Senin, 27 Oktober 2025

Sudut Pandang "Orang yang ingin belajar akan menemukan guru di setiap langkah; alam, pengalaman, dan kesalahan adalah universitas kehidupan."

Sudut Pandang "Orang yang ingin belajar akan menemukan guru di setiap langkah; alam, pengalaman, dan kesalahan adalah universitas kehidupan."

PENGANTAR
Beberapa Ayat Alkitab dapat diambil dari sisi filosofinya, sehingga ada beberapa ayat alkitab secara tafsir lintas iman (multy Faith hermeneutics) atau sering disebut cross text hermeneutics atau cross textual reading dapat seiring sejalan dengan beberapa filosofi pengajaran iman yang lain. Kekristenan yang hidup di sebuah bangsa atau negara tidak bisa disangkal akan tidak saja mewarisi kisah Alkitab, melainkan juga hidup bersama sejumlah kisah rakyat ataupun ajaran luhur dalam konteks budaya dan keberagaman agama ( Pdt Dr Merry Kolimon). Sebuah pendekatan yang bisa dimanfaatkan oleh Setiap insan kristiani terlebih teolog dalam setiap teologi kontekstual yang menjadikan dialog antara teks-teks sakral dan teks-teks alkitabiah sebagai mesin yang bekerja untuk menemukan sebanyak mungkin unsur yang perlu dilibatkan, persamaan dan perbedaan, kekuatan dan kelemahan demi visi kemanusiaan bersama, rekonsiliasi, tetapi mungkin juga kesetaraan, keadilan, saling menerima, dan visi-visi kontekstual lainnya (Dr Agustinus Setiawidi STFT Jakarta). Sehingga dalam dunia biblika modern atau perkembangan biblika saat ini, teknik eksegesse dan eisegesse sudah ditinggalkan, karena sebenarnya setiap eksegesse adalah senyatanya eisegesse, karena orang hanya membaca saja pada kenyataannya sudah menafsir, apalagi menerjemahkan itu sudah lebih lagi dalam menafsir, bahkan perkembangan terbaru dipahami bahwa melihat saja itu sudah menafsir. Karena apa? tidak mungkin orang melihat terlebih membaca didalam otaknya tidak dipengaruhi oleh pengalaman hidup atau pemikirannya yang terbentuk sejak kecil, didikan ajaran orang tuanya sejak lahir, pengalaman hidupnya sejak lahir, ajaran guru sekolah minggunya, dlsb. Sehingga tidaklah mungkin orang membaca dengan kekosongan otak sehingga memulai semuanya dengan mengeluarkan apa yang ada di Alkitab, itu hil yang mustahal mustahil, tidaklah mungkin, pasti saat membaca apapun yang ada di otak kita, batin jiwa kita yang terbentuk oleh pengalaman hidup kita akan masuk mempengaruhi tafsir kita thp apa yang kita baca, bahkan lihat. Sehingga, mengatakan "TEMA DIPAKSAKAN" atau "SETIA PADA TEKS" dalam dunia biblika modern dianggap basi, itu hanya alasan orang kurang literasi. TIDAK ADA TAFSIR YANG SALAH APALAGI BENAR YANG ADA HANYA TAFSIR YANG DAPAT DIPERTANGGUNG JAWABKAN, dipertanggung jawabkan dengan apa? dengan argumentasi - argumentasi yang baik, tinggal nanti sebuah tafsir itu argumentasi nya apa, dengan tafsir yang lain dibandingkan argumentasi nya (Titus Roidanto, Sudut Pandang). Sehingga tafsir lintas iman berkembang di dunia biblika modern, dan tafsir ideologi pun berkembang sedemikiannya, sehingga tafsir kaum awam teologi dapat dirangkul, jelas ..... dapat dirangkul setiap pembaca Alkitab (teolog/awam teologi) memiliki ajaran luhur yg tertanam di otaknya baik dari warisan keluarga maupun warisan budaya tradisi suku dimana dia ada sejak lahir harus disandingkan dengan ajaran luhur Alkitab, jelas ..... dapat dirangkul setiap pembaca Alkitab (teolog/awam teologi) memiliki ideologi yg tertanam di otaknya baik dari warisan keluarga maupun warisan budaya tradisi suku maupun ajaran guru sekolah Minggu, ajaran ortunya, pengalaman hidupnya sejak lahir, dlsb, harus disandingkan dengan ideologi Alkitab. Dan terkait sudut pandang Confius "Orang yang ingin belajar akan menemukan guru di setiap langkah; alam, pengalaman, dan kesalahan adalah universitas kehidupan" bisa dikaitkan dengan tema pembelajaran seumur hidup dari sumber-sumber ajaran iman Kristiani. Sekedar contoh kita menggunakan ajaran luhur dari "Confucius", "Orang yang ingin belajar akan menemukan guru di setiap langkah; alam, pengalaman, dan kesalahan adalah universitas kehidupan." Ini mencerminkan bagaimana Allah menggunakan ciptaan-Nya untuk mengajar kita. Berikut beberapa ayat tsb yang bisa seiring sejalan dg ajarannluhur tsb, Amsal 24:16 (TB). "Karena orang benar, walaupun terjatuh tujuh kali, akan bangkit lagi, tetapi orang durhaka tersungkur dalam malapetaka."  Kesalahan seperti "universitas" yang mengajarkan ketahanan. Seperti Daud yang belajar dari dosa (2 Samuel 12), orang benar bangkit dan tumbuh lebih bijak, bukan jatuh permanen. Pengalaman gagal jadi guru yang membentuk karakter, asal kita merenung dan bertobat, 1 Korintus 10:11 (TB) "Jadi orang-orang itu telah menjadi teladan bagi kita, supaya kita jangan mengingini jahat, seperti yang mereka ingini."  Pengalaman orang Israel di padang gurun (seperti tiang api yang kita pernah bahas) adalah "sejarah pelajaran" untuk kita. Kesalahan masa lalu jadi guru di setiap langkah hidup, hindari ulangan dosa. Ini seperti alam dan pengalaman sehari-hari yang Tuhan gunakan untuk bimbingan rohani. Mazmur 32:8-9 (TB) "Aku akan mengajar engkau dan menunjukkan jalan yang harus kau tempuh; Aku akan memberi nasihat, mataku tertuju kepadamu. Janganlah menjadi seperti keledai dan kuda yang tidak berakal, yang harus diikat dengan kekang dan pelindi untuk menahan mereka; tidak ada gunanya bagi engkau."  Tuhan sebagai Guru utama menuntun lewat alam (seperti hewan yang patuh) dan pengalaman. Kalau kita mau belajar, setiap langkah—bahkan kesalahan—jadi pelajaran hidup. Ini mirip "universitas kehidupan" di mana Tuhan ajarkan kerendahan hati supaya kita tak butuh "kekang" paksaan, Roma 1:20 (TB) "Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak sejak dunia diciptakan kini, dapat dipahami dan diketahui dari makhluk-Nya, sehingga mereka tidak dapat berdalih."  Alam ciptaan Tuhan adalah "guru" yang nyata, mengajarkan tentang karakter-Nya tanpa kata-kata. Bagi yang mau belajar, pohon, gunung, atau musim ganti jadi pelajaran tentang kesetiaan dan kuasa Tuhan—seperti "setiap langkah" dalam perjalanan hidup. Filipi 3:13-14 (TB) "Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap bahwa aku sudah memperolehnya, tetapi satu hal yang kuingat: melupakan yang di belakang ini dan mengarahkan diri ke depan, aku meneruskan menuju kepada tujuan untuk memperoleh hadiah panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus."  Paulus belajar dari pengalaman masa lalu (kesalahan seperti penganiayaan gereja) sebagai "universitas" yang dorong maju. Ini ajarkan kita: pengalaman dan kesalahan bukan akhir, tapi guru yang pimpin ke tujuan Tuhan, asal fokus ke depan dengan iman. Tema ini selaras dengan hermeneutika (seperti yang kita obrolin sebelumnya, dalam tulisan saya, di Sudut Pandang): belajar kontekstual dari Firman, alam, dan hidup sehari-hari.
PEMAHAMAN
"Confucius" 📚📚📖
"Orang yang ingin belajar akan menemukan guru di setiap langkah; alam, pengalaman, dan kesalahan adalah universitas kehidupan."

Confucius mengajarkan bahwa orang yang benar-benar ingin belajar akan selalu menemukan guru, bahkan di tempat yang tidak terduga. Baginya, pembelajaran bukan hanya aktivitas di ruang kelas, tetapi perjalanan batin yang melibatkan kesediaan untuk melihat setiap peristiwa sebagai pelajaran. Alam mengajarkan kesabaran melalui perubahan musim, pengalaman mengajarkan kebijaksanaan melalui ujian, dan kesalahan mengajarkan kerendahan hati melalui kegagalan. Dalam pandangan ini, seorang murid sejati adalah mereka yang tidak menunggu guru datang, tetapi menjadikan setiap langkah hidup sebagai ruang kuliah, di mana setiap momen adalah kesempatan untuk bertumbuh.
Gagasan ini sejalan dengan pemikiran John Dewey dalam Democracy and Education, yang menyatakan bahwa pendidikan sejati terjadi ketika seseorang mampu mengaitkan pengalaman dengan pemahaman baru. Dewey menekankan bahwa proses belajar yang paling efektif bukan hanya menerima informasi, tetapi mengalami dan merefleksikannya. Confucius melihat bahwa alam, pengalaman, dan kesalahan adalah sumber pengetahuan yang tak terbatas, selama hati manusia terbuka untuk menerima. Maka, setiap interaksi dan setiap peristiwa menjadi mata rantai dalam pendidikan yang utuh, di mana pengetahuan tidak hanya membentuk pikiran, tetapi juga menghaluskan karakter.
Lebih jauh, Confucius menegaskan bahwa belajar dari kehidupan menuntut sikap hormat pada guru dalam segala bentuknya, termasuk guru yang hadir melalui penderitaan. Kesalahan yang menyakitkan pun bisa menjadi penasihat yang setia jika dihadapi dengan pikiran terbuka. Belajar dari alam melatih keselarasan, belajar dari pengalaman menumbuhkan kebijaksanaan, dan belajar dari kesalahan menanamkan kerendahan hati. Dalam kerangka ini, universitas kehidupan bukanlah institusi formal, melainkan panggung luas di mana setiap manusia adalah sekaligus murid dan guru bagi satu sama lain. Dengan kesadaran itu, perjalanan belajar menjadi tak terbatas, dan kebijaksanaan menjadi buah yang terus matang sepanjang hayat.  Literasi Filsafat 

(28102025)(TUS)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...