagi ke dalam dua bagian:
▶ Yesus turun dari gunung (ay. 17-19)
▶ Terberkatilah vs. Celakalah (ay. 20-26)

𝗬𝗲𝘀𝘂𝘀 𝘁𝘂𝗿𝘂𝗻 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗴𝘂𝗻𝘂𝗻𝗴 (ay. 17-19)

𝘓𝘢𝘭𝘶 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘵𝘶𝘳𝘶𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 (ke-12 rasul) 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘦𝘯𝘵𝘪 𝘥𝘪 𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘳. 𝘋𝘪 𝘴𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘫𝘶𝘮𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘮𝘶𝘳𝘪𝘥-𝘕𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘭𝘶𝘳𝘶𝘩 𝘠𝘶𝘥𝘦𝘢, 𝘠𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘭𝘦𝘮, 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘦𝘳𝘢𝘩 𝘱𝘢𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘛𝘪𝘳𝘶𝘴 𝘥𝘢𝘯 𝘚𝘪𝘥𝘰𝘯. (ay. 17) 𝘔𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘋𝘪𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘥𝘪𝘴𝘦𝘮𝘣𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘯𝘺𝘢𝘬𝘪𝘵 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢. 𝘔𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘳𝘰𝘩-𝘳𝘰𝘩 𝘫𝘢𝘩𝘢𝘵 𝘱𝘶𝘯 𝘥𝘪𝘴𝘦𝘮𝘣𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯. (ay. 18) 𝘚𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘩𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘯𝘵𝘶𝘩 𝘋𝘪𝘢, 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘶𝘢𝘴𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘋𝘪𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘮𝘣𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶. (ay. 19)

Dalam Injil Lukas Yesus tidak duduk di atas gunung untuk mengajar (bdk. Mat. 5:1), melainkan turun dari gunung menuju tempat datar atau padang. Latar belakang Yesus bersama dengan ke-12 murid-Nya dapat dibaca pada ayat-ayat yang mendahului. Dikisahkan Yesus pergi ke gunung (𝘰𝘳𝘰𝘴) untuk berdoa sepanjang malam. Pada pagi hari Ia memanggil dan memilih 12 murid yang kemudian disebut 12 rasul (lih. ay. 12-16).

Pada ayat 17 dibedakan 12 rasul/murid, sejumlah besar murid-Nya, dan banyak orang lain. Sejumlah besar murid-Nya mencerminkan Jemaat Lukas atau orang-orang Kristen yang menjadi pembaca kitab Injilnya pada masa itu. Banyak orang lain tampaknya merujuk orang-orang bukan-Yahudi. Dalam Injil Lukas Yesus tidak pernah berkunjung ke wilayah bukan-Yahudi, tidak seperti dalam Injil Markus 7:24 – 8:10. Lukas menampilkan orang-orang bukan-Yahudi datang dari wilayah bukan-Yahudi: daerah pantai Tirus dan Sidon di Lebanon. Petulis Injil Lukas tampaknya sedang menyiapkan pembaca untuk kisah selanjutnya mengenai kiprah para rasul dalam kitab Kisah Para Rasul yang menginjil keluar dari Yerusalem sesudah kematian Stefanus.

Melihat orang banyak Yesus tidak langsung mengajar, melainkan menolong dengan menyembuhkan mereka dari penyakit mereka dan membebaskan mereka dari roh-roh jahat. Untuk apa? Pertolongan Yesus ini untuk menyiapkan mereka guna mendengarkan pengajaran panjang Yesus.

𝗧𝗲𝗿𝗯𝗲𝗿𝗸𝗮𝘁𝗶𝗹𝗮𝗵 𝘃𝘀. 𝗖𝗲𝗹𝗮𝗸𝗮𝗹𝗮𝗵 (ay. 20-26)

𝘓𝘢𝘭𝘶 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘶𝘳𝘪𝘥-𝘮𝘶𝘳𝘪𝘥-𝘕𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 … (ay. 20𝘢)

Yesus memula mengajar dengan memandang murid-murid-Nya. Di sini 𝘮𝘶𝘳𝘪𝘥-𝘮𝘶𝘳𝘪𝘥-𝘕𝘺𝘢 merujuk jemaat Kristen. Namun, di Lukas 7:1 (dalam penutup pengajaran Yesus) Yesus juga berbicara kepada orang-orang di sana. Maksudnya, apa yang berlaku bagi jemaat Kristen juga berlaku bagi semua orang.

Petulis Injil Matius mengolah empat 𝘜𝘤𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘉𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢 menjadi delapan 𝘜𝘤𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘉𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢. Berbeda dari Matius, Lukas mengontraskan empat 𝘜𝘤𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘉𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢 dengan empat 𝘜𝘤𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘊𝘦𝘭𝘢𝘬𝘢. Pengulasan di sini tidak mengurutkan ayat-ayat, melainkan memasangkan ayat-ayat yang kontras.

“𝘉𝘦𝘳𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢𝘭𝘢𝘩, 𝘩𝘢𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘪𝘴𝘬𝘪𝘯, 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘒𝘦𝘳𝘢𝘫𝘢𝘢𝘯 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩.” (ay. 20𝘣)

“𝘊𝘦𝘭𝘢𝘬𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘮𝘶, 𝘩𝘢𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘺𝘢, 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘳𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘩𝘪𝘣𝘶𝘳𝘢𝘯𝘮𝘶.” (ay. 24)

Seperti yang sudah disampaikan oleh Yesus di sinagoge di Nazaret bahwa Ia memberitakan kabar baik bagi orang-orang miskin (lih. Luk. 4:18). Miskin di sini bukan saja dalam makna sosio-religius, tetapi juga benar-benar tak punya apa-apa. 𝘕𝘰𝘵𝘩𝘪𝘯𝘨.

Kata 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢 dalam bahasa Indonesia kerap dipautkan dengan perasaan senang dan tenteram. Miskin 𝘬𝘰𝘬 senang? Kata 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢 diterjemahkan dari 𝘔𝘢𝘬𝘢𝘳𝘪𝘰𝘪 yang berarti 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘪 atau 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘯𝘵𝘶𝘯𝘨. NRSV menerjemahkannya menjadi 𝘣𝘭𝘦𝘴𝘴𝘦𝘥. Orang terberkati tidak harus dalam keadaan senang, karena bukan perasaan batin, melainkan kenyataan objektif bahwa ia 𝘀𝘂𝗱𝗮𝗵 menerima anugerah. Sudah terberkati, bukan akan terberkati. Orang-orang miskin ini hidup terberkati, karena hidup mereka bergantung pada Allah. Mereka menyambut Yesus dan pemberitaan-Nya akan kedatangan Kerajaan Allah.

Kontras dengan itu celakalah orang-orang kaya. Dalam 𝘕𝘺𝘢𝘯𝘺𝘪𝘢𝘯 𝘔𝘢𝘳𝘪𝘢 (Luk. 1:51-53) orang-orang kaya disamakan dengan orang berkuasa dan congkak. Mereka mengandalkan harta, tidak peduli kepada Allah dan orang-orang miskin. Celaka karena Allah akan membalikkan keadaan seperti dalam perumpamaan kisah orang kaya dan Lazarus (Luk. 16:19-31). Kesalahan orang kaya itu bukan membenci Lazarus, melainkan ia tidak peduli. Di sini Lukas hendak membuat standar orang Kristen kaya ideal. Boleh kaya, tetapi harus peduli kepada masyarakat pinggiran.

“𝘉𝘦𝘳𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢𝘭𝘢𝘩, 𝘩𝘢𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘯𝘪 𝘭𝘢𝘱𝘢𝘳, 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘱𝘶𝘢𝘴𝘬𝘢𝘯.” (ay. 21𝘢)

“𝘊𝘦𝘭𝘢𝘬𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘮𝘶, 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘯𝘪 𝘬𝘦𝘯𝘺𝘢𝘯𝘨, 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘱𝘢𝘳.” (ay. 25𝘢)

Murid-murid Yesus banyak dari kalangan miskin. Mereka tidak pernah menikmati makanan mewah dan lezat. Mereka merindukan sisa makanan dari meja tuan besar, tetapi tidak diperoleh juga. Dalam keadaan lapar itu Yesus mengatakan bahwa mereka terberkati, beruntung, karena Allah mula bekerja membalikkan keadaan dan akan memberi mereka kepuasaan dalam perjamuan Allah (Luk. 12:37; 13:29).

Kontras dengan itu siallah orang-orang yang sekarang kenyang dan puas dengan segala kelimpahan makanan dan harta, karena sekonyong-konyong akan diambil dari mereka tanpa ada gantinya (lih. Luk. 12:19-20).

“𝘉𝘦𝘳𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢𝘭𝘢𝘩, 𝘩𝘢𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘯𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘪𝘴, 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘵𝘢𝘸𝘢.” (ay. 21𝘣)

“𝘊𝘦𝘭𝘢𝘬𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘮𝘶, 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘯𝘪 𝘵𝘦𝘳𝘵𝘢𝘸𝘢, 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘶𝘬𝘢𝘤𝘪𝘵𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘪𝘴.” 
 (ay. 25𝘣)

Berbeda dari Matius 5:4 yang menggunakan pasangan kata 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘶𝘬𝘢𝘤𝘪𝘵𝘢 dan 𝘥𝘪𝘩𝘪𝘣𝘶𝘳 (bdk. Yes. 61:2), Lukas menerapkan pasangan kata 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘪𝘴 dan 𝘵𝘦𝘳𝘵𝘢𝘸𝘢. Tangisan orang-orang miskin biasanya disebabkan oleh penindasan dari orang berkuasa atau kaya. Mereka adalah orang-orang yang terberkati, karena seperti kata pemazmur 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘣𝘶𝘳 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘪𝘴 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘢𝘪 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘰𝘳𝘢𝘬-𝘴𝘰𝘳𝘢𝘪 (Mzm. 126:5-6). Mereka akan tertawa dalam arti bersukacita karena Kerajaan Allah secara menyeluruh akan mengubah hidup mereka.

Kontras dengan itu celakalah orang yang sekarang ini tertawa. Siapakah mereka? Sapaan 𝘬𝘢𝘮𝘶 dalam 𝘜𝘤𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘊𝘦𝘭𝘢𝘬𝘢 menunjukkan bahwa mereka juga berada di antara para pendengar. Mereka adalah orang-orang berkuasa atau kaya di dalam jemaat yang tega menindas warga kecil. Keadaan mereka akan segera dibalikkan.

“𝘉𝘦𝘳𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘮𝘶, 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘔𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘯𝘤𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘶, 𝘥𝘢𝘯 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘤𝘪𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘮𝘶, 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘦𝘭𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶, 𝘴𝘦𝘳𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘰𝘭𝘢𝘬 𝘯𝘢𝘮𝘢𝘮𝘶 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘢𝘩𝘢𝘵. (ay. 22) 𝘉𝘦𝘳𝘴𝘶𝘬𝘢𝘤𝘪𝘵𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶 𝘪𝘵𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘨𝘦𝘮𝘣𝘪𝘳𝘢𝘭𝘢𝘩, 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘣 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘶𝘱𝘢𝘩𝘮𝘶 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘥𝘪 𝘴𝘶𝘳𝘨𝘢, 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘥𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘢𝘯 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘯𝘦𝘯𝘦𝘬 𝘮𝘰𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘳𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘳𝘢 𝘯𝘢𝘣𝘪.” (ay. 23)

“𝘊𝘦𝘭𝘢𝘬𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘮𝘶, 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘶𝘫𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘶, 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘥𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘢𝘯 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘯𝘦𝘯𝘦𝘬 𝘮𝘰𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘳𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘯𝘢𝘣𝘪-𝘯𝘢𝘣𝘪 𝘱𝘢𝘭𝘴𝘶.” (ay. 26)

Berbeda dari ayat 20-21 yang berpautan dengan orang-orang miskin, ayat 22 berbicara mengenai mereka yang dianiaya karena Kristus. Lukas memandang jemaat Kristen sezamannya bernasib tak jauh dari orang-orang miskin. Mereka dibenci oleh orang-orang kaya dan berkuasa (Luk. 21:17). Mereka dikucilkan dan dicela karena status mereka yang setia kepada Kristus. Kata 𝘯𝘢𝘮𝘢𝘮𝘶 (ay. 22) tidak merujuk nama diri, melainkan sebutan Kristen atau pengikut Kristus yang dipandang sial oleh bangsa Yahudi.

Keterangan waktu 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶 𝘪𝘵𝘶 (ay. 23) maksudnya ialah pada saat mengalami aniaya tetaplah bersukacita dan bergembira. Dasar sukacita dan gembira merujuk nabi-nabi Perjanjian Lama (PL), yang disiksa dan dibenci oleh nenek moyang bangsa Israel, dibenarkan oleh Allah. Namun, 𝘶𝘱𝘢𝘩𝘮𝘶 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘥𝘪 𝘴𝘶𝘳𝘨𝘢 bukanlah pahala yang diberikan kelak di surga, melainkan sekarang ini juga, surga, yaitu Allah sendiri mengubah aniaya menjadi anugerah yang menyelamatkan.

Kontras dengan itu siallah jika orang mendapat pujian dari semua orang karena status atau kedudukannya dan sangat mementingkan 𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘣𝘢𝘪𝘬. Demi memelihara 𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘣𝘢𝘪𝘬 ia melakukan apa saja. Mereka persis nabi-nabi di dunia PL yang bernubuat palsu (lih. Yer. 5:31). Allah akan membalikkan keadaan dari pujian menjadi malapetaka.

Dari bacaan di atas makin teranglah bahwa Lukas sangat memberi perhatian kepada masyarakat pinggiran. Di sini Lukas juga membuat standar orang Kristen kaya yang ideal adalah yang peduli kepada kaum marginal. Kalau tidak peduli, meskipun ia pendeta, ke gereja saban Minggu, bukanlah orang Kristen ideal.

 (16022025)(TUS)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...