Minggu, 15 Juni 2025

SUDUT PANDANG TENTANG SANTO AGUSTINUS, ANAK KECIL DAN MISTERI ALLAH TRITUNGGAL

SUDUT PANDANG TENTANG SANTO AGUSTINUS, ANAK KECIL 
DAN MISTERI ALLAH TRITUNGGAL 

PENGANTAR
TRI TUNGGAL
Sejak di kitab kejadian pasal 1, sudah nampak jelas bayang-bayang pemahaman Tritunggal.

BAPA
Kejadian 1:1 (TB)  Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. 
1 Korintus 8:6 (TB)  namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup. 


ROH
Kejadian 1:2 (TB)  Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.
Ayub 33:4 (TB)  Roh Allah telah membuat aku, dan nafas Yang Mahakuasa membuat aku hidup. 

ANAK
Kejadian 1:3 (TB)  Berfirmanlah Allah: "...". Yohanes 1:14 (TB)  Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.



LEGENDA
Suatu hari, Santo Agustinus sedang berjalan di pantai. Dia merenung dan berdoa dengan dalam. Hatinya penuh dengan pertanyaan karena dia sedang menulis tentang Misteri Trinitas, yaitu Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus — tiga pribadi dalam satu Allah. 

Agustinus berkata dalam hatinya: "Bagaimana Allah bisa satu, tetapi juga tiga? Pikiran manusia terlalu kecil untuk memahami..."

Tiba-tiba, dia melihat seorang anak kecil bermain di pantai. Anak itu menggali lubang kecil di pasir dan berulang kali mengambil air laut menggunakan kelapa, menuangkannya ke dalam lubang. 

Agustinus mengamatinya sejenak, lalu bertanya: "Apa yang kamu lakukan, nak?" Anak itu menjawab dengan penuh semangat: "Saya mencoba memasukkan seluruh laut ke dalam lubang ini." 

Agustinus tersenyum dan berkata: "Itu tidak mungkin!" Lautan luas dan dalam... bagaimana mungkin itu bisa masuk ke dalam lubang kecil itu?" 

Anak itu menatapnya, lalu menjawab: “Jadi, demikian juga, Augustinus tersayang. Tidak mungkin bagimu untuk memasukkan Rahasia Allah yang tak terbatas ke dalam pikiranmu yang terbatas.” 

Setelah mengatakan itu, anak itu menghilang entah ke mana—dan Agustinus menyadari bahwa anak itu bukanlah anak biasa. Mungkin seorang malaikat, atau cara Tuhan ingin mengajarinya untuk rendah hati dalam mencari kebenaran Ilahi. 

Cerita ini mengajarkan kita bahwa Allah itu tak terbatas dan penuh misteri. Keberadaan-Nya yang tak terbatas sungguh jauh melampaui indra dan akal manusia. Hakekat-Nya, termasuk hakekatnya sebagai Allah Tritunggal, tak akan mampu diselami secara utuh oleh manusia manapun. 

Allah punya “logika” sendiri, yang tentu tak mampu dijangkau, dan mustahil kita paksakan masuk dalam logika kita yang terbatas. Kalau kita paksakan “logika” Allah masuk utuh dalam logika kita, maka di saat itulah kita mengingkari keberadaan-Nya sebagai Yang Tak Terbatas. Atau dalam bahasa Agustinus, “Kalau engkau memahami-Nya secara utuh, Ia bukan lagi Allah”.

Melalui Kitab Suci, Allah mewahyukan diri sebagai Allah Tritunggal. Bersyukur, gereja dimampukan merumuskan pewahyuan ini. Dan bersyukur bahwa gereja bisa sampai pada pemahaman, dan pengakuan bahwa keberadaan Allah itu misteri dan sungguh tak terbatas.

Pengakuan, kerendahan dan keterbukaan hati inilah yang dibutuhkan untuk terus mengenal dan mengimani Allah. Ia ada bukan untuk dipecahkan seperti sebuah teka-teki. Tapi Ia ada untuk diyakini dan disembah.

(16062025)(TUS)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...