VAKSIN, SERIAL SUDUT PANDANG
Secara rasional, emosional dan spiritual bagi kita tidak ada alasan untuk menolak vaksinasi. Sejak vaksin Covid-19 resmi diproduksi dan diujicoba dari orang, kita seharusnya menyatakan siap siap disuntik vaksin bila vaksin sudah. Saat ada surat edaran di lingkungan RT Perumahan kita tentang siapa yang akan mendaftar program vaksinasi Covid-19, . Sebagai warga negara yang memiliki mandat negara, vaksinasi yang juga merupakan peristiwa iman spiritual. Vaksinasi layak dijalankan dengan iman percaya yang kuat. Kita harus yakin bahwa program ini adalah salah satu jalan Tuhan untuk menyelamatkan kehidupan umat-Nya. Vaksinasi adalah ekspresi kasih Tuhan kepada seluruh umat manusia yang dikasihiNya. Mendukung program vaksinasi Covid-19 yang sudah disiapkan oleh pemerintah dengan sangat hati-hati, sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang masih ragu untuk divaksin. Semakin banyak jumlah orang yang divaksin maka akan terbentuk komunitas kebal terhadap Covid-19. Dan bila ini terjadi berarti pandemi Covid-19 sudah dapat dikendalikan. Kekebalan populasi terbentuk. Dengan demikian penolakan masyarakat terhadap vaksinasi bukanlah tindakan yang rasional dan merupakan sikap kurang bertanggung jawab. Apabila penolakan itu dilakukan warga gereja maka kita gagal menjadi teladan bagi masyarakat lainnya. Selain itu penolakan terhadap vaksinasi akan terbuka lebar jalan terjadinya penyebaran penyakit sehingga kita bukan menjadi berkat melainkan beban atau laknat bagi sesama. Artinya, penerimaan vaksinasi yang direkomendasi oleh otoritas kesehatan dan kemudian ditunjuk pemerintah merupakan tanggung-jawab sosial gereja yang sangat membanggakan. Yang menarik, selain untuk melindungi diri, vaksin juga dapat berfungsi untuk melindungi orang-orang sekitar. Sebab kemampuan patogen untuk menyebar dalam suatu komunitas yang anggotanya telah mendapatkan vaksin menjadi terbatas. Hal inilah yang disebut sebagai kekebalan kelompok. Melalui kekebalan kelompok, orang-orang yang tidak bisa divaksinasi juga akan terlindungi, seperti orang dengan imunitas rendah atau yang memiliki penyakit kronis. Menghadapi isu akhir jaman, 666 dan laennya, Alkitab mengajarkan, berjaga-jagalah: “Karena itu berjagajagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang (Matius 24:42). Tanda-tanda sudah ada, tapi apakah itu akhir dari segala sesuatu. Kita tidak tahu dan tidak perlu tahu “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri." (Matius 24:36). Yang penting, hiduplah sebagaimana kehidupan orang yang percaya pada Yesus Kristus, jagalah iman dan kesalehanmu: “jika Aku datang, apakah kutemui iman di bumi?” Jangan jadikan keduniawian sebagai sasaran dan tujuan hidupmu, disadari atau tidak disadari. Menyembah keduniawian berarti memakai tanda 666, menyembah setan. orang Kristen harus taat pada kebijakan pemerintah terkait penanganan Covid-19 dan mendengar nasihat para ahli kesehatan. Penyakit ini menelan Korban yang hingga hari ini berjumlah 5,5 juta orang terinfeksi menurut Worldometer, adalah kondisi sebenarnya. Sudah banyak penelitian yang melihat hubungan langsung antara kepercayaan pada Teori Konspirasi dengan kurang patuhnya masyarakat terhadap peraturan pemerintah terkait penanganan Covid-19. Jika masyarakat kritis, tidak mudah termakan hoax, mereka seharusnya menaati anjuran pemerintah untuk vaksin dan prokes., disimpulkan bahwa 666 adalah Kaisar Domitianus dan di sepanjang sejarah gereja orang Kristen memaknainya sebagai tokoh yang berseteru dengan gereja. Wahyu 13:18 tidak menubuatkan kedatangan virus Covid-19 atau tokoh yang menciptakannya, Bill Gates atau Rockfeller atau WHO atau China. Sampai saat ini, tokoh-tokoh yang dicurigai tidak terbukti melakukan tekanan pada orang Kristen. Oleh sebab itu, adalah tidak benar menghubungkan konsep 666 dengan tokoh-tokoh di atas. Selanjutnya, 666 bukan tanda berupa chip yang wajib ditanamkan di dahi setiap orang. Oleh sebab itu, sepatutnya orang Kristen menerapkan tiga sikap berikut ini. Pertama, sikap kritis. Para rohaniwan, khususnya dan orang Kristen pada umumnya, tidak mudah terpapar berita media sosial yang tidak jelas sumbernya dan tidak menyebarkannya tanpa menyaringnya. Ini berbahaya. Orang Kristen harus menyebarkan berita damai sejahtera, dan bukan berita yang tidak jelas “juntrungnya”. Kedua, sikap kritis pasti akan melahirkan ketaatan pada protokoler kesehatan yang ditetapkan WHO dan dikawal pelaksanaannya oleh pemerintah Indonesia. Ini adalah salah satu saat dimana orang Kristen menunjukkan ketaatannya pada pemerintah dan mejadi garam dunia. Sikap ketiga adalah berjaga-jaga. Menghadapi isu akhir jaman seperti di masa pandemi ini, berjaga-jaga adalah sikap yang sangat tepat. Kapan saja Tuhan Yesus dan dimana saja itu adalah ranah Allah, wewenang Allah, untuk Tuhan Yesus datang kedua kalinya.VAKSIN, Cuman sebuah pemikiran saja, cuman sekedar sharing tidak ada kepentingan apapun, Vaksin adalah tindakan luwih becik tinimbang aluwung, Vaksin adalah tindakan lebih baik daripada, Tapi vaksin adalah tindakan terbaik saat ini, vaksin tindakan paling bernalar saat ini karena belom ada obat nya untuk kasus covid. Karena sampai saat ini gak ada alat ukur yg bisa membuktikan serum vaksin yg sudah disuntikan benar - benar telah membentuk antibodi seseorang sempurna 100%. Semua jenis vaksin, vaksin apapun tak bisa dibuktikan efektifitas nya 100 %, kalo kemudian setaon itu seseorang itu stlh divaksin tidak terpapar covid19 ataupun terpapar tidak bergejala, juga tidak bisa dibuktikan ataupun tidak ada alat ukurnya, apakah benar karena vaksinnya telah membentuk antibodi 100%, atau karena sebab - sebab yg laen. Semua jenis vaksin, itu sebetulnya disuntikan saat orangnya bugar, padahal kebugaran seseorang gak ada alat ukurnya, per individual beda, yg bener proses nya saat divaksin itu gula darah, kolesterole, asam urat, tekanan darah, kadar oksigen dlm tubuh, dll dlm kondisi normal, shg pembentukan antibodi 100%, saat pembentukan juga gak boleh terserang sakit, itu juga mengganggu proses pembentukan antibodi, shg hasil pembentukan antibodi dari vaksin itu gak bisa dijamin atau gak bisa diukur pd seseorang, apakah berhasil 100% atau tidak, itulah kenapa tetap harus prokes, tekanan darah tinggi Gak boleh, gula darah tinggi gak boleh divaksin, krn percuma, antibodinya gak terbentuk. Kalau mau vaksin pemerintah harus menyiapkan test kolesterol, asam urat, kadar gula darah untuk setiap anggota masyarakat yang akan vaksin, tentunya biayanya menjadi sangat tinggi, riskan dilakukan, tapi sebetulnya seharusnya begitu proseduralnya. Oleh karenanya sangat dipahami kalo mo jujur memang efektifitas vaksin itu dibawah 50%, tapi itu jalan terbaik yg bisa ditempuh oleh pemerintah saat ini. Vaksin bukan obat. Pemerintah lagi ngejar kekebalan populasi, kekebalan populasi bisa ditempuh 2 cara, 1. Vaksin, 2. Membiarkan virus menyebar alami serta seleksi alam yg terjadi siapa yg kuat bertahan, yg tidak kuat ya sudah alam yg menyeleksi. Karena kalo prokes diperketat terus efek samping e yoch perekonomian iso berhenti itu juga sama aja mati terbunuh, masyarakat gak bisa makan, pemerintah bantu terus yo sepiro kuate, kalo dilonggarkan prokes, golongan rentan COVID19 ya kasian, angka kematian juga bisa tinggi nanti pemerintah lagi yg disudutkan, membiarkan seleksi alam juga pemerintah juga bisa disalahkan seperti tidak bertindak apapun, yang dijaga pemerintah itu kan jgn sampai chaos, terus terjadi perebutan kekuasaan oleh karena memanfaatkan situasi kondisi, shg mendorong vaksin itu menjadi pilihan, ππ»ππ»ππ»Selamat Vaksin ππ»ππ»ππ»Tuhan memberkati (STT BAPTIS INJILI, CEPOGO, BOYOLALI, JATENG, 2021, TITUS ROIDANTO)