PENGANTAR
analisa kritis tafsir terkait konteks, tradisi, dan budaya Israel khususnya soal padang pasir dalam Perjanjian Lama serta kaitannya dengan perjalanan 40 tahun bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan, ternyata dapat menjembatani makna tafsir Lukas 18:9-14, Konteks Budaya dan Tradisi Israel di Padang Pasir, Padang pasir bukan hanya wilayah fisik tapi juga simbol penderitaan, ujian, dan pembentukan karakter umat Israel. Perjalanan 40 tahun di padang pasir menunjukkan proses pemurnian, pembentukan identitas bangsa pilihan (Israel) dalam hubungan dengan Allah. Dalam tradisi, padang pasir adalah tempat refleksi rohani, penyerahan diri dan pengalaman langsung dengan Allah (misal: Musa, Elia). Makna Perjalanan 40 Tahun Menuju Kanaan. Perjalanan panjang ini merepresentasikan proses pertumbuhan iman dan ketergantungan total pada Allah sebagai penyedia dan pelindung. Padang pasir adalah sekolah iman yang mengajarkan ketekunan, pengharapan, dan kerendahan hati meski menghadapi keterbatasan dan tantangan. Proses ini juga menunjukkan hukuman dan kasih Allah; karena ketidakpercayaan awal, generasi lama mati di padang pasir dan generasi baru yang dipersiapkan masuk ke tanah perjanjian, melambangkan secara sastra adanya perubahan dari hidup lama ke hidup baru, tapi juga kejelian dari sastra Israel kuno yang melihat terkadang suatu generasi itu sulit berubah, sehingga Allah lewat para nabi, menyebut suatu generasi dalam kehidupan bangsa Israel sebagai BANGSA YANG BEBAL, karena sulitnya dibenahi, sulitnya nurut dan taat pada Allah, sehingga generasi baru harus tumbuh dulu untuk menggantikan generasi yang lama, yang bebal itu. Penggambaran ini sebetulnya diduplikasi oleh penulis Injil LUKAS, tentang kritikan Yesus pada kaum Farisi, yang seakan buta matanya, tidak bisa melihat bahwa mesias sudah hadir di tengah bangsa Israel, kaum Farisi malah berkutat dengan kebiasaan ritual legalistiknya. Terkait dengan Lukas 18:9-14 (Perumpamaan Orang Farisi dan Pemungut Cukai). Lukas 18:9-14 menampilkan tema kerendahan hati dan pertobatan, di mana orang Farisi merasa benar dan sombong, sedangkan pemungut cukai sadar dosa dan rendah hati. Perspektif perjalanan di padang pasir dapat diaplikasikan sebagai simbol perjalanan iman setiap individu yang diuji dan dibentuk oleh Allah agar mencapai kerendahan hati. Padang pasir sebagai tempat transformasi spiritual paralel dengan panggilan pertobatan dalam Lukas untuk meninggalkan kesombongan dan kembali kepada Allah dengan hati yang rendah. Pengalaman padang pasir dalam Perjanjian Lama menjadi analogi penting untuk memahami proses spiritual dalam Lukas 18:9-14. Lukisan perjalanan Israel mengajarkan pentingnya kerendahan hati, ketergantungan pada Tuhan, serta pembebasan dari penilaian diri yang sombong, sebagaimana yang dikritik Yesus dalam perumpamaan ini. Tafsir ini menjembatani konteks sejarah bangsa Israel dengan pesan perenungan pribadi dalam Yesus tentang sikap hati dalam hubungan dengan Allah.
PEMAHAMAN
Konteks dan Makna Padang Pasir dalam Perjanjian Lama, Padang Pasir sebagai Tempat Ujian dan Pembentukan. Dalam tradisi Israel, padang pasir bukan sekadar lokasi geografis, tetapi simbol pengalaman hidup umat Allah dalam ujian dan pembentukan iman. Perjalanan 40 tahun di padang pasir mencerminkan masa pembelajaran dan pengujian untuk bangsa Israel agar menjadi umat yang setia kepada Tuhan (Keluaran 16–17, Bilangan 14). Dalam sastra Israel angka 40 juga melambangkan tuntas atau kesempurnaan, diartikan pula sebagai tingkat atau level akhir dan sempurna, dari semua tingkatan atau level yang ada. Makna Spirituil dan Budaya, Padang pasir dalam budaya Israel melambangkan kesendirian, ketergantungan total pada Allah, juga tentang ketaatan, perubahannhidup lama dengan hidup baru, lewat perubahan generasi, serta tempat di mana umat belajar untuk taat dan mengalami penyertaan ilahi secara langsung (Musa di Gunung Sinai, Elia di padang gurun). Perjalanan 40 Tahun: Proses Transformasi Identitas. Masa 40 tahun ini adalah waktu hukuman atas ketidakpercayaan, ketidak taatan generasi pertama bangsa Israel saat keluar dari tanah mesir tapi juga penyediaan ruang bagi generasi baru untuk memasuki Tanah Perjanjian—simbol janji dan pemenuhan (Bilangan 14:33-34). Ini adalah transisi dari kehidupan hamba di Mesir menuju kehidupan sebagai umat perjanjian dalam Kanaan. Simbol perubahan hidup lama ke hidup baru, simbol perubahan dari ritual legalistik, bertumpu pada kegiatan agamawi ke bertumpu pada janji Allah, dengan membuka hati pada kemurahan Allah. Analisis Sastra dan Bahasa Lukas 18:9-14, menunjukan, Bahasa dan Gaya Narasi, Lukas 18:9-14 menggunakan struktur perumpamaan dengan kontras tokoh orang Farisi dan pemungut cukai (publican). Bahasa menggambarkan perbedaan sikap hati: orang Farisi dengan pengakuan diri sombong, pemungut cukai dengan pengakuan dosa dan kerendahan hati, Tema Utama: Kerendahan Hati dan Pertobatan. Perumpamaan menekankan pentingnya sikap hati yang rendah dan pengakuan dosa, bukan pengandalan pada status atau ritual agama formal. Konteks Sosial dan Agama. Orang Farisi diwakili sebagai simbol agama formal yang terkadang menyembunyikan kesombongan, sedangkan pemungut cukai, yang secara sosial dianggap berdosa, lebih terbuka kepada pertobatan, terbuka pada kemurahan hati Allah. Apa kaitan Antara Padang Pasir dengan Lukas 18:9-14? Padang Pasir sebagai Simbol Ujian dan Transformasi Rohani, hidup lama ke hidup baru, Seperti perjalanan Israel yang menguji dan membentuk iman selama 40 tahun, Lukas menekankan proses membentuk sikap hati manusia yang harus melewati “ujian” kerendahan untuk benar-benar diterima oleh Allah, diperlihatkan pada sosok tokoh ke 2, pemungut cukai. Sikap Kerendahan Hati Melampaui Formalitas, melewati ritual legalistik keagamaan. Analoginya, seperti Israel yang harus meninggalkan masa lalu dan penolakan untuk memasuki Tanah Perjanjian, pengikut Yesus diajak meninggalkan kesombongan farisi yang mengandalkan perbuatan dan status. Panggilan Pertobatan dalam Lingkup Perjalanan Iman. Luka membawa pesan bahwa iman sejati adalah perjalanan rohani yang melibatkan pengakuan dosa, kerendahan, dan ketergantungan penuh pada Allah—semua ini diwarnai oleh pengalaman “padang pasir” dalam hidup seseorang. Sebuah kesatuan naratif dari tradisi Israel tentang perjalanan di padang pasir memiliki relevansi langsung untuk teks Lukas 18:9-14. Padang pasir sebagai simbol ujian dan transformasi menegaskan pesan Yesus tentang pentingnya pertobatan dan sikap rendah hati. Tafsir ini membuka pemahaman baru bahwa perjalanan iman bukan tentang status, melainkan proses pembentukan hati yang tulus dan terbuka di hadapan Allah atas kemurahan hati Allah.
(21102025)(TUS)