=========
Sudut Pandang Pembahasan Dengan Perspektif Humoris 😁
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Apakah humor tidak ada, atau bahkan dilarang, dalam Alkitab? Hmmmm, jika kita teliti maka kita akan menemukan beberapa narasi yang akan menjadi materi yang humoris jika dipahami menggunakan perspektif yang dinamis.
Ingat ya,
"bila menggunakan perspektif dinamis".
Salah-satunya adalah kisah-kisah dalam Markus pasal 5 ini.
Pasal ini dibuka dengan peristiwa Tuhan Yesus mengusir roh jahat dari seorang Gerasa.
Sebelum itu, saya ingin membahas secara singkat tentang Gerasa, yang di kitab-kitab lain dituliskan sebagai 'Gedara'. Terkait tempat ini, naskah-naskah Yunani terbagi antara tiga nama: orang Gadara, orang Gerasa dan orang Gergesa. Bukti yang lebih unggul menyetujui bahwa kata 'orang Gerasa' adalah sebuah istilah yang oleh beberapa penafsir dianggap mengacu kepada tempat yang terkenal bernama Gerasa, dua puluh mil di bagian tenggara Danau Galilea. Tetapi, terdapat alasan cukup kuat bahwa Markus mengacu kepada sebuah kota kecil dengan nama yang sama di pantai sebelah timur, yang puing-puingnya dewasa ini dikenal dengan nama Kersa. Gerasa adalah salah-satu dari Dekapolis, yaitu sepuluh kota ditepi Danau Galilea yang berbahasa Yunani.
Jadi, ceritanya baru saja Yesus turun dari perahu Dia langsung dihampiri oleh orang yang kerasukan setan ini. Nah, coba simak baik-baik, dituliskan dari ayat satu hingga kisah ini selesai pada ayat ke-20 tidak ada catatan apapun tentang murid-murid Yesus, juga tidak ada tulisan tentang satupun murid Yesus yang menginjakan kaki didarat, padahal mereka naik perahu bersama Yesus (kan sebelumnya ada peristiwa "Angin ribut diredakan").
Bagi yang rajin baca Alkitab tentu akan sangat tahu betapa penakutnya murid-murid Yesus itu. Jadi, saat saya membaca kisah ini saya jadi tertawa membayangkan ketika Yesus pertama turun menginjakan kaki di darat, dalam kasus Yesus dan murid-muridNya, guru selalu melangkah duluan, sementara beberapa murid lain ada yang menstabilkan perahu, lantas munculah orang kerasukan setan yang beringas ini kearah Yesus.
Nah, mari kita sama-sama membayangkan peristiwa itu: murid yang menstabilkan perahu langsung mendorong perahunya menjauh dan loncat ke dalam perahu itu meninggalkan Yesus sendiri.
Terbirit-birit mereka mendayung perahu menjauh dari Yesus, meninggalkan Yesus sendiri.
Sejauh apa murid-murid ini mendayung dan menjauh?
Cukup jauh sebab hanya lima kalimat dari peristiwa yang mereka dengar dan diteruskan pada Markus untuk dicatat. Menariknya, saking jauhnya kebanyakan murid hanya bisa melihat satu orang saja yang kerasukan, yaitu orang yang datang kepada Yesus saat Yesus akan pergi. Angka ini yang ditulis dalam Injil Markus dan Injil Lukas terkait peristiwa ini. Sedangkan, saksi mata lain yang memberikan kesaksian pada penulis Injil Matius memberikan informasi bahwa ada dua orang yang kerasukan (Matius 8:28). Ini bukan kesalahan catat melainkan perbedaan jarak visual para saksi mata. Jadi, penulis Injil Markus dan Injil Lukas mendapatkan informasi dari para murid Yesus terkait peristiwa ini, sedangkan, penulis Injil Matius mendapat informasi dari saksi mata lain yang lebih detail melihatnya sebab Matius bisa menggambarkan lebih jelas dari kedua penulis Injil lainnya bahwa ada dua orang yang kerasukan roh jahat di Gerasa dan bahwa dua orang itu mendatangi Yesus dari arah pekuburan. Para murid rupanya tidak mampu mengidentifikasi pekuburan itu dikarenakan jarak penglihatan mereka. Jadi, para penulis Injil memberikan kesaksian secara apa adanya, tidak mereka tambahkan atau kurangkan.
Ketiga Injil ini memiliki persamaan yang jelas, bahwa hanya Yesus yang sempat turun dari perahu. Bila kita membaca ayat ke-2 pasal ini, juga pada Injil Matius (8:28) dan Injil Lukas (8:27), maka tertulis bahwa Yesus baru saja turun dari perahu dan didatangi orang yang kerasukan itu. Tidak ada catatan bahwa para muridNya juga ikut mendampingi Yesus tepat disisi Yesus setelah Yesus turun dari perahu, sampai diayat ke-18 pasal ketika Yesus kembali menaiki perahu-pun tidak ada narasi tentang murid-muridNya.
Diantara para murid saat itu kemungkinan hanya Filipus yang bisa berbahasa Yunani sebab dia bergaul dengan orang-orang Yunani (Yohanes 12:20-22). Tampaknya posisi Filipus terlalu jauh dari Yesus dan orang Gerasa itu untuk mendengar apa saja yang dicakapkan sang Guru Agung.
Jadi, para murid itu datang diam-diam pergi pun diam-diam. Saat orang Gerasa yang telah sembuh itu meminta ikut tentunya ada dari para murid yang keberatan walau tidak mampu bersuara. Entah apa reaksi mereka saat melihat sekawananan besar babi loncat dari tebing, mungkin ada yang pingsan. Itu hanya imajinasi saya saja sebab pada kenyataannya sepenakut itulah mereka.
Pesan dari kisah ini, takut itu manusiawi 😂 dan juga manusia diijinkan lari dari bahaya. Nah, dititik kita sebagai manusia tidak mampu berbuat apa-apa, disitulah karya Tuhan terlihat spektakuler.
Peristiwa selanjutnya adalah perempuan Siro-Fenisia yang sembuh hanya karena menjamah jubah Yesus. Iman perempuan itu membuatnya hanya menjamah jubah Yesus.
Saya jadi membayangkan jika Yesus berada di sikon jaman now dengan lokasi di Tanah Abang, atau pasar-pasar lainnya di Indonesia. Mungkin bukan hanya ditarik pakaianNya tapi bisa saja sampai dijambak-jambak, efek histeris dan ketakutan 'nanti gak cukup' kalau cuma dijamah saja. Setelah dijamah dan sadar ada tenaga yang keluar dariNya, Yesus lantas bertanya pada murid-muridNya (ayat 30),
"siapa yang sentuh Saya tadi?" ............
"Hellowww Rabi, tidak lihat yah ini lagi ramai?? Bisa aja nanya kayak gitu.... 😒" (Ayat 31)
Yah, seperti itulah jawaban para murid (dalam tafsiran dinamis) ketika mendengar pertanyaan Guru mereka. Saya juga kalau ditanyai demikian dengan sikon yang sama pasti akan menjawab seperti itu 🤣
Endingnya bahagia.
Sang perempuan yang telah sembuh tersungkur didepan Yesus dan dipuji oleh Yesus: Imanmu telah menyelamatkan engkau. Tentunya banyak orang yang bete saat perempuan ini tersungkur karena dianggap 'boros space' 😂.
Pesan dari peristiwa ini adalah manusia tidak dilarang bersikap oportunis. Artinya, kesempatan harus dimanfaatkan. Tapi bersikap harus proporsional. Jadi, saat porsi yang diijinkan adalah menjamah maka itu cukuplah dijamah jangan dijambak 🤣.
Lucu ya kalimatnya?
Tapi, iman bahwa 'cukup kujamah saja maka aku akan sembuh' adalah iman yang sudah jarang ditemui saat ini ketika umat percaya, termasuk saya, dihimpit oleh kekhawatiran.
Yesus masih ngobrol dengan perempuan itu tapi datang orang yang mengabarkan pada Yairus,
"anakmu sudah mati".
Pembawa pesan juga berkata,
"jangan lagi merepotkan Guru".
Saya membayangkan perasaan Yairus dan kata hatinya, "Guru saja nyantai kok kamu yang sewot!" Kira-kira seperti itu pikiran seorang ayah yang baru kehilangan putrinya. Untunglah Yesus adalah Motivator Agung.
"Jangan Takut. Percaya saja", kata Tuhan kita.
Lalu, yang lain ditinggal dan hanya Petrus, Yakobus, dan Yohanes yang diijinkan mengikuti Yesus. Kalau bawa lebih banyak orang tentu lebih berisik. Tiba di rumah Yairus dan melihat orang-orang yang sedang menangis, Yesus malah berkata,
"anak itu cuma tidur"..........
"Orang ini hobi ngeguyon" pikir banyak orang sambil ketawa. Dilain sisi mungkin Yesus bete diketawai seperti itu, lantas, orang-orang banyak itupun diusir. Andai saya diposisi itu tentu saja saya bete sebab orang-orang yang meratap itu tidak semuanya adalah keluarga atau kerabat Yairus sebab orang Yahudi jaman itu menyewa peratap profesional untuk menunjukkan dukacita, detailnya ada dalam Matius 9:23 yang menyebutkan peniup seruling dan orang banyak yang ikut bikin ribut, jadi, orang-orang ini ditugaskan dan dibayar untuk meratap, lah kok malah ketawa?
Terkait meratapi orang mati, perlu diketahui bahwa di kalangan orang Yahudi meratapi orang mati sama sekali tidak berarti lemah melainkan merupakan hal yang terhormat dan mulia. Dalam berbagai narasi Perjanjian Lama, bisa kita baca bahwa Tuhan memang membiarkan orang yang berduka-cita untuk meratap. Ini mengajarkan kita bahwa kita perlu mengekspresikan dukacita, dan berdukalah juga bagi orang lain. Jadi, jika tugasnya meratap maka meratap saja jangan tertawa.
Ketika Yesus bertanya "mengapa menangis" itu bukan berarti Dia mengijinkan kita tertawa ditengah dukacita orang lain. Itu adalah pertanyaan motivatif.
Pesan dari kisah anak Yairus ini ada banyak.
Pertama, jangan mendahului Tuhan.
Tuhan masih belum selesai dengan perkara orang lain kok disuruh 'udahan', kan tidak sopan.
Kedua, biarkan Tuhan 'ngelawak'.
Saat kita sedang susah dan Tuhan berkata,
'sudah sudah, saat ini masih ada makanan' maka jangan diledek. Nanti Tuhan marah 😁.
Bete yah dijawab begitu saat berdoa sambil nangis-nangis? Mengenai hal ini, coba perhatikan semua motivasi Yesus dalam Alkitab: Tidak pernah Yesus menjawab bahwa 'akan ada kemungkinan yang lebih buruk', melainkan selalu 'ada harapan dan sikon yang lebih baik'.
Yesus tidak pernah menjawab,
"ah kamu tenang saja, masih banyak yang lebih susah dari kamu."
Tidak pernah ada jawaban seperti itu dari Yesus.
Dia tau kita sudah sangat susah, dan Dia mengerti. Dia tidak pernah memberikan gambaran yang lebih buruk tentang masa depan, melainkan berkata:
"pandanglah burung-burung yang tidak pernah menabur dan pandanglah bunga bakung yang tidak pernah memintal tetap Tuhan pelihara apalagi kamu yang lebih berharga."
Dia selalu memberikan analogi bahwa masa depan adalah positif. Bagi Yesus kita adalah prioritas sehingga dalam contohpun subjek dan objeknya adalah kita dan kasus kita, bukan orang lain. Oleh karena itu, jangan berkata,
"ada yang lebih susah dari kamu" saat ada yang curhat karena anda justru menggambarkan sikon yang lebih buruk yang mungkin bisa dia hadapi. Ini malah buat orang yang frustasi akan semakin stres bahkan depresi sebab itu bukan pernyataan motivatif melainkan judgementatif. Ketimbang kalimat itu, lebih baik katakan:
"kamu tidak sendiri",
"dulu kamu susah tapi bisa teratasi, maka sekarangpun kamu pasti bisa",
"coba istirahat sejenak karena kamu sudah bewerbuat banyak dan melakukan yang terbaik,"
juga "Tuhan tidak pernah meninggalkan kamu",
dan kalimat sejenisnya.
Nah, kembali ke laptop.
Ending kisah anak Yairus ini sangat indah.
Sang anak benar-benar bangkit.
Perhatikan, walau dari awal sang ayah beriman anaknya bangkit tapi dia tetap terpukau. Kenapa? Karen sebesar apapun iman kita tetaplah kita akan terkejut dan frustasi saat terjadi masalah pelik. Rasa takut itu perlu bagi manusia dan digunakan Tuhan untuk menyatakan kuasaNya. Sebab, disaat manusia, yang memiliki iman besar sekalipun, terpuruk dengan luar biasa maka manusia akan terkejut dan terpesona dengan buah karya Tuhan.
Jadi, pasal ini menceritakan tentang iman berbagai orang. Termasuk orang Gerasa yang kerasukan itu.
Kenapa dia bisa sembuh?
Karena alam bawah sadarnya meminta demikian.
Yesus hanya mau menyembuhkan orang yang ingin sembuh, jadi kalau mau sembuh artinya anda harus betul-betul mau untuk sembuh.
Pelajaran iman lainnya: iman kita bisa menyelamatkan hidup orang lain.
Saat anak Yairus itu koma, bukan imannya, sebab dia tidak sadarkan diri, melainkan iman orang tua dan ketiga muridnya yang Yesus perlukan. Contoh lainnya adalah orang lumpuh yang diturunkan dari atap. Bukan hanya iman orang lumpuh itu yang dibutuhkan tapi juga iman saudara dan kawannya yang berjuang membawa dia kehadapan Yesus tetaplah diperhitungkan.
Jadi, imanmu berharga bagi Tuhan dan bermanfaat bagi orang lain.
Pesan lain dari kisah anak Yairus adalah "jauhi toxic people". Jika anda sedang bicara positif atau membutuhkan motivasi dan penghiburan tapi malah diketawai, dalam hal ini diejek, artinya mereka hanya toxic, jadi 'usir' saja dari hidup anda, apalagi jika mereka menjauhkan anda dari kemurahan Tuhan. Menjauhi mereka bukan berarti putus pertemanan atau putus persaudaraan melainkan memberikan batasan yang tegas dan jelas pada mereka tentang apa itu sikap dan kata-kata yang positif dan apa itu kata-kata dan sikap yang beracun.
Kiranya pembahasan humoris ini bisa memberikan manfaat sehingga hanya Tuhan yang dimuliakan.
______________________
Oleh (TUS)(15062025)