Isu mengenai apakah penyaliban Yesus merupakan rencana Allah atau rencana Iblis kembali ramai diperbincangkan di kalangan Kristen, khususnya para apologet di Indonesia. Pertanyaan klasik ini kembali mencuat di media sosial dan memicu berbagai perdebatan.
Menanggapi hal ini, Prof. Pdt. Joas Adiprasetya, Th.D, memberikan penjelasan teologis yang lebih luas. Menurutnya, perdebatan publik sering kali terjebak pada pola pikir either-or, seolah-olah harus memilih apakah penyaliban Yesus semata-mata rencana Allah atau murni rencana Iblis. Padahal, Alkitab sendiri menampilkan teks-teks yang mendukung kedua sisi.
“Lukas 22:3-4 dan Yohanes 13:2 menunjukkan bahwa Iblis memang terlibat dalam rencana penyaliban. Namun, di sisi lain, Yesaya 53:10 dan Kisah Para Rasul 2:23 menegaskan bahwa Allah sendiri merencanakan hal itu,” jelasnya.
Untuk memahami kerumitan ini, Pdt. Joas mengajak melihat penyaliban Yesus melalui lensa teologi klasik. Ia mengacu pada konsep empat causa dari Thomas Aquinas, yakni causa materialis, formalis, efficiens, dan finalis.
○Causa materialis: bahan yang dipakai dalam penyaliban, seperti kayu dan paku.
○Causa formalis: bentuk hukum Romawi yang menjatuhkan hukuman salib.
○Causa efficiens: pihak-pihak yang membuat penyaliban terjadi, seperti Iblis, Yudas, prajurit Romawi, bahkan Allah
○Causa finalis: tujuan akhir, yakni rencana keselamatan Allah.
Dengan kerangka ini, Pdt. Joas menjelaskan bahwa Iblis dan Yudas bisa dipahami sebagai penyebab efisien sekunder (causae efficientes secundae), sementara Allah adalah penyebab utama (causa efficiens prima) yang terhubung dengan tujuan final, yaitu keselamatan umat manusia.
Meski demikian, Pdt. Joas menegaskan bahwa pendekatan ini bukan tanpa kelemahan. Ia mengangkat sejumlah pertanyaan teologis yang masih terbuka untuk didiskusikan, misalnya: Apakah Allah memilih salib dan bukan jenis hukuman lain sebagai jalan keselamatan? Apakah ini berarti Allah melakukan kekerasan ilahi? Bagaimana keterlibatan Tritunggal dalam peristiwa salib? Dan, apa dampaknya bagi sikap umat Kristen terhadap kekerasan di masa kini?
Selain itu, Pdt. Joas juga menyinggung usulan beberapa teolog Katolik yang menyebut rencana Allah sebagai causa transcendens, atau melihat salib sebagai causa exemplaris, sebuah contoh yang melahirkan karya pengurbanan lainnya.
Sebagai rujukan, ia menyarankan dua buku penting: Crucifixion: Understanding the Death of Jesus Christ karya Fleming Rutledge, dan Saved from Sacrifice karya S. Mark Heim.
“Bagi saya, ini bukan soal ikut nimbrung dalam perdebatan, melainkan menjawab pertanyaan warga jemaat dengan kerangka teologis yang lebih luas dan mendalam,” pungkasnya.
04052025 (TUS)