SUDUT PANDANG YOHANES 14:8-17, 25-27, 𝗠𝗲𝗹𝗮𝗸𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗽𝗲𝗸𝗲𝗿𝗷𝗮𝗮𝗻-𝗽𝗲𝗸𝗲𝗿𝗷𝗮𝗮𝗻 𝗯𝗲𝘀𝗮𝗿 𝗱𝗶 𝗱𝘂𝗻𝗶𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗲𝗻𝗰𝗶
Pentakosta (𝘚𝘩𝘢𝘷𝘶𝘰𝘵) adalah pesta panen gandum masyarakat Yahudi pada awal musim panas (Ul. 26:1). Secara literal Pentakosta berarti lima puluh (50). Gandum ditanam pada awal musim semi dan pada pekan ketujuh gandum dipanen. Esok hari atau hari ke-50 diadakan pesta syukur sangat marak. Festival akbar dihelat dengan perjamuan dan mengunjungi Yerusalem. Banyak orang dari segala penjuru mendatangi Yerusalem untuk merayakan Pentakosta.
Pada hari Pentakosta inilah menurut kitab Kisah Para Rasul (pasal 2) terjadi peristiwa pencurahan Roh Kudus. Gereja lalu memberi makna baru pada perayaan ini: Pentakosta menjadi mahkota masa raya Paska. Minggu Paska adalah awal musim menanam dan Gereja adalah hasil tuaian yang diberi kuasa Roh Kudus untuk diutus. Hari Pentakosta adalah hari lahir Gereja.
Meskipun demikian Gereja tetap memelihara tradisi Pentakosta sebagai pesta syukur panen. Gereja dihiasi dengan hasil bumi. Mereka yang tinggal di Jawa Tengah dan Jawa Timur, terutama di daerah pertanian, cukup beruntung. Di Gereja-gereja Jawa perayaan Pentakosta dialihrupa menjadi 𝘙𝘪𝘺𝘢𝘺𝘢 𝘜𝘯𝘥𝘩𝘶𝘩-𝘜𝘯𝘥𝘩𝘶𝘩 atau 𝘗𝘪𝘴𝘶𝘯𝘨𝘴𝘶𝘯𝘨 𝘜𝘯𝘥𝘩𝘶𝘩-𝘜𝘯𝘥𝘩𝘶𝘩. Meriah! Bahkan 𝘙𝘪𝘺𝘢𝘺𝘢 𝘜𝘯𝘥𝘩𝘶𝘩-𝘜𝘯𝘥𝘩𝘶𝘩 GKJW Mojowarno sudah ditetapkan sebagai warisan budaya Nusantara oleh Pemerintah pada 2019.
Selain itu secara tradisi umat memberikan persembahan syukur tahunan pada Hari Pentakosta. Sayangnya Gereja modern di Indonesia meng-𝘰𝘱𝘳𝘢𝘬-𝘰𝘱𝘳𝘢𝘬 umat untuk menyerahkan persembahan syukur tahunan mengikuti Tarikh Umum pada akhir tahun.
Bacaan ekumenis untuk Hari Pentakosta diambil dari Injil Yohanes 14:8-17, 25-27 yang didahului dengan Kisah Para Rasul 2:1-21, Mazmur 104:24-34, 35b, dan Roma 8:14-17.
Hari Pentakosta rasanya kurang afdol apabila kita tidak melongok cerita peristiwa pencurahan Roh Kudus dalam kitab Kisah Para Rasul (selanjutnya disingkat Kis.). Injil Lukas dan Kis. dikarang oleh orang yang sama. Namun, Injil Lukas lebih berpumpun pada kiprah Yesus, sedang Kis. berkisah tentang kiprah Gereja. Ada kontinuitas cerita Injil Lukas dan Kis.: Pelayanan Yesus berakhir di Yerusalem dilanjutkan pelayanan murid-murid-Nya dimula dari Yerusalem (Kis. 1:8).
▶ Sama seperti Yesus ketika dibaptis (Luk. 3:22; 4:18), para rasul juga diberi kuasa Roh Kudus untuk melaksanakan misi Allah (Luk. 24:49; Kis. 1:8; 2:1-13).
▶ Yesus disiapkan Allah selama 40 hari di padang gurun (Luk. 4:1-13), demikian juga para rasul disiapkan Yesus selama 40 hari sebelum Kenaikan-Nya ke surga (Kis. 1:3).
▶ Pekerjaan yang dilakukan Yesus di Injil juga dilakukan para rasul: mengurus orang miskin, menyembuhkan orang sakit dan kerasukan setan, serta membangkitkan orang mati (Kis. 5:16; 6:1; 8:7; 9:40; 19:12; 20:10; 28:8).
▶ Sama seperti Yesus (Luk. 4:43; 8:1), para rasul juga memberitakan Injil Kerajaan Allah (Kis. 8:12; 19:8; 20:25; 28:31).
Perikop Kis. 2:1-21 dapat dikelompokkan ke dalam bab 𝘱𝘦𝘳𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘭𝘢𝘺𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘳𝘢 𝘳𝘢𝘴𝘶𝘭. Roh Kudus yang turun pada murid-murid Yesus pada hari Pentakosta diperikan sebagai lidah api (Kis. 2:3). Bandingkan dengan Roh Kudus yang turun pada Yesus saat pembaptisan diperikan sebagai burung merpati (Luk. 3:22). Pemerian lidah itu berpautan dengan kemampuan berbahasa (asing) yang kemudian dimiliki oleh para murid Yesus. Dengan begitu akibat langsung pencurahan Roh Kudus adalah kemampuan berbahasa semua bahasa di dunia sejauh yang dapat dicatat oleh Lukas (Kis. 2:4; 2:5-11).
𝗕𝗮𝗴𝗮𝗶𝗺𝗮𝗻𝗮 𝗺𝗲𝗻𝘂𝗿𝘂𝘁 𝗜𝗻𝗷𝗶𝗹 𝗬𝗼𝗵𝗮𝗻𝗲𝘀 𝟭𝟰:𝟴-𝟭𝟳, 𝟮𝟱-𝟮𝟳?
Bacaan Injil untuk Minggu ini berada dalam konteks 𝘗𝘦𝘳𝘫𝘢𝘮𝘶𝘢𝘯 𝘔𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘛𝘦𝘳𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳 (Yoh. 13-17). Dalam kesempatan itu Yesus menyampaikan wejangan-wejangan, termasuk mengenai kepergian-Nya kepada Bapa dan pertolongan untuk para murid-Nya. Kepergian Yesus kepada Bapa yang sudah mengutus-Nya itu berarti para murid tidak akan melihat Yesus lagi. Hal ini merupakan kenyataan yang menakutkan. Petulis Injil Yohanes perlu menguatkan iman jemaatnya (Komunitas Yohanes) dengan keyakinan iman yang dimilikinya.
Konteks dunia yang dikenal oleh Komunitas Yohanes pada saat itu adalah dunia yang membenci mereka. Kebencian dunia atau masyarakat di sekitar Komunitas Yohanes yang sudah menahun dianggap sebagai hal yang normal. Kalau dunia tidak membenci Komunitas Yohanes, itu malah dianggap tidak normal. Mirip dengan di Indonesia. Persekusi dan aniaya terhadap warga Kristen (dan minoritas penghayat kepercayaan lainnya) saat beribadah sudah sangat lazim sehingga dipandang sebagai hal yang lumrah, normal. Ditambah lagi tanggapan Pemerintah sebatas basa basi. Untuk itulah dalam Injil Yohanes tidak dikenal perintah 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘢𝘮𝘢𝘮𝘶 seperti dalam Injil sinoptik, melainkan saling mengasihi sesama murid yang kemudian dikenal dengan Perintah Baru (𝘮𝘢𝘯𝘥𝘢𝘵𝘶𝘮 𝘯𝘰𝘷𝘶𝘮)
Meskipun dunia membenci para murid, mereka tetap diperintahkan untuk terus melakukan pekerjaan-pekerjaan (jamak) yang Yesus pernah lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar (Yoh. 14:12). Pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar itu tak lain dan tak bukan adalah para murid diutus ke dunia yang membenci mereka untuk memberitakan Injil (bdk. Yoh. 17:18).
Menghadapi kenyataan itu (kepergian Yesus, kebencian dunia, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar) Yesus berjanji akan mengutus 𝘗𝘢𝘳𝘢𝘬𝘭e𝘵𝘰𝘴 dari Bapa. 𝘗𝘢𝘳𝘢𝘬𝘭e𝘵𝘰𝘴 itu Roh Kudus atau Penolong atau Roh Kebenaran yang akan memimpin dan mengajar para murid sama seperti dulu yang dilakukan Yesus. Sama seperti dulu Yesus memimpin para murid-Nya, 𝘗𝘢𝘳𝘢𝘬𝘭e𝘵𝘰𝘴 juga akan memimpin para murid selanjutnya, sampai ke zaman Yohanes, sampai ke zaman sekarang, sampai selama-lamanya (Yoh. 14:16). Bahkan Yesus memberikan damai sejahtera bagi para murid; damai sejahtera yang bukan dunia berikan (Yoh. 14:25-27).
Janji Yesus tersebut sudah dipenuhi-Nya seperti pada teks Yohanes 20:17, 21-23. Yesus bangkit, pergi kepada Bapa (ay. 17), kemudian memberi Roh Kudus kepada para murid (ay. 21-23), kata-Nya, “𝘛𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘙𝘰𝘩 𝘒𝘶𝘥𝘶𝘴. 𝘑𝘪𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘮𝘱𝘶𝘯𝘪 𝘥𝘰𝘴𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨, 𝘥𝘰𝘴𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪𝘢𝘮𝘱𝘶𝘯𝘪, 𝘥𝘢𝘯 𝘫𝘪𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘰𝘴𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱 𝘢𝘥𝘢, 𝘥𝘰𝘴𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱 𝘢𝘥𝘢.”
Dari dua bacaan Kisah Para Rasul 2:1-21 dan Yohanes 14:8-17, 25-27 kita dapat melihat perbedaan sekaligus persamaan dari dua kisah teologis tersebut.
Perbedaan:
▶ Dalam Kis. pencurahan Roh Kudus terjadi sesudah Yesus terangkat ke surga dan pencurahan itu tanpa kehadiran Yesus secara fisikal. Dalam Injil Yohanes pencurahan Roh Kudus terjadi sesudah Yesus naik ke surga dan pencurahan Roh Kudus dilakukan oleh Yesus sendiri secara fisikal.
▶ Dalam Kis. pencurahan Roh Kudus membuat para murid dapat berbahasa asing dan orang asing pendengar mereka mengerti bahasa yang diucapkan oleh para murid. Dalam Injil Yohanes tidak ada hal itu.
▶ Dalam Kis. penerima Roh Kudus mendapat kuasa menjadi saksi. Dalam Injil Yohanes penerima Roh Kudus mendapat kuasa mengampuni.
Persamaan:
▶ Pencurahan Roh Kudus adalah awal pengutusan atau penugasan pemberitaan Injil.
▶ Tidak ada cerita orang-orang kesurupan sesudah menerima Roh Kudus seperti yang terlihat di Gereja aliran tertentu.
(08062025)(TUS)
📸 𝘙𝘪𝘺𝘢𝘺𝘢 𝘜𝘯𝘥𝘩𝘶𝘩-𝘜𝘯𝘥𝘩𝘶𝘩 GKJ SIDOMUKTI 2025