Teriakan keras atas Negara Israel, Karena menentang keras penindasan dan ketidakadilan yang dilakukan pemerintah Israel terhadap bangsa Palestina. Penolakan itu sesuai dengan amanat Konstitusi. Memang, bangsa kita bersikap tegas menentang semua bentuk penjajahan dan penindasan terhadap bangsa mana pun. Ini jelas! Tetapi tunggu dulu, idealisme tanpa memperhitungkan strategi dan konteks sosial-politik yang ada adalah ilusi. Oleh karena itu idealisme politik itu harusnya diimplementasikan secara realistis dan kontekstual. Indonesia mendukung lahirnya negara Palestina, tetapi juga mendukung eksistensi negara Israel. Posisi Indonesia jelas: two state solution. Indonesia tidak berat sebelah dalam memihak mana pun. Sikap “Two State Solution” menunjukkan Indonesia berupaya merangkul keduanya. Indonesia memihak keadilan dan perdamaian bagi kedua bangsa. Idealisme politik diimplementasikan secara realistis-kontekstual. Indonesia kokoh memperjuangkan sikap ini dalam event bilateral maupun multilateral. Mantap sekali! Sayangnya beberapa politisi mengacaukan posisi politik ini. Sikap mereka yang menentang atau membela salah satu pihak, bertentangan dengan politik Indonesia yang realistis dan kontekstual tadi. Penolakan ini sangat emosional. Sikap ini merupakan pemaksaan idealisme politik yang tidak realistis dan tidak kontekstual. Bila sikap beberapa politisi dengan idealisme yang rigid tadi mau sungguh diterapkan inilah yang akan terjadi. Indonesia pasti memutuskan hubungan bilateral dengan Rusia karena negara ini menyerang Ukraina. Indonesia pasti akan melarang delegasi dan olahragawan Amerika Serikat datang sini karena Amerika Serikat menyerang dan menghancurkan Irak. Seharusnya Indonesia memutuskan hubungan bilateral dengan Burma karena negara ini menindas etnik Rohingya. Indonesia juga harus memutuskan hubungannya dengan Arab Saudi karena negara ini menyerang negara Yaman Utara. Daftar ini masih bisa diperpanjang lagi… Politik ‘rabun mata’ dan rigid telah merusak Indonesia.
Mengamati sikap Indonesia terhadap Israel itu sudah lama Orang Indonesia itu tidak banyak mengetahui secara detail tentang Israel, jadi yang sesungguhnya sikap kita itu lebih Palestina ketimbang Palestina sendiri kenapa? seperti saya katakan tadi, kita tidak ngerti sejarah geopolitiknya tapi nyolot seakan bener sendiri, jadi ini lebih Palestina ketimbang Palestina. kita sepakati dulu bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa termasuk bangsa Palestina tetapi dalam kasus Israel Palestina itu memang cukup rumit ya Jadi pertama sekarang kita melihat dulu sejarahnya Kenapa banyak negara-negara berkembang itu mendukung perjuangan Palestina, melihat geopolitik dari tahun-tahun itu tahun 1940-an bahkan sebelumnya karena begini posisinya ya ketika itu kan perang dunia pertama perang dunia pertama itu Inggris berhadapan dengan Jerman jadi Inggris dan sekutunya Inggris Amerika dan sekutunya berhadapan dengan Jerman, Jerman itu dibantu sekutunya termasuk adalah Turki akhirnya perang dunia pertama itu kan dimenangkan oleh Inggris dan sekutunya, otomatis Turki sebagai pihak yang kalah, Jerman sebagai pihak yang kalah, dia harus menyerahkan wilayahnya, wilayah yang dimaksud di sini antara lain adalah Palestina dan Palestina itu termasuk wilayah jajahan Turki, pada saat perjuangan perang dunia pertama itu, sebetulnya baik orang-orang Arab yang tinggal di wilayah tanah suci atau Palestina itu mendukung perjuangan Inggris, begitu juga orang-orang Yahudi, sejak awal abad 19 munculnya gerakan zionisme Theodore yang sangat menginspirasi perjuangan orang-orang Yahudi untuk kembali ke tanah suci yang disebut Aliyah dan itu juga sama-sama mendukung Inggris, karena baik orang Israel melalui gerakan zionisme maupun orang Arab yang tinggal di Palestina itu sama-sama mendukung Inggris, semangat ketika Inggris menang, ya otomatis dia mendapatkan kompensasi ketika kemenangan itu, maka tahun 1917 Inggris mengeluarkan yang namanya deklarasi, itu di sepakati bahwa ada disetujui negara yang ini di holyland atau di tanah suci, nah kemudian banyak dari negara-negara Arab waktu itu, menolak tentang eksistensi negara Yahudi di tanah suci. Kemudian pada tahun 1937 itu Komisi lotville menyetujui tentang adanya dua negara dalam satu wilayah dalam koe eksistensi damai yaitu di wilayah tanah suci, lalu dibagilah holyland itu menjadi mana yang wilayah Palestina 50% Mana yang wilayah Yahudi 50%, yahudinya setuju, tapi orang-orang Arab itu memprovokasi Palestina, mereka tidak setuju dengan hadirnya negara Yahudi di tanah suci. Kemudian pada tahun 1947 yaitu PBB mengeluarkan resolusi 188 yang mengulang lagi solusi dua negara dalam koe eksistensi damai di wilayah tanah suci. nah sekali lagi negara-negara Arab juga menolak, tetapi kemudian Israel mencuri start, dia memproklamirkan kemerdekaannya sendiri setahun setelah itu 1948, akhirnya terjadi perang kemerdekaan itu dan ketidakpuasan berlanjut terus sampai munculnya perang tahun 67, kemudian perang tahun 73, dan konstalasinya terus berubah, akibat kekalahan perang tadi maka wilayah yang dulu 50% Palestina 50% Israel itu kemudian dikuasai Israel, karena Israel pemenang perang, nah tetapi perkembangan selanjutnya itu kan menarik ya, Misalnya wilayah ini, akhirnya dikembalikan ke Mesir, setelah itu damai.
Nah sekarang itulah perkembangannya jadi konstansi politik pada waktu itu memang berbeda dengan sekarang, jadi geopolitiknya sudah berubah, Indonesia saat itu mendukung Palestina, Ya jelas karena sama, Indonesia ya melihat bahwa Inggris dan sekutunya itu adalah imperialis, tapi persoalannya kan gini, persoalannya yang namanya negara Palestina itu tidak pernah eksis sebelum itu, jadi Palestina itu adalah wilayah Turki, yang Kesultanan Turki sebagai wilayah jajahan juga dan ketika Turki kalah perang itu kemudian diserahkan kepada Inggris. nah ini cukup menarik, bahwa Israel masa kini, tidak sama atau bukan Israel yg ditulis dalam Alkitab, coba tadi amati perjalanan sejarah Israel masa kini. Tapi memang bangsa ini perlu belajar bahwa eksistensi Israel itu sudah dikenal di dalam prasasti Firaun meren peta atau menernepta tahun 1265 sebelum masehi, itu artinya sumber-sumber sejarah di luar tanah itu memang eksis, kemudian muncullah peristiwa eksodus Nabi Musa dengan Harun dan itu dicatat dalam kitab-kitab Suci baik itu tanakh yang oleh orang Kristen diterima sepenuhnya sebagai perjanjian lama maupun kitab suci Alquran, Israel itu Eksis artinya pernah sebagai kerajaan yang berjaya di tanah suci selama monarki Israel Raya kira-kira tahun 1000 sebelum masehi dari zaman Raja Saul, Raja Daud dan Raja Salomo, kemudian Dua kerajaan ini kan terpecah menjadi dua, pasca kematian Raja Salomo yaitu kerajaan Utara yang didirikan oleh yerubiam sebetulnya itu memisahkan diri dari Kerajaan induknya yaitu kerajaan Israel raya yang pusatnya di Yerusalem, lalu kerajaan Israel ini yang berpusat di Tirsa kemudian nanti di Samaria, itu didukung oleh 10 suku, sementara yang di sebelah Selatan yang induknya itunya didukung oleh dua suku yaitu Yehuda dan Benyamin, rajanya putranya Salomo yaitu rahabean kerajaan di utara ini bertahan sampai tahun 722, sebelum mereka ditawan ke ashur, bangsa asur, sementara kerajaan yang di Selatan yang pusatnya di Yerusalem itu bertahan sampai tahun 586 sebelum masehi, lalu dibuang ke Babel, melalui dekrit dari Kores Agung tahun 539 (Persia), oleh Yesaya, Koresh ini disebut sbg Mesias, Krn menyelamatkan Israel (jadi ada Mesias lain selain Yesus), mereka kembali ke tanah suci karena berdasarkan catatan kitab suci, Alkitab dalam hal ini, maupun prasasti-prasasti yang sejaman misalnya silinder Polres Agung yang memuat tentang putusan atau Katakanlah deklarasi HAM yang pertama ini dari koresh agung raja Persia, itu sampai kemudian bangsa-bangsa yang dulu ditawan Babel itu kembali ke negara masing-masing bahkan diberikan hak untuk mendirikan rumah ibadah bagi Agama masing-masing, termasuk Israel maka didirikanlah Bait Suci di Yerusalem, masuklah kemudian zaman Persia, ya Ada Ratu ester, mordhekai menghadapi kejahatan Haman misalnya, kemudian setelah itu berada di dalam dua kekuasaan Yunani yang pertama pasca Alexander Agung menaklukkan Timur Tengah, di Alexandria Mesir ada penguasa selogia seloukid yang ada di Syria, nah dulunya hubungan antara Israel dan bangsa lain termasuk Yunani baik-baik saja sampai kemudian muncul zamannya antiokus 4 evipanese dimana Bait Suci bangsa Yahudi itu dilecehkan dengan memasang namanya patung sius dan diberikan persembahan babi persembahan yang menurut hukum Yahudi yang disebut hukum Imamat pasal 11 itu bukan binatang yang layak. Nah itulah akhirnya, maka Sejak saat itu mulai terjadi orang peningkatan alergi terhadap babi. Padahal yang yang dilarang dalam tradisi Yahudi Bukan hanya babi, unta juga dilarang, cumi-cumi juga dilarang, semua ikan yang tidak bersisik juga dilarang, termasuk ya ikan patin yang enak itu, ikan lele yg enak juga, semua dilarang itu. Sampai kemudian kerajaan ini menang, raja yang berkuasa pada dinasti khas munaim itu, yang pertama kali Yudas makabe, di zaman interprestamental ini, kemudian masa itu muncul sektor Yahudi antara lain yang disebut klan saduki, klan parisi, dsb sampai kemudian kerajaannya kembali ditundukkan oleh Roma, kemudian Herodes Agung sebagai turunan orang Edom (trah Esau), ibunya orang nabatian(Arab) keturunan Ismail Putra Abraham, itu kemudian masuk agama Yahudi dan dijadikan Raja Yahudi, Israel berada dalam penindasan, muncullah zaman Yesus setelah zaman Yesus, kemudian muncul perang Yahudi pertama antara tahun 66 masehi sampai tahun 70, akhirnya dihancurkan oleh Jenderal Titus (bukan aku loh ..... Wk .... Wk), perang Yahudi pertama berlalu, kemudian orang-orang selot ya kelompok garis-garis keras Parisi ini Memulai pemberontakan lagi pada tahun 132 sampai tahun 135, mereka sempat punya kerajaan dan menang perang bersama melawan Romawi, itu nah hanya antara sekitar 4 tahun saja 132 sampai 135, kemudian Kaisar Adrianus meluluh lantakkan Yerusalem kembali, maka barkoba yang diproklamirkan sebagai Mesias Yahudi oleh rabia Kiba itu terbunuh, akhirnya bangsa Yahudi terserak- serak di seluruh dunia. lalu ini kebijakan yang penting nama eret/Israel/tanah Israel atau Midadh Israel/ negara Israel harus diganti, Selama ada kata Israel itu akan membangkitkan pemberontakan, nama Israel kemudian digantikan dengan Syria Palestina. Mengapa? karena tahu psikologinya orang Israel, filistin Palestina lama bukan Palestina sekarang ini, itu musuh bebuyutannya Israel. Makanya, dengan dinamakan nama musuhnya itu kan menimbulkan sakit hati yang luar biasa, provinsi Yehuda digabungkan dengan provinsi siria namanya Syria Palestina, sementara nama Yerusalem itu diganti dengan Alia kapitulina dan kota Yerusalem itu, di persembahkan kepada dewa Yupiter. nah saat itu kemudian Israel diganti dengan nama Palestina dan tulisan-tulisan seperti Unus kemudian dan banyak sejarawan Romawi dan Yunani tidak lagi akrab dengan kata Israel tapi kata Palestina yang kemudian menjadi entitas. wilayah yang kemudian pada zaman Islam dihuni suku-suku Arab atau orang-orang Arab sampai zaman sekarang, kemudian tidak ada satu bangsa di muka bumi ini yang kehilangan tanah air selama 2000 tahun tapi tidak pernah terputus Harapan itu, selama 2000 tahun, ya orang Israel ini beragama Yahudi, setiap kali perayaan Paskah, mereka selalu mengatakan tahun ini kita di sini, masih di Irak, di London, di Rusia, tapi dia punya keyakinan bahwa tahun depan, kita di Yerusalem, itu bergema selama 2000 tahun, makanya dalam lagu kebangsaan Israel yang namanya hatifah itu kan digemakan "dia rindu Sion selama 2000 tahun, dia selalu memandang ke timur, dia ingin punya tanah air di negeri sendiri di Sion dan di Yerusalem". sementara nama Palestina itu tidak pernah eksis sebagai sebuah negeri, sebuah negara, tidak benar kalau nama Palestina itu diberikan oleh kaisar hadrianus, nah pertanyaan berikutnya adalah Apakah Palestina yang sekarang ini sama dengan filistin dalam kitab suci? tentu tidak sama karena nama Palestina itu sejak tahun 135 itu hanya menunjuk wilayah teritorial dan wilayah yudea yang dipersatukan, akhirnya disebut Syria Palestina, ketika kemudian orang-orang Arab setelah zaman Islam itu menghuni tempat yang sama itu, maka mereka menyebut diri "kami ini bangsa Palestina" artinya bukan filistin yang lama itu, maka kita orang Kristen juga tidak boleh mengutuk Palestina karena banyak sekali rakyat Palestina juga beragama Kristen begitu juga di negara Israel ada banyak orang Arab ya 18% penduduk Israel itu beragama Islam. Jadi, artinya ini bukan konflik agama sama sekali, maka harapan saya, tentu Indonesia tidak usah terlalu jauh masuk dalam konflik negara lain tetapi bahwa seperti di awal bahwa kemerdekaan itu hak segala bangsa dan untuk itu kita sepakat hanya artinya jangan kontra produktif, seharusnya Palestina berusaha dengan cara yang lebih, apa ya .... kayak Indonesia gitu yang lebih sistematis, yang lebih terukur, seperti dulu Indonesia itu, kan saat Konferensi Meja Bundar, Perjanjian Renville itu kan wilayahnya berubah-ubah, bahkan Kita pernah hanya punya wilayah Jawa dan Sumatera saja, tapi karena kejujuran diplomasi maka kita bisa akhirnya meraih wilayah seluruh Indonesia sekarang ini. kalau Indonesia benar-benar menjadi negara non-blok, ya suaranya untuk dua-duanya dong, baik Israel maupun Palestina, geopolitik kita sudah berubah, dahulu negara-negara Arab itu kan musuhnya Zionis/Israel tapi sekarang ini, negara Arab bermasalah dengan Iran. Makanya, sekarang malah negara Arab bersahabat dengan Israel, sekarang ini Arab Saudi bergandengan tangan dg Israel, sementara Kita orang Indonesia tidak mengikuti perkembangan geopolitik yang baru, saya kira itu yang saya prihatinkan, jangan sampai ini jadi alat politik karena menjelang tahun 2024 Bagaimana bangsa kita bisa bersikap supaya agar Citra Bangsa juga tidak tercoreng di mata dunia internasional Terima kasih Tuhan Yesus memberkati
04.04.2023, Cepogo (TUS)