A. JEMAAT BERHIMPUN |
SAAT TEDUH
(Setelah saat teduh, dibunyikan lonceng genta / bel 3x dapat pula 1x)
Penjelasan:
Saat teduh dapat pula dimanfaatkan untuk doa pribadi. Saat teduh yang kemudian ditandai dengan lonceng genta atau bel 3x dilakukan setelah dilakukan doa di konsistorium, peribadatan akan dilakukan dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus, atau lonceng genta boleh bel 1x, peribatan akan dilakukan dalam nama Allah yang Esa (satu), syemaa. Setelah itu barulah pendeta, penatua, dan para pemimpin liturgi menuju pintu utama untuk melaksanakan prosesi.
(Jemaat berdiri)
PROSESI MASUK DENGAN NYANYIAN PROSESI
Penjelasan:
Prosesi adalah perarakan atau iring-iringan masuknya umat untuk menghadap Allah dalam kebaktian di awal kebaktian. Hal ini dilaksanakan dalam perarakan atau iring-iringan pelayan Firman, para pemimpin liturgi lainnya, para penatua/pendeta, dan para pelayan kebaktian (yang bukan pemimpin liturgi) ke ruang kebaktian. Dalam prosesi itu umat berdiri. Prosesi diiringi dengan nyanyian jemaat. Prosesi dilakukan dari pintu masuk utama, bukan dari arah samping mimbar.
Dalam kebaktian Minggu, urutan prosesi adalah sebagai berikut: penatua/pendeta (mewakili Majelis Jemaat) yang membawa Alkitab untuk diserahkan kepada pelayan Firman, pelayan firman, para penatua/pendeta, para pemimpin liturgi lainnya, dan para pelayan kebaktian.
Dalam kebaktian Peneguhan dan Pemberkatan Pernikahan, prosesi dilakukan juga bersama dengan kedua mempelai dan orang tua/wali mereka. Dengan mengacu kepada urutan prosesi dalam kebaktian Minggu, kedua mempelai diikuti oleh orang-tua/wali mereka berjalan di belakang pemimpin liturgi lainnya.
Catatan:
– Alkitab yang dibawa oleh penatua (yang mewakili Majelis Jemaat) adalah Alkitab Mimbar atau Evangeliarum. Dalam membawa Alkitab, sebaiknya penatua mengangkat Alkitab tersebut setinggi dada boleh di atas kepala sehingga dapat terlihat oleh jemaat.
VOTUM:
PL : “Pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan yang menjadikan langit dan bumi, yang kasih-setiaNya sampai selama-lamanya.”
J : (Menyanyikan) Amin, amin, amin
Penjelasan:
Votum adalah ungkapan “dalam nama Tuhan” (lihat Kol. 3:17) yang diucapkan oleh pemimpin liturgi. Ketika votum diucapkan, jemaat mengambil sikap tunduk.Votum dijawab umat dengan nyanyian “Amin.” VOTUM adalah gambaran seruan umat, yg hanya mengandalkan pertolongan Tuhan dalam hidup, yg digambarkan dalam liturgi atau peribadatan.
SALAM
PL : “Salam kasih karunia dan damai-sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai saudara sekalian.”
J : Dan menyertai saudara juga.
Penjelasan:
Salam disampaikan oleh pemimpin liturgi kepada umat, dan dibalas oleh umat kepada pemimpin liturgi. Gambaran Tuhan yang memberi Salam Damai Sejahtera, Tuhan menyambut seruan umat (VOTUM) dengan segera, bahwa Tuhan bereaksi atas seruan umat, Tuhan setia atas umat, Tuhan menjawab seruan umat. Dalam menyampaikan salam, pemimpin liturgi boleh mengangkat satu tangan (baik pendeta maupun bukan, karena siapa yg ada di mimbar itu sudah diserahi tugas sebagai imam). Jadi pemberian salam oleh pemimpin liturgi dibalas dengan ucapan “salam” dari umat.
(Jemaat duduk)
KATA PEMBUKA
PL : “…………………………… Marilah kita membaca nas pembimbing yang diambil dari ……………………. “ (ayat-ayat dibaca secara bergantian dengan umat jikalau dimungkinkan)
Penjelasan:
Fungsi Kata Pembuka adalah untuk menyampaikan informasi tentang tema, tahun gerejawi, lalu membacakan secara bergantian nas pengantar kebaktian yang sesuai dengan tema khotbah, ini bisa juga ditulis atau disebutkan INTROITUS, ayat yg menjadi dasar dari peribadatan atau khotbah. Ini gambaran bahwa setelah Tuhan memberi salam, maka Tuhan berkenan mrmberikan firman/sabdaNya yg akan digumulkan umat. Tujuannya agar umat lebih disiapkan untuk memahami makna seluruh kebaktian yang sedang berlangsung.
NYANYIAN JEMAAT
(Nyanyian yang sesuai dengan tema atau nas)
Penjelasan:
Fungsi dari nyanyian jemaat di tempat ini adalah nyanyian yang bersifat memuliakan, memuji dan mengagungkan nama Tuhan. Diharapkan nyanyian ini sesuai dengan tema atau nas pengantar kebaktian. Ini nyanyian pujian menyambut Tuhan yg sudah berkenan bersabda.
PENGAKUAN DOSA
PL : (berdoa)
Penjelasan:
Doa pengakuan dosa adalah doa pengakuan dosa di hadapan Allah yang mana umat mengakui segala keterbatasan, kelemahan, kepapaan, dan ketidaksempurnaan manusia dan gerejaNya dalam melakukan kehendak Allah. Gambaran Allah yg sudah setia pada umat, berkenan menjawab teriakan, vote, VOTUM bahkan memberi salam dan bersabda, umat menyadari ketidak layakannya atas kasih dan kesetiaan Allah yg besar.
NYANYIAN JEMAAT
(Nyanyian Pengakuan Dosa atau Kyrie)
Penjelasan:
Nyanyian pengakuan dosa pada prinsipnya merupakan pujian untuk menyatakan penyesalan dan permohonan untuk hidup dalam pertobatan, serta juga agar Tuhan mengaruniakan rahmat-Nya. Dalam nyanyian pengakuan dosa dapat menggunakan Kyrie (Tuhan kasihanilah), misalnya: KJ. 42-44, NKB. 24-29, PKJ. 48-50, 306. Nyanyian pernyataan pengakuan dosa.
(Jemaat berdiri)
BERITA ANUGERAH AMANAT HIDUP BARU
PL : (Membacakan ayat-ayat Alkitab, diakhiri dengan pernyataan: “Demikianlah berita Anugerah dari Tuhan”)
J : Syukur kepada Allah.
Penjelasan:
Berita Anugerah merupakan pernyataan anugerah pengampunan dosa yang dikaruniakan Allah terhadap umat yang didasarkan pada karya penebusan Kristus di atas kayu salib. Gambaran oleh karena sebetulnya manusia itu tidak layak dihadapan Allah, Allah berkenan menganugerahkan kelayakan tsb pada manusia. Karena manusia sudah dilayakan Allah, maka manusia harus bertanggung jawab bertobat dan memperbaharui hidup nya, maka dilanjutkan dg amanat hidup baru.
Catatan:
– Dalam kebaktian Minggu, Salam Damai dilakukan sesudah Berita Anugerah, sehingga tindakan bersalaman sebelum memasuki liturgi tidak perlu dilakukan lagi. Dasar teologisnya adalah tindakan rekonsiliasi dengan sesama, sebagaimana Allah telah mengampuni kesalahan kita.
– Dalam kebaktian Perjamuan Kudus, Salam Damai dilakukan sebelum pemecahan roti sebagai bentuk konkret dari bagian Doa Bapa Kami yang menyatakan: “Ampunilah kami seperti kami pun mengampuni orang yang bersalah kepada kami.”
NYANYIAN JEMAAT (Nyanyian Gloria)
Penjelasan:
Nyanyian Jemaat di sini merupakan nyanyian kesanggupan dari umat sebagai suatu sikap tekad iman untuk hidup benar sesuai dengan kehendak Allah. Itu sebabnya Nyanyian Jemaat di sini disebut pula Nyanyian Gloria, karena umat bersedia menyatakan komitmen imannya untuk memuliakan Allah dalam seluruh hidupnya. Penggunaan Nyanyian Gloria, misalnya KJ. 45-48, NKB. 30-31, 54; dan PKJ 51, 304. Di antara nyanyian “Gloria” tersebut jemaat diajak untuk mengucapkan “Salam Damai.” Arti dari salam damai adalah tindakan saling bersalaman di antara anggota jemaat sambil mengucapkan “Salam Damai” atau "Damai Kristus besertamu" kepada sesama anggota jemaat yang terdekat. Puji syukur atas anugerah kelayakan tsb. Salam damai juga menggambarkan keinginan umat untuk menanggapi berita anugerah dan amanat hidup baru, tidak saja keinginan berdamai dengan Allah telah disambut Allah tapi juga keinginan berdamai dg sesama, sbg amanat kasih. Bisa disimbolkan dg Pendeta/Pengkhotbah yg turun mimbar menyalami majelis kemudian majelis menyalami jemaat.
(Jemaat duduk)
B. PELAYANAN FIRMAN |
DOA PELAYANAN FIRMAN
PL : (Mengucapkan doa untuk mohon pertolongan Roh Kudus dalam pelayanan firman, dan diakhiri dengan: “Kami berdoa di dalam nama Tuhan Yesus Kristus”). Gambaran bahwa setelah berdamai dg Allah dan sesama maka kini umat siap dipenuhi Roh Kudus untuk menggumuli sabda Allah.
J : Amin
Penjelasan:
Doa pelayanan firman sebetulnya tidak terlalu tepat bila disebut epiklese, merupakan permohonan agar Allah mengaruniakan Roh Kudus-Nya, sehingga umat dapat menyambut dan memberlakukan firman Tuhan tersebut dalam kehidupan mereka sehari-hari. Secara bersengaja liturgi baptis injili tidak lagi menggunakan istilah “doa epiklesis” (kecuali dalam kebaktian tersebut dilaksanakan Sakramen). Karena Doa Epiklesis adalah doa permohonan agar Roh Kudus menerangi umat untuk mengerti makna sakramen Perjamuan Kudus atau sakramen Baptis. Jadi pada waktu pelaksanaan sakramen Baptis dan sakramen Perjamuan Kudus, doa pelayanan firman tersebut dapat disebut sebagai “doa epiklesis.” Nah ..... Loh.
PEMBACAAN ALKITAB
Bacaan Pertama (dari Perjanjian Lama)
PL : Bacaan diambil dari kitab ….. pasal…. ayat…. (kemudian membacakannya). Diakhiri dengan pernyataaan: “Demikianlah sabda Tuhan”
J : Syukur kepada Allah
Antar Bacaan/Mazmur Tanggapan
PL : Marilah kita menanggapi firman Tuhan tersebut dengan membaca dari kitab Mazmur pasal … ayat …. (kemudian membacakannya). Memang lebih tepat bila dinyanyikan, tapi tergantung sumber daya yg ada di gereja lokal.
Bacaan Kedua (dari surat-surat para rasul)
PL : Bacaan diambil dari …. pasal …. ayat…. (kemudian membacakannya). Diakhiri dengan pernyataan: “Demikianlah sabda Tuhan”
J : Syukur kepada Allah
Bacaan Ketiga (Injil)
PL : Bacaan diambil dari kitab Injil Tuhan Yesus Kristus menurut …. pasal …. ayat …. Diakhiri dengan pernyataan: “Demikianlah Injil Yesus Kristus. Berbahagialah mereka yang mendengarkan Firman Allah dan yang memelihara dalam kehidupannya. Haleluyah, atau Maranatha, atau Hosana”
J : (menyanyikan) Haleluyah (3x) atau Maranatha (3x) atau Hosana (3x) – (sesuai Tahun Gerejawi).
Penjelasan:
Pada bagian pembacaan Alkitab yang terdiri dari 4 bacaan ini sebaiknya dilakukan secara bergiliran dengan penatua dan anggota jemaat yang terpilih dan terlatih, mungkin kita sebut lektor, dan sebaiknya adalah seorang yang terlatih atau dilatih, sehingga mereka dapat membawa jemaat untuk mengerti maksud dari firman Tuhan yang dibacakan dengan teknik membaca Alkitab. Untuk bacaan III (pembacaan Injil) sebaiknya dibaca oleh pelayan firman/pendeta yang berkhotbah. Daftar pembacaan Alkitab dalam kebaktian Minggu mengikuti “Revised Common Lectionary” yang dapat diakses dari internet.
K H O T B A H
Penjelasan:
Khotbah merupakan pemberitaan firman Tuhan yang didasarkan pada kesaksian Alkitab yang adalah firman Allah. Untuk itu bahan khotbah leksionaris harus didasarkan dari penafsiran yang komprehensif (utuh) dari 3 pembacaan Alkitab, yaitu dari Bacaan I, II dan III. Dalam hal ini Komisi Rancangan Khotbah menerbitkan Rancangan Khotbah Leksionaris. Dalam RCL 𝘌𝘷𝘢𝘯𝘨𝘦𝘭𝘪𝘢𝘳𝘪𝘶𝘮 dan pemakluman Injil menegaskan maknanya sebagai simbol puncak kehadiran Kristus dalam Liturgi Sabda, itulah mahkota atau puncak liturgi leksionari bukan seperti liturgi calvinist yg bermahkota atau berpuncak pada khotbah atau homili, bahkan tafsir. Bacaan-bacaan dalam Liturgi Sabda menunjukkan bahwa sejarah keselamatan yang dimula dari Perjanjian Lama dilanjutkan pada bacaan kedua sampai akhirnya memuncak dalam diri Yesus Kristus, yang dimaklumkan dalam Injil. Dengan demikian 𝘌𝘷𝘢𝘯𝘨𝘦𝘭𝘪𝘢𝘳𝘪𝘶𝘮 dan pemakluman Injil menunjukkan Tuhan Yesus Kristus yang hadir, bersabda, dan berdialog dengan Gereja-Nya. Bacaan Injil yang bermakna simbol puncak kehadiran Kristus dalam Liturgi Sabda tidak dapat diganti oleh bacaan-bacaan lain, meskipun itu dari sumber-sumber spiritualitas (kisah-kisah orang suci, kisah-kisah inspiratif, dlsb.) atau lembaran-lembaran lepas seperti surat edaran pastoral. Kristus hadir melalui Liturgi Sabda. Itu sebabnya bacaan ekumenis (RCL) menyodor Kitab Injil untuk homili sebagai pusat. Mengapa Kitab Injil?Dalam RCL 𝘌𝘷𝘢𝘯𝘨𝘦𝘭𝘪𝘢𝘳𝘪𝘶𝘮 dan pemakluman Injil menegaskan maknanya sebagai simbol puncak kehadiran Kristus dalam Liturgi Sabda. Itulah kitab suci yg diangkat dalam perarakan sabda itu dianggap sebagai evangelirium (Injil) bukan Alkitab. Bacaan-bacaan dalam Liturgi Sabda menunjukkan bahwa sejarah keselamatan yang dimula dari Perjanjian Lama dilanjutkan pada bacaan kedua sampai akhirnya memuncak dalam diri Yesus Kristus, yang dimaklumkan dalam Injil. Dengan demikian 𝘌𝘷𝘢𝘯𝘨𝘦𝘭𝘪𝘢𝘳𝘪𝘶𝘮 dan pemakluman Injil menunjukkan Tuhan Yesus Kristus yang hadir, bersabda, dan berdialog dengan Gereja-Nya. Bacaan Injil yang bermakna simbol puncak kehadiran Kristus dalam Liturgi Sabda tidak dapat diganti oleh bacaan-bacaan lain, meskipun itu dari sumber-sumber spiritualitas (kisah-kisah orang suci, kisah-kisah inspiratif, dlsb.) atau lembaran-lembaran lepas seperti surat edaran pastoral.
SAAT HENING
(jemaat hening sejenak untuk meresapi firman Tuhan yang telah didengarnya ……)
Penjelasan:
Saat hening bertujuan memberi kesempatan umat untuk meresapi firman Tuhan yang telah didengarkan. Karena itu selama saat hening sebaiknya sama sekali tidak ada permainan alat musik, apalagi nyanyian dari Paduan Suara/Vokal Grup.
PADUAN SUARA
Penjelasan:
Paduan Suara pada prinsipnya merupakan nyanyian jemaat dan mengarahkan umat agar dapat memuliakan Allah dalam bentuk nyanyian selama kebaktian berlangsung. Karena itu fungsi Paduan Suara haruslah mendukung unsur-unsur liturgi. Apabila tema atau isi lagu dari Paduan Suara tersebut mendukung pemberitaan firman sebaiknya nyanyian tersebut dinyanyikan setelah khotbah dan saat hening. Tetapi apabila tema dan isi lagu sesuai dengan pengakuan dosa, sebaiknya dinyanyikan setelah doa dan nyanyian pengakuan dosa. Karena itu pemimpin paduan suara harus memelajari terlebih dahulu tema-tema khotbah, atau tujuan dari nyanyian yang akan dinyanyikan oleh Paduan Suara/Vokal Grup.
(Jemaat berdiri)
PENGAKUAN IMAN
PL : Marilah kita bersama dengan umat Allah di masa lalu, masa kini, dan masa depan mengingat Pengakuan iman pada janji baptisan kita menurut Pengakuan Iman Rasuli (Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel sebaiknya diucapkan pada Hari Raya Gerejawi).
PL+J : Aku percaya …….
Penjelasan:
Pengakuan iman merupakan pernyataan bersama umat untuk mengingat kembali janji baptis-sidi yang pernah diikrarkan. Karena itu pengakuan iman dinyatakan dengan berdiri tegak dan khidmat. Pengakuan iman juga gambaran ikrar hidup kita dalam terang teladan Kristus, tiap mengucap pengakuan iman itu kita bercermin, sudahkah "aku percaya ...." terwujud nyata dalam hidupku.
(Jemaat duduk)
DOA UMAT DAN SYAFAAT
PL : (mengajak jemaat menaikan doa-doa syafaat, dan diakhiri dengan doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, yaitu “Doa Bapa Kami”)
Penjelasan:
Doa syafaat merupakan perwujudan imamat am orang percaya dalam bentuk doa umat yaitu untuk mendoakan pergumulan dunia agar Allah memulihkan segala yang rusak, sehingga kasih, keadilan dan kebenaran-Nya dapat dinyatakan dan diberlakukan dalam kehidupan umat. Selain itu Doa Umat juga berfungsi untuk mendoakan agar umat diberi kekuatan dan penghiburan di tengah-tengah pergumulan mereka. Dalam hal ini doa syafaat tidak dapat digantikan oleh Doa Bapa Kami. Sebaiknya setelah doa syafaat, umat diajak untuk menaikkan Doa Bapa Kami. Doa Umat ditujukan pada pergumulan didalam persekutuan dan doa syafaat ditujukan untuk pergumulan di luar persekutuan, sebagai bagian dari dunia. Doa Bapa Kami, sebagai penutup doa umat dan syafaat bisa dinyanyikan. Doa Bapa Kami mempunyai tempat yg khusus dalam liturgi sebagai doa yang diajarkan Yesus langsung. Doa Bapa Kami menjadi cermin akan hidup tiap orang Kristen seperti halnya Pengakuan Iman Rasuli, tiap Doa Bapa Kami dilambungkan seharusnya setiap orang Kristen akan bertanya dalam hati akan hidupnya selama ini. Maka, Doa Bapa Kami menjadi inspirasi dari semua doa umat Kristen termasuk doa umat dan syafaat.
C. PELAYANAN PERSEMBAHAN
NAS PERSEMBAHAN
PL : (mengajak jemaat dengan nas anjuran persembahan)
Penjelasan:
Nas persembahan merupakan ajakan persembahan agar umat memahami dalam mengungkapkan rasa syukur atas pemeliharaan, kasih dan anugerah Allah di dalam kehidupan mereka. Nas ini mengajak umat untuk bersyukur tidak saja atas sabda yg sudah diterima, tapi atas anugerah karya Allah dalam hidup umat.
NYANYIAN JEMAAT
(Anggota Jemaat menyanyikan Nyanyian Persembahan dua bait, setelah itu para pelayan/kolektan mengumpulkan persembahan)
Penjelasan:
Dalam nyanyian persembahan ini, umat menyatakan sukacita dan syukur kepada Allah. Karena itu bentuk nyanyian persembahan mencerminkan dan mengungkapkan sukacita dan ucapan syukur umat atas apa yang sudah Tuhan beri dalam hidup kita.
(Jemaat berdiri)
DOA PERSEMBAHAN
PL : (mengucapkan doa persembahan yang diakhiri dengan pernyataan “Kami berdoa di dalam nama Tuhan Yesus Kristus”).
J : Amin
Penjelasan:
Sikap jemaat berdiri ketika kantong-kantong persembahan dibawa ke depan mimbar. Hal ini menjadi tanda bahwa umat percaya yang mengantarkan persembahannya kepada Tuhan. Setelah itu umat diajak untuk menaikkan doa. persembahan.
Catatan:
Khusus pada waktu melaksanakan sakramen Perjamuan Kudus, selain kantong-kantong persembahan di bawa ke depan mimbar, para penatua juga membawa alat-alat sakramen Perjamuan Kudus untuk diserahkan kepada Pendeta selaku pemimpin liturgi kebaktian. Jadi urutan prosesinya sebagai berikut: penatua yang membawa alat-alat sakramen Perjamuan Kudus, kemudian barulah para petugas yang membawa kantong persembahan.
D. PENGUTUSAN dan BERKAT |
NYANYIAN JEMAAT (Nyanyian Pengutusan)
Penjelasan:
Setelah doa persembahan umat tidak perlu diajak kembali menyanyikan Nyanyian Persembahan. Sebab setelah doa persembahan, umat yang masih di dalam posisi berdiri diajak untuk menyanyikan Nyanyian Pengutusan. Tema Nyanyian Pengutusan sedapat mungkin mencerminkan tema pemberitaan firman sehingga jemaat didorong dan dimotivasi untuk mengingat dan melakukan firman Tuhan tersebut di dalam kehidupan mereka sehari-hari.
PENGUTUSAN
PL : Arahkanlah hatimu kepada Tuhan
J : Kami mengarahkan hati kami kepada Tuhan
PL : Jadilah saksi Kristus
J : Syukur kepada Allah
PL : Terpujilah Tuhan
J : Kini dan selamanya
Penjelasan:
Amanat Pengutusan merupakan panggilan kepada umat untuk mengarahkan hati mereka kepada Tuhan sebagai saksi-saksi Kristus yang berkomitmen dengan tugas panggilannya di dalam dunia ini. Pengutusan adalah simbol bahwa setelah selebrasi ritual harus dilanjutkan dg ibadah aksi, yang nyata dalam hidup umat.
BERKAT
PL : (mengucapkan berkat dari Rom. 15:13, atau dari: Bil. 6:24-26)
J : (menyanyikan) Haleluyah (5x), Amin (3x) atau Maranata (5x), Amin (3x)atau Hosana (5x), Amin (3x) – (sesuai Tahun Gerejawi).
Penjelasan:
Berkat pada akhir kebaktian diucapkan oleh pemimpin liturgi yang adalah pendeta dengan mengangkat kedua tangannya. Pemimpin liturgi yang tidak/belum berjabatan pendeta mengucapkan berkat dengan mengganti kata ganti orang kedua, yaitu “kamu/engkau” dengan kata ganti orang pertama “kita” tanpa disertai tindakan mengangkat tangan. Berkat di akhir ibadah atau ritual selebrasi merupakan juga semacam restu bagi umat untuk berani menghadapi tantangan dalam ibadah aksi pada kehidupan nyata.
SAAT TEDUH
(Setelah saat teduh, bel dibunyikan 3x)
WARTA LISAN (dapat dilakukan sebelum atau sesudah kebaktian) terserah gereja lokal
PROSESI KELUAR
Catatan:
- Sikap umat untuk berdiri dan duduk selama kebaktian berlangsung dilakukan secara spontan tanpa ajakan dari Pemimpin Liturgi.
- Tanggapan/respons umat sebagaimana dinyatakan dalam bentuk rumusan liturgi dilakukan spontan.
- Mimbar utama memiliki fungsi untuk pemberitaan firman Tuhan. Karena itu pemimpin liturgi yang bertugas dalam kebaktian seperti membaca Bacaan I, Antar Bacaan, Bacaan II, Pengakuan Iman Rasuli/Konstantinopel, Nas Persembahan, Doa Persembahan tidak menggunakan mimbar utama, tetapi mereka menggunakan mimbar lain yang umumnya lebih kecil.