Rabu, 18 Juni 2025

SUDUT PANDANG TENTANG BERSAKSI

SUDUT PANDANG TENTANG BERSAKSI

Dalam Alkitab, kata "bersaksi" memiliki akar dalam bahasa Yunani dan Ibrani.
- Dalam bahasa Yunani, kata "bersaksi" diterjemahkan dari kata "martyreo" (μαρτυρέω) yang berarti "memberikan kesaksian" atau "bersaksi". Kata ini juga terkait dengan kata "martys" (μάρτυς) yang berarti "saksi", dalam kronologi bahasanya sampai kata MARTIR, jadi bersaksi atas Kristus itu risikonya mati untuk Kristus.
- Dalam bahasa Ibrani, kata "bersaksi" diterjemahkan dari kata "ʿud" (עוד) yang berarti "bersaksi" atau "memberikan kesaksian".

Dalam konteks Alkitab, bersaksi berarti memberikan kesaksian tentang perbuatan Kristus dan kasih anugerah Allah dalam kehidupan kita, serta membagikan pengalaman pribadi dalam meneladan Kristus tentang iman dan keselamatan.

Dengan demikian, bersaksi dalam Alkitab bukan tentang membagikan informasi atau cerita, tetapi juga tentang membagikan pengalaman pribadi dalam memuliakan Tuhan, sebuah keteladanan hidup seperti Kristus.
Dalam Alkitab, bersaksi selalu terkait langsung dengan keteladanan Kristus, tetapi seringkali terkait dengan pengalaman pribadi tentang perbuatan dan kasih Allah dalam keteladanan Kristus.
Namun, dalam Perjanjian Baru, kesaksian  terkait dengan Yesus Kristus dan keselamatan yang diberikan-Nya. Banyak contoh kesaksian dalam Perjanjian Baru yang menekankan pentingnya mengikuti dan meneladan Yesus Kristus,  meneladani-Nya.
Dalam konteks ini, bersaksi dapat berarti membagikan pengalaman pribadi tentang keselamatan dan kasih Allah yang diberikan melalui Yesus Kristus, serta meneladani-Nya dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi, meskipun tidak selalu terkait langsung dengan keteladanan Kristus, kesaksian dalam Alkitab seringkali memiliki hubungan yang erat dengan iman dan keselamatan yang diberikan melalui Yesus Kristus.
Kata "martyr" dalam bahasa Inggris memang memiliki hubungan dengan kata "martyreo" (μαρτυρέω) dalam bahasa Yunani. Keduanya berasal dari akar kata yang sama, yaitu "martys" (μάρτυς), yang berarti "saksi".

Dalam konteks Kristen awal, kata "martyr" digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang telah mati karena membela iman mereka kepada Yesus Kristus. Mereka dianggap sebagai saksi-saksi yang setia hingga akhir hayat mereka.

Jadi, ada hubungan yang erat antara kata "martyreo" (bersaksi) dan "martyr" (orang yang mati sebagai saksi iman). Keduanya terkait dengan konsep kesaksian dan kesetiaan kepada iman Kristen.

Dalam sejarah Kristen, banyak martir yang telah memberikan kesaksian mereka hingga akhir hayat mereka, dan kesaksian mereka telah menjadi inspirasi bagi banyak orang lainnya.
Kristus berkata, . kamu akan menjadi saksi-Ku ..." (Kis 1:8). Kita ditunjuk untuk bersaksi tentang siapa Kristus dan apa yang telah diperbuat-Nya.
Tetapi bersaksi tidak sama dengan berbicara. Bersaksi terjadi melalui kiprah hidup kita sehari-hari. Kiprah sebenarnya berarti gerakan tarian cepat namun dengan perhitungan yang cermat dan tepat. Berkiprah berarti melakukan kegiatan dengan gesit namun dengan berhati-hati dan bersungguh-sungguh. Mungkin sifat-sifat itü yang dimaksud dalam ucapan Kristus, " ... Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itü hendaklah kamu cerdik seperti ular da tulus seperti merpati" (Mat. 10:16).
Dalam proses pengumpulan bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan yang seadil-adilnya, maka hakim di Athena mengundang dan menyumpah sejumlah orang sebagai martus (= saksi; dibedakan antara saksi yang memberatkan dan saksi yang meringankan terdakwa). Di depan sidang pengadilan yang dihadiri oleh masyarakat umurn, orang itu diminta untuk martureo (= bersaksi), yaitu menuturkan apa yang dilihat, didengar atau dialaminya sendiri
Tuturannya itu, yang disebut marturion (= isi kesaksian) dibandingkan akurasinya dengan keterangan dari terdakwa dan saksi-saksi lain. Sebab itu, marturia (= menyampaikan kesaksian) merupakan bagian yang dalam proses pengadilan dan berperan dalam keputusan akhir. " .... kamu akan menjadi saksi-Ku" (Kis 1:8, bentuk kalimat futurum, arah ke depan atau yang akan datang). Jadi, untuk selanjutnya para murid akan menjalani sisa hidup mereka sebagai saksi Kristus. Para rasul memahami penetapan itu dalam arti yang lebih luas dari arti semula di ruang pengadilan, Mereka memahami bahwa bersaksi bukan sekadar mengkomunikasikan atau bercerita apa yang didengar atau dilihat. Mereka lebih dari sekadar komunikator atau pelapor. Mereka menjadi saksi melalui perilaku hidup mereka sendiri. Mereka memanggil orang untuk bertobat melalui pertobatan mereka sendiri (lih. Kis. 2:37-40). Begitulah istilah-istilah yang semula digunakan di ruang pengadilan di Athena telah berkembang menjadi sebuah konsep yang sentral dalam iman Kristen. Gereja adalah saksi Kristus dan gereja memberikan kesaksian melalui kiprah hidup sehari-hari warganya. Dalam hal ini pengertian bersaksi sudah menjadi jauh lebih luas dari pengertian semula. Di pengadilan di Athena seorang saksi cukup menjelaskan apakah ia mengetahui atau tidak mengetahui bahwa terdakwa berkorupsi. Memberi keterangan saja sudah cukup. Hakim tidak akan bertanya mengenai perilaku kita, "Apakah Anda sendiri korupsi atau tidak?" Tetapi bersaksi tentang Kristus langsung menyangkut d((iri kita sendiri. Seperti para rasul di Yerusalem. Mereka ber saksi agar orang hidup seperti Kristus. Tentunya para pendengar mencari tahu: Apakah orang yang bersaksi itu sendiri hidup seperti Kristus ataukah tidak?
Di dalam Alkitab,  utamanya PB tidak ada kesaksian yang tidak memiliki risiko kematian, kesaksian para murid menantang nyawa, krn meneladan Kristus itu berisiko, jadi, jangan pernah menganggap KESAKSIAN ketika cuman cerita sebagian kisah hidup kita di depan altar gereja atau mimbar gereja atau Persekutuan Umat, dimana tidak ada risiko nya sama sekali, dan KESAKSIAN itu dari bahasa aslinya YUNANI adalah kata aktif, bahkan kata kerja yang mengandung risiko ke depan (future tens). Dengan bersaksi atas keteladanan Kristus dalam hidup kita, sebetulnya secara tidak langsung kita sudah mengingatkan akan keberdosaan orang lain, dg begitu kita tidak ikut dalam keberdosaan tsb, coba renungkan ayat di bawah ini :
* "Apabila engkau melihat orang fasik, katakanlah kepadanya: 'Engkau orang fasik!' Jika tidak, Aku akan menuntut pertanggungjawaban darahnya dari tanganmu." (Yehezkiel 3:18)
- "Apabila seorang fasik mati dalam kejahatannya, Aku akan menuntut pertanggungjawaban darahnya dari tanganmu." (Yehezkiel 3:18)
* "Tetapi barangsiapa tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi tidak melakukannya, ia berdosa." (Yakobus 4:17)
* "Dan engkau, anak manusia, katakanlah kepada imam, apabila seorang fasik berbuat dosa dengan tidak disengaja, maka janganlah engkau ingat lagi kepadanya, dan janganlah engkau sebut-sebut lagi kejahatannya... Tetapi apabila engkau tidak memperingatkan orang fasik itu supaya berbalik dari jalannya, maka ia akan mati dalam kejahatannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungjawaban darahnya dari tanganmu." Kitab Yehezkiel 3:18, 20
(17062025)(TUS)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...