Rabu, 27 Agustus 2025

Sudut Pandang ๐—™๐˜‚๐—ป๐—ฑ๐—ฎ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐˜๐—ฎ๐—น๐—ถ๐˜€๐—บ๐—ฒ ๐—ฑ๐—ถ ๐—šereja

Sudut Pandang ๐—™๐˜‚๐—ป๐—ฑ๐—ฎ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐˜๐—ฎ๐—น๐—ถ๐˜€๐—บ๐—ฒ ๐—ฑ๐—ถ ๐—šereja

Pemuda Gereja merupakan lahan subur untuk ditanami benih fundamentalisme. Pengibar fundamentalisme sangat memahami ini. Studi saya mengenai pengaruh fundamentalisme terhadap warga muda Gereja lebih daripada dua dasawarsa lalu masih tetap relevan. 

Fundamentalisme berawal dari gerakan kelompok Kristen yang anti-moderninasi pemikiran Kristen di AS pada awal abad ke-20. Mereka mencetak dan menyebarkan buklet yang berisi lima dalil fundamental iman Kristen. Buklet itu diberi judul ๐˜›๐˜ฉ๐˜ฆ ๐˜๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ญ๐˜ด. Orang-orang Kristen yang tidak mencitrakan lima dalil fundamental itu bukanlah Kristen sejati. Dalam perjalanannya hanya satu dalil yang dominan sampai sekarang yaitu ketiadasalahan Alkitab atau ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ค๐˜บ ๐˜ฐ๐˜ง ๐˜ต๐˜ฉ๐˜ฆ ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ฃ๐˜ญ๐˜ฆ.

Curtis Lee Laws, seorang redaktur pada ๐˜›๐˜ฉ๐˜ฆ ๐˜ž๐˜ข๐˜ต๐˜ค๐˜ฉ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜Œ๐˜น๐˜ข๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜ณ, sebuah surat kabar dari kelompok Baptis, pada 1920 mengenakan istilah fundamentalis kepada kelompok Kristen di atas dan fundamentalisme sebagai aliran yang diusung oleh kelompok itu. Pada mulanya Laws mengenakan istilah itu untuk mengolok-olok kelompok tersebut. Sejalan dengan waktu olok-olok dari Laws itu digunakan oleh teolog, Gereja, dan bahkan kalangan di luar Gereja untuk orang atau kelompok (fundamentalis) yang secara selektif memilih teks-teks Kitab Suci untuk menjalankan ideologi mereka (fundamentalisme).

Fundamentalisme kemudian melahirkan aliran evangelikal dengan aneka variannya. Juga di AS. Aliran ini menyebar keluar dari AS termasuk ke Indonesia. Di Jakarta dapat kita lihat Gereja fundamentalis yang selalu mendaku paling reformed. Gereja ini sukses menanamkan benih fundamentalisme dan membuat banyak warga Gereja arus-utama menjadi pengikut. Umat awam secara sederhana dapat mengukur watak fundamentalistik Gereja itu dengan membaca pengakuan iman mereka mengenai Alkitab: ๐˜’๐˜ข๐˜ฎ๐˜ช ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ค๐˜ข๐˜บ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ธ๐˜ข ๐˜ˆ๐˜ญ๐˜ฌ๐˜ช๐˜ต๐˜ข๐˜ฃ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ด๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜จ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ญ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ข๐˜ซ๐˜ข๐˜ณ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข, ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ด๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ญ-๐˜ฉ๐˜ข๐˜ญ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ต ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ซ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ช๐˜ญ๐˜ฎ๐˜ถ.

Oleh karena fundamentalisme menyebar ke banyak tubuh Gereja, maka fundamentalisme itu jamak. Martin E. Marty mencandra sekurang-kurangnya ada tiga jenis fundamentalis: ๐—น๐—ถ๐˜๐—ฒ๐—ฟ๐—ฎ๐—น๐—ถ๐˜€, ๐˜๐—ฒ๐—ฟ๐—ผ๐—ฟ๐—ถ๐˜€, dan ๐—ฎ๐—ธ๐˜๐—ถ๐˜ƒ๐—ถ๐˜€ ๐—ฝ๐—ผ๐—น๐—ถ๐˜๐—ถ๐—ธ. Ketiga jenis fundamentalis tersebut dapat berdiri sendiri dan dapat juga gabungan ketiganya sekaligus dalam diri seseorang atau secara kelompok. Meskipun fundamentalisme itu jamak, tetap saja bertemu di muara yang sama: ๐˜€๐—ฒ๐—น๐—ฒ๐—ธ๐˜๐—ถ๐—ณ ๐—บ๐—ฒ๐—บ๐—ถ๐—น๐—ถ๐—ต ๐˜๐—ฒ๐—ธ๐˜€-๐˜๐—ฒ๐—ธ๐˜€ ๐—ž๐—ถ๐˜๐—ฎ๐—ฏ ๐—ฆ๐˜‚๐—ฐ๐—ถ ๐˜‚๐—ป๐˜๐˜‚๐—ธ ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐—ท๐—ฎ๐—น๐—ฎ๐—ป๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ถ๐—ฑ๐—ฒ๐—ผ๐—น๐—ผ๐—ด๐—ถ ๐—บ๐—ฒ๐—ฟ๐—ฒ๐—ธ๐—ฎ.

Fundamentalisme adalah isu ekumenis, masalah bersama (lih. Hans Kรผng & Jรผrgen Moltmann (๐˜ฆ๐˜ฅ๐˜ด.), ๐˜๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ญ๐˜ช๐˜ด๐˜ฎ ๐˜ข๐˜ด ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜Œ๐˜ค๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ช๐˜ค๐˜ข๐˜ญ ๐˜Š๐˜ฉ๐˜ข๐˜ญ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฆ. London: SCM Press, 1996). Gereja-gereja arus-utama sudah sejak lama mendapat serangan fundamentalisme. Banyak warga eksodus ke Gereja-gereja berwatak fundamentalistik. Lebih banyak lagi warga yang terjangkiti fundamentalisme menetap di Gereja-gereja arus-utama. Gereja-gereja arus-utama ada yang menanggapi dengan cerdas, ada yang defensif, ada yang tidak peduli. Bagaimana dengan GKI? 

Kala itu Pdt. Eka Darmaputera sangat sibuk meyakinkan pendeta-pendeta di GKI bahwa fundamentalisme itu ada dan nyata sudah masuk ke dalam tubuh GKI. Para pendeta diminta oleh Pak Eka untuk membuat langkah cerdas dalam menanggapi serangan fundamentalisme. Dalam kenyataan ada cukup banyak pendeta yang justru menangguk untung dari fundamentalisme karena pengikut fundamentalisme menyembah mereka.

Pengalaman saya mengajar anak-anak muda untuk lebih berani mengembara di dalam Kitab Suci lewat penghampiran kritis-naratif menjadi pengalaman menarik. Mereka menyadari bahwa makin kritis terhadap teks, mereka makin banyak menemukan makna baru yang tidak pernah habis digali. Pengajaran sikap kritis terhadap iman sendiri justru membuat anak-anak muda antusias guna mengubah paradigma mereka dalam berwawasan hidup lebih bermaslahat di negara yang sarat aneka suku. 

Menanggulangi fundamentalisme di kalangan warga muda justru dengan mengajak mereka berpikir kritis untuk beriman secara dewasa, bukan kanak-kanak bertubuh orang dewasa. Bukankah Yesus sudah memberi perintah untuk mencintai Allah dengan segenap akal-budi? Pdt. Eka Darmaputera memarafrasekannya secara jitu: Beragamalah dengan akal sehat! Dan ini menjadi motto saya dalam menulis SUDUT PANDANG.

(28082025)(TUS)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...