Selasa, 28 Oktober 2025

Sudut Pandang Matius 9 : 22, Karena Iman

Sudut Pandang Matius 9 : 22, Karena Iman

PENGANTAR
Alkisah, ada 2 dosen dari sebuah sekolah tinggi teologis mendapat tugas dari sinodenya untuk menjadi pembicara di kota Jakarta. Tiket pesawat sudah dibelikan, yang transpor ke bandara sebesar 1 JT sudah diberikan bersama akomodasi yang lain. Berangkatlah, dari sekolah tinggi teologi yg ada di kabupaten Boyolali ke Semarang untuk menuju bandara, mereka memutuskan menyewa mobil lewat aplikasi tertera 200 an lebih. Kondisi perjalanan hujan lebat, memasuki kota Semarang, hujan makin lebar dan kondisi jalan menuju bandara macet total. Kedua dosen ini udah berkeringat dingin, karena waktu untuk sampai ke bandara dg segala prosesnya di bandara untuk berangkat tinggal 1 jam, macet udah jalan 20 menit. Kedua dosen ini mulai, sambil berbisik berdiskusi, dosen pertama : " gimana nih, kagak akan nyampai tepat waktu kita, ketinggalan pesawat kita nanti", Dasar dosen sekolah tinggi teologi, dosen kedua menjawab : "sebentar, tak doa dulu" mulailah memejamkan mata dosen kedua, dan komat Kamit berdoa, bahkan mengucap pengakuan iman juga doa bapa kami yang diulang-ulang. Dosen pertama, tidak sabar ..... dan sedikit marah. Dosen pertama ingat, ada yang transportasi ke bandara untuk mereka berdua 1 JT dari sinode yg mengutus mereka, pdhl yang sewa mobil sesuai aplikasi cuman 200 an lebih. Segera, dosen pertama, bergerak mendekati supirnya, dan dosen pertama berkata pada supir " pak, ini ada uang tambahan 500 ribu di luar uang yg sesuai aplikasi, tapi bisa tidak dalam 20 menit an, bawa kami sampai bandara?", kata dosen pertama sambil meletakan uang tsb di jok sebelah supir, keliatan wajah sang supir berbinar dan menjawab "baik pak". Mulailah petualangan menggenjot denyut jantung, sang supir mulai belok kiri, belok kanan, naik ke trotoar, menerabas bahu jalan, sampai lewat gang perkampungan yg mepet nan sempit. Tepat, 20 menit kemudian mobil sewa sampai di bandara, dan dosen kedua pun, pas persis selesei berdoa dan membuka mata, melihat jam tangannya, sambil berteriak "doa ku terkabul", dosen pertama memukul kepala dosen ke dua, sambil bilang "terkabul .... gundulmu, sontoloyo".
Dari cerita di atas, mana iman yang benar? Atau mungkin patut bertanya mana iman yang besar?
PEMAHAMAN
Kristus berkata, "Imanmu telah menyelamatkan engkau" (Mat 9 : 22). Kalimat itu jelas, bahkan sangat jelas, namun mudah menimbulkan saIah paham. Kita mengartikannya bahwa kita bisa sembuh asalkan beriman. Maka, kita pun berusaha untuk beriman. Kita berpuasa sambil berdoa, Kita memberi persembahan, berkaul, dan Iainnya. Dengan demikian, kita telah menjadikan iman sebagai syarat kesembuhan, atau syarat dari harapan bahkan permohonan kita. Bagaimana halnya jika kita sudah berusaha untuk beriman, namun ternyata belum sembuh juga? harapan tidak sesuai kenyataan? permohonan kita tak terkabul? tetap kehilangan pekerjaan ?Langsung kita merasa bahwa iman masih kurang, Mungkin ada yang perlu ditambah dalam doa, puasa diperpanjang dan persembahan diperbanyak, Jika nanti belum terkabul juga mungkin menambah lagi persyaratannya. Menganggap bahwa iman kita yang bisa menyembuhkan, mengkabulkan harapan, menjawab permohonan, maka tanpa disadari KITA MENJADIKAN DIRI KITA, TUHAN ... KITA MENJADIKAN DIRI KITA PENENTU ATAU FAKTOR PENENTU. Penentu kesembuhan, penentu terkabulnya harapan dan terpenuhinya permohonan, bukan lagi atas kemurahan Kristus, atas kemurahan Allah, Sehingga kemurahan Allah, kemurahan Kristus bukan lagi faktor penentu, melainkan penentunya berubah  menjadi kesungguhan dan kebesaran iman kita. Yang menjadi penyembuh, yang menjadi terkabulnya permohonan, yang menjadi terjadinya harapan BUKAN LAGI KEMURAHAN, BESARNYA ANUGERAH TUHAN, ANUGERAH KRISTUS, MELAINKAN BESARNYA IMAN KITA. 
Memang Kristus berkata " Imanmu telah menyelamatkan engkau" Tetapi, itu bukan bearti bahwa penentu kesembuhan, penentu terkabulnya permohonan, penentu terjadinya harapan menjadi kenyataan, adalah iman di daldm diri kita, melainkan anugerah di dalam Kristus yang kita imani. Ucapan Kristus "Imanmu telah menyelamatkan engkau", harus diartikan "KRISTUS YANG KAU IMANI TELAH MENYELAMATKAN ENGKAU", bukan iman kita, melainkan Kristus yang kita imani itulah yang menyembuhkan kita, Kristus yang kita imani yang mengkabulkan harapan kita, Kristus yang kita imani yang menjawab permohonan kita. 
Penyakit dan kesembuhan, harapan serta permohonan memang dominan. Tiap orang pingin sehat dan sembuh? pingin harapan terkabul? Pingin permohonan terjawab? Bicara tentang sakit, Penyakit terasa mengancam dan mencemaskan. Ditambah lagi dengan kenyataan pengobatan yang luar biasa mahal, bisa dimengerti kalau orsng memadati stadion tempat kebaktian sembuhan tanpa operasi dan tanpa obat, andalannya adalah iman. Akibatnya timbul paham dalam KKR kesembuhan, berobat ke dokter tanda kurang iman dan kurang berdoa kepada Tuhan. Padahal meskipun kita berobat dengan peralatan apapun, berobat ke dewa sekalipun, kita tetap bergantung pada kemurahan hati Kristus, kemurahsn hati Allah. Entah itu kamu yg bisa menolak angin, kapsul antibiotik, atau racikan herbal dari sinse, sebelum disentuh kita menunduk dulu dan memohon, "Kristus kasihlah kami, pakailah obat ini sebagai alat-mu yang menolong kami". Ketika jengkel berjam-jam rmenunggu di depan ruang praktik, mungkin itu kejengkelan dari surga supaya kita berdoa : "Tuhan tolonglah supaya dokter jangan kebangetan terlambatnya,  Tuhan pakailah dia untuk mendiagnosis secara teliti dan jitu."
Bahkan, kita juga berdoa untuk daun kumis kucing dan  kumis kambing dari emak, yang kita teguk sambìl cemberut  dan pencet hidung karena baunya yang enggak ketulungan.
Pokoknya, berdoa adalah bagian dari proses pengobatan. Berdoa dan berobat tidak saling berlawanan, tetapi saling melengkapi. Doa meneduhkan dan memantapkan hati dalam perjuangan untuk sembuh dan melawan perasaan ragu-ragu, syal, kecewa, cemas, putus asa, khawatir, takut, dan lain sebagainya. Perasaan kerohanian kita memang mempengaruhi diri kita saat menghadapi proses pengobatan dan kemudian mempengaruhi respons tubuh kita terhadap obat yang masuk dalam tubuh, riset juga menunjukkan bahwa biasanya pasien yang berkonsep Allah itu galak mekanisme respon lebih tertutup terhadap obat dibandingkan dengan pasien yang berkonsep Allah itu ramah. Hasil riset itu antara Iain terdapat dalam buku IMAN, SPIRITUALITAS, dan PENGOBATAN oleh DANA KING, terbitan BPK GUNUNG MULIA. Citra kita tentang Allah yang peduli dan murah hati dapat menguatkan semangat dan tekad untuk sembuh. Kita menjadi berpengharapan dan tidak mudah menyerah. Memang kita berserah, tetapi tidak menyerah, memang kita lelah tetapi tidak menyerah dan tidak berhenti berjuang, manusiawi lelah karena memang kodratnya manusia. Menyerah adalah sikap masa bodoh, sedangkan berserah adalah sikap, "Bapa, bukan kehendakku melainkan kehendakMulah yang terjadi". 
Berjuang dengan berserah seperti itu adalah sikap imani dalam segala hal sepanjang hidup, bahkan di tengah kelelahan kita, di tengah kerapuhan kita. Kita berjuang untuk sembuh sambil mengakui bahwa tidak tiap penyakit dapat sembuh. Kita berjuang untuk hidup sambil mengakui bahwa tidak selama-lamanya kita bisa hidup. Mempertahankan adalah perjuangan imam namun sebaliknya merelakan, mengikhlas kan adalah juga perjuangan iman. Dalam mempertahankan dan merelakan itu, dalam ketidak menyerahan, dalam ketidak hentian berjuang walaupun di titik lelah, di titik terendah itu yang menjadi andalan bukanlah iman kita melainkan Kristus yang kita imani. Di tengah itu semua, kemurahan dan anugerah Allah tetap tercurah. "Kristus yang kau imani telah menyelamatkan engkau."
Trus, bagaimana kisah dua Dosen tadi? Dosen yang pertama bilang, "Loh ...... kalau aku gak bayar supir taksi itu, bakalan kita telat, kalau kamu cuman komat Kamit dalam doa, bakalan kita telat, gak bisa naik pesawat", sambil senyum-senyum dan tertawa dosen kedua menjawab "imanku pada Allah yang besar, mendorong kamu untuk melakukan tindakan iman yang benar", "bruuukz ...." Dosen pertama meninju bahu dosen kedua, sambil berjalan cepat mendahului dosen kedua, ia melotot matanya tapi mulutnya tersenyum sungging berteriak "pruuuuuutttzzzz", sambil tertawa-tawa kedua dosen ini berjalan cepat menuju pintu pesawat. Apakah kedua dosen ini berjuang dalam iman? Ya ..... mereka berdua berjuang dalam bentuknya masing-masing dengan gigih, namun itu bukan hanya perjuangan mereka berdua saja, itupun perjuangan Allah, sebetulnya lah Tuhan telah berjuang untuk mereka, mereka berdua berjuang, dan Allah ikut berjuang, kepejuangan kita teruji dalam hambatan, kesulitan, dan bahaya, hidup penuh risiko. "YANG BERJUANG UNTUK KALIAN ADALAH TUHAN ALLAHMU SENDIRI" (Kitab Yosua 23:3 BIMK). DI NEGERI YANG RAMAI DOA TAPI MISKIN LOGIKA, YANG WARAS SERING DIKIRA DURHAKA DAN DISEBUT PEMBERONTAK. KENALILAH TUHAN, BUKAN HANYA SECARA PENGAKUAN LOGIKA ATAU MEMUASKAN PENGETAHUAN TEOLOGI KITA, TAPI BAGAIMANA MENAKLUKAN DIRI KITA KEPADA KETETAPAN KEHENDAKNYA. IMAN YANG BESAR MEMAMPUKAN KITA PERCAYA DAPAT MEMINDAHKAN GUNUNG WALAUPUN IMAN SEBESAR BIJI SESAWI, TAPI IMAN YANG BENAR  MEMAMPUKAN KITA TETAP PERCAYA WALAUPUN GUNUNGNYA GAK PINDAH. KALAU KITA HANYA MEMINTA DALAM DOA KITA SEPERTI PENGEMIS DI MATA YUHAN, KALAU KITA HANYA BEKERJA TANPA DOA MAKA KITA SEPERTI BIRUH DI MATA TUHAN, TAPI KALAU KITA BERDOA DAN BEKERJA, MAKA DI MATA TUHAN KITA ADALAH ANAK-ANAK NYA, MAKA DOAKANLAH APA YANG KITA KERJAKAN, DAN KERJAKANLAH APA YANG KITA DOAKAN.

(28102025)(TUS)
(28102025)(TUS)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...