Kamis, 05 Juni 2025

SUDUT PANDANG "MESIN HENOKH" DALAM PENANGGALAN TERBARU NASKAH LAUT MATI, SERIAL SEJARAH, SASTRA, DAN ARKEOLOGI BIBLIKA/ALKITAB

SUDUT PANDANG "MESIN HENOKH" DALAM PENANGGALAN TERBARU NASKAH LAUT MATI, SERIAL SEJARAH, SASTRA, DAN ARKEOLOGI BIBLIKA/ALKITAB

Naskah Gulungan Laut Mati adalah suatu kumpulan sekitar 981 naskah berbeda yang ditemukan antara tahun 1946 dan 1956 dalam 11 gua di sekitar pemukiman kuno di Khirbet Qumran di Tepi Barat. Gua-gua tersebut terletak sekitar 2 kilometer ke pedalaman dari sebelah barat laut pantai Laut Mati, tempat asal naskah-naskah tersebut memperoleh namanya. Konsensusnya adalah Naskah Gua-gua Qumran ditulis sekitar tiga abad terakhir SM dan abad pertama Masehi.
Menentukan tanggal artefak kuno sangatlah sulit. Para ahli memiliki sejumlah teknik yang dapat mereka gunakan untuk mendapatkan tanggal yang mendekati, tetapi ada keterbatasan yang sering kali tidak dapat diatasi tanpa informasi tambahan. Meskipun demikian, terkadang Anda beruntung, seperti yang dialami para peneliti yang menyelidiki Naskah Laut Mati yang terkenal ketika mereka menyadari bahwa penulis menuliskan tanggal pembuatan langsung di beberapa halaman. 
Akan tetapi, tidak semua gulungan diberi label keterangan, dan akibatnya, Gulungan Laut Mati yang tidak bertanggal menjadi jauh lebih sulit bagi para ilmuwan untuk memastikannya. Namun, ketika teknologi baru muncul, keadaan dapat berubah.
Majalah Science dan Popular Mechanics dalam edisi terbaru Juni 2025 membahas penanggalan terbaru naskah Gulungan Laut Mati. Majalah-majalah tersebut menyebutkan bahwa beberapa manuskrip kemungkinan berusia lebih tua daripada yang diyakini selama ini. Sejak ditemukannya Naskah Laut Mati sekitar 8 dekade lalu, para peneliti telah mengandalkan banyaknya tulisan berbahasa Ibrani dan Aram untuk mengungkap bagaimana masyarakat Yahudi hidup lebih dari 2000 tahun lalu. Jika digabungkan, ribuan potongan perkamen dan kulit binatang berisi berbagai hal, mulai dari beberapa buku tertua yang diketahui dalam Alkitab Ibrani hingga hukum-hukum yang mengatur masyarakat Yahudi selama berabad-abad yang penuh pergolakan.
Namun, meskipun fragmen-fragmen ini informatif—beberapa fragmen berisi beberapa baris teks pada potongan rapuh seukuran kuku ibu jari, yang terawetkan selama ribuan tahun di gua-gua gurun yang sekarang menjadi Tepi Barat—sebagian besar gulungan tidak memiliki keterangan waktu penulisan yang secara pasti dapat menentukan umur naskah tersebut. 
Jadi selama beberapa dekade, para peneliti mengandalkan gaya tulisan tangan dan penanggalan radiokarbon. Kini, para ilmuwan telah memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk menciptakan cara baru untuk menentukan tanggal gulungan-gulungan tersebut, yang mengungkapkan bahwa beberapa mungkin berusia hingga satu abad lebih tua dari yang diperkirakan sebelumnya.
Teknik baru ini, yang diumumkan di PLOS ONE tanggal 4 Juni 2025, menggunakan pembelajaran mesin, pendekatan algoritmik yang mengajarkan komputer untuk "membaca" Naskah Laut Mati, untuk merujuk silang dua jenis data: penanggalan karbon-14 dari sekumpulan naskah, serta data geometris pada kata-kata dan bentuk huruf pada fragmen. Sekitar 80% hasil pembelajaran mesin AI yang dinamai "Enoch" (Henokh), diambil dari nama nabi dan ilmuwan pertama dalam tradisi Yahudi, menghasilkan perkiraan umur yang konsisten dengan perkiraan paleografer manusia, yaitu ilmuwan yang menguraikan dan menafsirkan ciri-ciri teks kuno.
Namun, bagaimana dengan 20% gulungan lainnya yang diberi tanggal lebih awal oleh "Henokh"? Perbedaan ini mungkin membuat para cendekiawan harus mengevaluasi ulang bagaimana gagasan dan literasi menyebar di Timur Dekat kuno. Namun,   "Henokh"  tidak akan segera menyingkirkan para paleografer manusia, kata penulis utama studi tersebut, Mladen Popović, kepala Institut Qumran di Universitas Groningen. "AI membutuhkan manusia, terutama dalam pengembangannya," katanya. "AI adalah alat seperti mikroskop adalah alat bagi seorang ahli biologi."

Penggunaan pembelajaran mesin dalam menganalisis teks-teks kuno bukanlah hal baru. Pada tahun 2021, Popović dan rekan-rekannya menggunakan pembelajaran mesin untuk menunjukkan bahwa Gulungan Kitab Yesaya Besar—salah satu Gulungan Laut Mati terbesar, terlengkap, dan terpelihara dengan baik—adalah hasil kerja dua juru tulis yang bekerja sama, bukan tulisan tangan seorang juru tulis. 
Popović dan rekan-rekannya berusaha memperluas teknik ini untuk menentukan tanggal Naskah Laut Mati. Mereka berharap tanggal yang ditetapkan secara algoritmik pada fragmen-fragmen tersebut dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang pembuatnya, yang tinggal di dan sekitar Yerusalem antara abad keempat SM dan abad kedua M—suatu tempat dan waktu yang penuh dengan pergolakan besar. Pada tahun 332 SM, Alexander Agung menguasai wilayah tersebut. Kurang dari dua abad kemudian, pada tahun 160 SM, kerajaan Yunani yang merupakan keturunan penaklukan Alexander menghadapi pemberontakan Yahudi yang sekarang dikenal sebagai pemberontakan Makabe. Pada tahun 70 M, dua abad kemudian, pasukan Romawi mengepung Yerusalem dan menghancurkan kuil Yahudi untuk kedua kalinya.
"Karena tidak ada gulungan yang benar-benar memiliki tanggal, kami mengisi kekosongan informasi tersebut," kata Drew Longacre, seorang rekan peneliti di Duke Divinity School. "Kami seakan-akan membuat cerita ini dan itu tentang bagaimana cara kerja naskah." Menurut analisis paleografi sebelumnya terhadap Naskah Laut Mati, banyak gaya aksara tertentu pada fragmen tersebut dipetakan ke periode yang berbeda dalam sejarah politik yang penuh pergolakan ini. Aksara "Hasmonean" yang digunakan pada beberapa fragmen bahasa Aram, yang dinamai menurut dinasti Yahudi Hasmonea, diperkirakan berasal dari sekitar tahun 100 SM hingga abad pertama Masehi. Sebaliknya, aksara Ibrani "Herodian" yang lebih baru dibakukan pada masa Herodes, penguasa Romawi yang terkenal yang memerintah Yudea pada saat kelahiran Yesus Kristus. Model AI "Henokh" melihat aksara-aksara tersebut secara berbeda. Studi baru menemukan transisi antara aksara Hasmonean dan Herodian sedikit lebih rumit daripada yang diperkirakan sebelumnya, dengan aksara "Herodian" yang mendahului keberadaan Raja Herodes sekitar 50 tahun.
"Henokh"  juga memberikan pembenaran terhadap paleografi kuno, dalam bentuk tanggal baru untuk gulungan 4Q114, yang memuat tiga pasal Kitab Daniel. Para ahli paleograf telah menempatkan pembuatan 4Q114 sekitar tahun 165 SM karena gulungan tersebut menggambarkan peristiwa-peristiwa yang menempatkannya di sekitar pemberontakan Makabe, termasuk penodaan bait suci di Yerusalem.  "Henokh"  menyatakan rentang waktu antara tahun 230–160 SM, yang masih dalam perkiraan paleografi. Kritikus Alkitab meyakini Kitab Daniel berasal dari penulis anonim yang hidup periode Makabe abad ke-2 SM sedangkan Daniel sendiri hidup pada abad ke-6 SM. Menurut Wikipedia, beberapa para akademisi modern menyimpulkan bahwa Kitab Daniel telah dianggap sebagai suatu teks Ibrani kanonik sebelum zaman Makabe.
Para peneliti yang tidak berafiliasi dengan penelitian ini mengatakan bahwa baik analisis gulungan dilakukan oleh manusia atau AI, tulisan tangan saja tidak dapat menentukan tanggal dokumen dengan sangat tepat. Longacre, misalnya, mengatakan paleografi secara umum tidak cocok untuk penanggalan presisi tinggi, terutama jika tidak ada banyak data yang diberi label dengan baik. Dan Rollston menekankan bahwa teknik AI baru seperti "Henokh" dapat menjadi alat yang berguna—tetapi teknik tersebut tidak boleh menjadi satu-satunya alat yang digunakan seorang sarjana untuk memahami penulisan naskah. “Bagaimanapun,” katanya, “tulisan tangan manusia—dan semua variasinya serta fitur-fiturnya yang unik—adalah sesuatu yang sangat manusiawi.”
(05062025)(TUS)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...