Sabtu, 15 Maret 2025

SUDUT PANDANG LUKAS 13 : 31-35, 𝗕𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗯𝗲𝗿𝗺𝗲𝗻𝘁𝗮𝗹 𝗿𝘂𝗯𝗮𝗵



SUDUT PANDANG LUKAS13 : 31-35, 𝗕𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗯𝗲𝗿𝗺𝗲𝗻𝘁𝗮𝗹 𝗿𝘂𝗯𝗮𝗵

Pemimpin jemaat, meskipun sangat sedikit, ada yang benar-benar menjalankan peran gembalanya mau berdarah-darah menolong dan menyelamatkan 𝘥𝘰𝘮𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪 𝘬𝘢𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘢𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘱. Namun, jauh lebih banyak pemimpin jemaat yang bermental rubah, tidak memiliki keberanian nyata, lebih suka menggunakan tipu daya ketimbang berhadapan langsung dengan warganya, dan memertahankan kekuasaannya dengan manipulasi. Mereka adalah 𝗵𝗮𝗺𝗮 Tuhan.

Hari ini adalah Minggu kedua Pra-Paska. Bacaan ekumenis diambil dari Injil Lukas 13:31-35 yang didahului dengan Kejadian 15:1-12, 17-18, Mazmur 27, dan Filipi 3:17-4:1.

Bacaan Injil Minggu ini cukup singkat, tetapi konteks terdekatnya mencakup Lukas 13:10 – 14:24. Ayat 34-35 dalam bacaan menjadi tema sentral. Tema sentral ini (ay. 34-35) diapit oleh dua kelompok teks perumpamaan (Luk. 13:18-30; 14:7-24) dan dua kelompok teks kisah penyembuhan pada hari Sabat (Luk. 13:10-17; 14:1-6). Teks ini pun masuk ke kelompok perumpamaan.

Pada Lukas 9:51 Yesus memula perjalanan-Nya menuju Yerusalem, tempat Ia akan menghadapi perlawanan dari para pemimpin agama yang berakhir dengan kematian-Nya. Sepanjang perjalanan Ia menunjukkan kehadiran Kerajaan Allah melalui pembebasan orang dari roh jahat dan penyembuhan dari penyakit. Kerumunan orang dari Galilea, Yudea, dan Yerusalem mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Yesus melayani setiap hari yang ditunjukkan dengan ungkapan Yesus 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪, 𝘣𝘦𝘴𝘰𝘬, 𝘥𝘢𝘯 𝘭𝘶𝘴𝘢.

Sebelum memasuki perikop bacaan petulis Injil Lukas menyebut 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘦𝘭𝘪𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘰𝘵𝘢 𝘬𝘦 𝘬𝘰𝘵𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘥𝘦𝘴𝘢 𝘬𝘦 𝘥𝘦𝘴𝘢 … (ay. 22). Kata 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯  untuk mengingatkan sidang pembaca Injil bahwa kisah Yesus yang sedang dibaca adalah dalam rangka perjalanan Yesus ke Yerusalem. Dalam perjalanan itu Yesus mengajar mengenai siapa yang akan diselamatkan. Sesudah pengajaran itu muncullah beberapa orang Farisi.

𝘗𝘢𝘥𝘢 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶 𝘪𝘵𝘶 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘣𝘦𝘳𝘢𝘱𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘍𝘢𝘳𝘪𝘴𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴, “𝘗𝘦𝘳𝘨𝘪𝘭𝘢𝘩, 𝘵𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘪𝘯𝘪, 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘏𝘦𝘳𝘰𝘥𝘦𝘴 𝘩𝘦𝘯𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘯𝘶𝘩 𝘌𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶.” (ay. 31)

Sukar untuk menilai motif orang-orang Farisi dalam kisah ini. Juga tak mudah menentukan peringatan mereka tulus atau benar-benar memerikan (dari kata dasar peri) ancaman nyata. Seperti dalam semua kitab Injil orang-orang Farisi dalam Injil Lukas pun pada umumnya bersikap antagonis terhadap Yesus. Namun, ada petunjuk bahwa beberapa orang Farisi menerima Yesus dengan lebih terbuka. Misal, dalam Lukas 7:36 dan 14:1 orang  Farisi mengundang Yesus ke rumah mereka (meskipun peristiwa tersebut tidak berakhir baik bagi mereka). Dalam Kisah Para Rasul 15:5 kita juga melihat bahwa beberapa orang Farisi akhirnya menjadi Kristen. Oleh karena itu kita tidak dapat sekonyong-konyong menganggap motif mereka selalu negatif.

Pada sisi lain laporan mereka tampak bermasalah. Lukas 9:7-9 dan 23:8 menunjukkan bahwa minat Herodes terhadap Yesus bukanlah untuk membunuh-Nya. Bahkan dalam kisah sengsara Yesus, Herodes menolak untuk menghukum-Nya (Luk. 23:6-12). Sukar untuk memastikan posisi Herodes dalam kisah ini, karena ia memang pernah memenjarakan dan membunuh Yohanes Pembaptis (Luk. 3:19-20; 9:9).

𝘑𝘢𝘸𝘢𝘣 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢, “𝘗𝘦𝘳𝘨𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘪 𝙧𝙪𝙗𝙖𝙝 𝘪𝘵𝘶: 𝘈𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘴𝘪𝘳 𝘴𝘦𝘵𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘮𝘣𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘴𝘰𝘬, 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘨𝘢 𝘈𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘭𝘦𝘴𝘢𝘪. (ay. 32) 𝘛𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪, 𝘣𝘦𝘴𝘰𝘬, 𝘥𝘢𝘯 𝘭𝘶𝘴𝘢 𝘈𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘳𝘶𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘢𝘯-𝘒𝘶, 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘣 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘢𝘣𝘪 𝘥𝘪𝘣𝘶𝘯𝘶𝘩 𝘥𝘪 𝘭𝘶𝘢𝘳 𝘠𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘭𝘦𝘮.” (ay. 33)

Terlepas dari motif orang Farisi dan Herodes, Yesus menggunakan ancaman tersebut untuk menjelaskan bahwa kematian-Nya adalah bagian dari misi-Nya. Yesus akan mati, tetapi bukan karena ancaman Herodes. Sebaliknya kematian-Nya merupakan penuntasan pelayanan-Nya di dunia. Yesus memerikan pelayanan-Nya sebagai 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘴𝘪𝘳 𝘴𝘦𝘵𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘮𝘣𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 (ayat 32). Kedua tindakan ini memiliki makna penting:

▶ Mengusir setan merupakan bagian dari perjuangan Yesus melawan Iblis (lih. Luk. 11:20). Dengan kata lain ini adalah bagian dari penghadiran Kerajaan Allah.
▶ Menyembuhkan orang juga merupakan bagian dari misi Yesus (lih. Luk. 4:18-19), yang Ia mengutip kitab Yesaya tentang membebaskan tawanan dan memberikan pelihatan kepada orang buta. 

Yesus menyebut Herodes sebagai 𝘴𝘪 𝘳𝘶𝘣𝘢𝘩. Dalam budaya Yahudi rubah (שׁוּעָל, 𝘴𝘩𝘶𝘢𝘭) merupakan simbol kelicikan, kepalsuan, dan kelemahan (lih. Kid. 2:15; Rat. 5:18). Sejarawan Yahudi Flavius Yosefus dalam 𝘈𝘯𝘵𝘪𝘲𝘶𝘪𝘵𝘪𝘦𝘴 𝘰𝘧 𝘵𝘩𝘦 𝘑𝘦𝘸𝘴 memerikan Herodes Antipas sebagai penguasa yang licik, tidak memiliki keberanian nyata, dan lebih suka menggunakan tipu daya daripada konfrontasi langsung. Untuk memerjelas bahwa Herodes si rubah tidak memiliki kendali atas-Nya, Yesus menegaskan bahwa Ia akan terus melakukan pekerjaan-Nya 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘴𝘰𝘬 (ay. 32).

Apabila diterapkan pada masa kini, ucapan Yesus mengenai julukan si rubah kepada Herodes berlaku juga kepada pendeta yang adalah pemimpin, pengajar moral jemaat. Jika pendeta tak bermoral, mereka sudah tak layak menjadi pemimpin dan pengajar moral. Mereka tak ubahnya seperti rubah-rubah yang berkeliaran merusak kebun anggur (Kid. 2:15).

Ketika Yesus menyebut bahwa 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘨𝘢 𝘈𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘭𝘦𝘴𝘢𝘪 barangkali bagi banyak pembaca ini merujuk kebangkitan. Namun, ayat berikutnya menjelaskan bahwa Yesus berbicara tentang kematian-Nya di Yerusalem 𝘛𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪, 𝘣𝘦𝘴𝘰𝘬, 𝘥𝘢𝘯 𝘭𝘶𝘴𝘢 𝘈𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘳𝘶𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘢𝘯-𝘒𝘶 … (ay. 33).

Hal penting yang perlu dicatat adalah bahwa kematian Yesus berkelanjutan dari pelayanan-Nya — 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪, 𝘣𝘦𝘴𝘰𝘬, 𝘥𝘢𝘯 𝘭𝘶𝘴𝘢 saling bernasabah. Kematian-Nya bukanlah sesuatu yang terpisah dari pelayanan-Nya, melainkan bagian dari kedatangan Kerajaan Allah. Memahami nasabah antara kehidupan dan kematian Yesus membantu kita memahami keduanya dengan lebih baik.

Lukas 9:51 – 19:28 mengisahkan secara khusus perjalanan Yesus menuju Yerusalem yang kerap disebut dengan 𝘑𝘰𝘶𝘳𝘯𝘦𝘺 𝘕𝘢𝘳𝘳𝘢𝘵𝘪𝘷𝘦. Menyebut kematian-Nya di sana membuat Yesus merenungkan tragedi yang telah terjadi di Yerusalem pada masa lalu dan yang akan terjadi pada masa depan. Refleksi Yesus bersifat profetis dan berisi kecaman sekaligus belas kasih.

“𝘠𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘭𝘦𝘮, 𝘠𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘭𝘦𝘮, 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘯𝘶𝘩 𝘯𝘢𝘣𝘪-𝘯𝘢𝘣𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘮𝘱𝘢𝘳𝘪 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘵𝘶 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘶𝘵𝘶𝘴 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢! 𝘉𝘦𝘳𝘬𝘢𝘭𝘪-𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘈𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘮𝘱𝘶𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘯𝘢𝘬-𝘢𝘯𝘢𝘬𝘮𝘶, 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘪𝘯𝘥𝘶𝘬 𝘢𝘺𝘢𝘮 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘮𝘱𝘶𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘯𝘢𝘬-𝘢𝘯𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪 𝘣𝘢𝘸𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘱𝘯𝘺𝘢, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘢𝘶. (ay. 34). 𝘚𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩𝘮𝘶 𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘵𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯. 𝘕𝘢𝘮𝘶𝘯, 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶: 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘈𝘬𝘶 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢: 𝘛𝘦𝘳𝘱𝘶𝘫𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘋𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯!” (ay. 35)

Yesus sedang berjalan menuju pusat kekuasaan bangsa Yahudi, tempat tinggal para raja dan imam. Pelayanan kenabian di hadapan penguasa adalah tugas yang berbahaya yang dapat mengancam nyawa mereka yang berani menyampaikan kebenaran tentang Kerajaan Allah. Yesus tidak terkecuali. 

Namun yang mengejutkan adalah reaksi Yesus. Ia pertama-tama mengecam Yerusalem sebagai kota 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘯𝘶𝘩 𝘯𝘢𝘣𝘪-𝘯𝘢𝘣𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘮𝘱𝘢𝘳𝘪 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘵𝘶 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘶𝘵𝘶𝘴 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢. Ironis! Yerusalem seharusnya menjadi tempat pilihan Allah (Ul. 12:5), tetapi justru menjadi tempat menolak rasul-rasul-Nya. Setelah kecaman ini, kita melihat seruan belas kasih yang penuh penderitaan dalam ayat 35b: Yesus merindukan untuk melindungi anak-anak Israel seperti induk ayam melindungi anak-anaknya. Namun, hukuman tetap dinyatakan 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩𝘮𝘶 𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘵𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯 yang merujuk kehancuran Yerusalem dan Bait Allah pada tahun 70 ZB.

Yesus mengakhiri pernyataan-Nya bahwa Yerusalem, setidaknya untuk sesaat, akan mengenali-Nya (ay. 35b), yang merujuk peristiwa kedatangan Yesus di Yerusalem pada Minggu Palem.

Selama masa Pra-Paska kita sedang menyiapkan diri untuk mengalami salib Yesus. Bagian ini mengajak kita untuk merenungkan apakah hidup kita selaras dengan jalan menuju salib itu. Apakah kita memahami kehidupan kita sebagai bagian dari kedatangan Kerajaan Allah di dunia? Jangan-jangan kita seperti Herodes yang berkuasa tetapi pengecut? 𝘕𝘨𝘨𝘢𝘬𝘭𝘢𝘩, kita tidak seperti Herodes.

(16032025)(TUS)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...