Sabtu, 07 Agustus 2021

💫SABDA NYUNAR💫 "Roti Hidup" artos tēs zōēs (ἄρτος τῆς ζωῆς,), Bacaan Leksionari: 1 Raja – raja 19 : 4 – 8, Efesus 4 : 25 – 5 : 2 Yohanes 6 : 35, 41 – 51,

💫SABDA NYUNAR💫 "Roti Hidup" artos tēs zōēs (ἄρτος τῆς ζωῆς,), Bacaan Leksionari: 1 Raja – raja 19 : 4 – 8, Efesus 4 : 25 – 5 : 2 Yohanes 6 : 35, 41 – 51,
1 Raja – raja 19 : 4 – 8
Elia adalah seorang nabi di Kerajaan Israel Utara pada zaman pemerintahan raja Ahab, Ahazia, dan Yoram pada sekitar abad ke-9 SM. Elia dalam bahasa Ibrani: אליהו Eliyahu, bahasa Arab: إلياس‎ Ilyās; bahasa Inggris: Elijah atau Elias. Elia berjuang agar bangsa Israel dan raja Ahab menyembah Tuhan, tidak kepada dewa Baal yang dibawa oleh ratu Izebel, isteri Ahab, ke Israel. Karena diancam hendak dibunuh oleh Izebel untuk membalas dendam kematian nabi-nabi Baal, Elia lari ke padang gurun dan akhirnya bersembunyi di sebuah gua di gunung Horeb. Di sana ia menjumpai TUHAN dalam angin sepoi-sepoi, setelah datangnya angin besar, gempa, dan api tanpa adanya TUHAN di sana. Elia yang dikuasai kelelahan, keputusasaan, dan kesedihan, berdoa agar Allah membebaskannya dari beban pelayanan nubuat yang berat dan mengizinkannya memasuki perhentian sorgawi. Ada beberapa alasan mengapa Elia begitu patah semangat: ia merasa sudah gagal, ia mengharapkan pertobatan seluruh Israel dan bahkan mungkin juga Izebel, namun sekarang ia harus lari menyelamatkan nyawanya. Harapan, usaha keras, dan pergumulan seluruh hidupnya tampaknya berakhir dengan kegagalan (ayat 1-4). Ia merasa sendirian dalam pergumulan demi kebenaran Allah (ayat 10). Ditambah kelelahan jasmani setelah perjalanan yang panjang dan berat. Inilah tantangan yang dihadapi Elia saat sungguh-sungguh mewujudkan ketaatan kepada Allah dalam kesediaannya untuk berkarya dan bersinergi membangun bangsa Israel.
Efesus 4 : 25 – 5 : 2
Surat Efesus ini, ditulis oleh Paulus ketika dia sedang berada dalam penjara. Ketika Paulus menuliskan surat kepada jemaat Efesus, tentu saja dia mempunyai tujuan dan ada hal yang menjadi motivasi dia untuk menulis surat tersebut. Tujuan Paulus menulis surat kepada jemaat Efesus, didukung oleh keadaan masyarakat Efesus pada saat itu. Keadaan masyarakat Efesus pada saat itu adalah masih melakukan penyembahan terhadap Dewa Yunani. Surat ini berisikan nasihat, perintah, dan himbauan untuk hidup dalam Kristus. Dalam surat ini penulis menekankan Rencana Tuhan agar “Seluruh alam, baik yang di surga maupun yang di bumi, menjadi satu dengan Kristus sebagai kepala” (1:10). Surat ini merupakan juga seruan kepada umat Tuhan supaya mereka menghayati makna rencana agung dari Tuhan itu untuk mempersatukan seluruh umat manusia melalui Yesus Kristus. Dalam rangka tersebut perlu bagi jemaat Efesus untuk menjadi penurut-penurut Allah (5:1) yang hidup dalam kasih sebagaimana Kristus Yesus yang bersedia menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban harum bagi Allah (5:2). Penurut Allah adalah orang yang taat kepada Allah, dengan ciri-ciri berkata benar (4:25), mampu mengendalikan amarah (4:26), tidak kompromi dengan Iblis (4:27), bekerja keras dan melakukan pekerjaan baik dengan tangannya sendiri (4:28) untuk membangun orang yang berkekurangan. Terlebih lagi tidak mendukakan Roh Kudus Allah (4:30), membuang yang jahat, penuh kasih mesra dan mudah mengampuni kesalahan orang lain (4:31).
Yohanes 6 : 35, 41 – 51
Roti adalah makanan pokok bagi orang Israel. Roti memberikan rasa kenyang dan memberi kekuatan bagi manusia. Lalu apa arti perkataan-Nya ketika Tuhan Yesus mengatakan dalam Yohanes 6:35, Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” Akulah roti hidup (bahasa Inggris: I am the bread of life). Adalah ungkapan Yesus yang pertama dari 7 pernyataan/ frasa AKULAH “I AM”, Yunani : “εγω ειμι – EGÔ EIMI”, Ibrani : אֲנִי־הוּא – “ANI HU”), frasa yang dipahami kaum Yahudi sebagai penamaan-diri yang bersifat keilahian. Pernyataan lain adalah: “terang dunia” (Yohanes 8:12), “pintu” (Yohanes 10:9), “gembala baik” (Yohanes 10:11,14), “kebangkitan dan hidup” (Yohanes 11:25), “jalan, kebenaran, hidup” (Yohanes 14:6) dan “pokok anggur yang benar” (Yohanes 15:1,5). Dalam pengajaran ini, Tuhan Yesus juga menegaskan, bahwa tujuan-Nya datang ke dunia ini bukan untuk memberikan makanan yang hanya dapat mengenyangkan tubuh jasmani yang bersifat sementara, melainkan makanan yang memelihara kehidupan rohani dan memberi hidup yang kekal. Dengan mentransformasikan diri-Nya menjadi roti hidup, Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai pusat dan Pemilik kehidupan universal. Sebab siapa pun yang memakan daging-Nya dan meminum darah-Nya, pasti mendapatkan hidup kekal, bahkan dibangkitkan pada akhir zaman (Yohanes 6:54). Pernyataan ini sekaligus bermakna, bahwa menolak roti hidup berarti binasa. Kesimpulannya, dalam klaim, “AKULAH roti hidup”, Tuhan Yesus menyatakan dengan tegas bahwa asal usul-Nya adalah surga, dan bahwa Dia sajalah yang memenuhi keseluruhan kerinduan rohani para pendengar-Nya. Dengan kata lain, setiap pendengar-Nya yang percaya dan menerima-Nya sebagai Roti Hidup, mereka telah bersinergi dengan Allah dalam kehidupan di dunia ini maupun dalam kekekalan.
PERENUNGAN
Amanat Roti Hidup adalah sebuah bagian dari ajaran Yesus yang muncul dalam Yohanes 6:22-59 dan disampaikan di sinagoge Kapernaum. Sebutan "Roti Hidup" (bahasa Yunani: ἄρτος τῆς ζωῆς, artos tēs zōēs) ditujukan kepada Yesus berdasarkan pada ayat Alkitab yang disebutkan dalam Injil Yohanes tak lama setelah peristiwa Yesus memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan, Yesus berjalan di atas air di tepi barat Laut Galilea dan kerumunan mengikuti-Nya memakai perahu. Injil Yohanes tak memasukkan catatan soal pemberkatan roti pada Perjamuan Terakhir seperti dalam injil-injil sinoptik seperti Lukas 22:19. Meskipun demikian, amanat tersebut sering kali ditafisrkan sebagai ajaran mengenai Perjamuan Kudus yang sangat berpengaruh dalam tradisi Kristen.Meredith J. C. Warren dan Jan Heilmann menyangkal penafsiran Ekaristi terhadap ayat tersebut. Warren berpendapat bahwa ayat tersebut menunjukkan tradisi Mediterania kuno menyenai hidangan pengurbanan yang mengidentifikasikan tokoh utama dengan ilahi. Heilmann berpendapat bahwa pencitraan menyantap daging Yesus dan meminum darah-Nya bertentangan dengan latar kiasan pembentuk. Dalam konteks Kristologi, pemakaian sebutan Roti Hidup mirip dengan Terang Dunia dalam Yohanes 8:12 dimana Yesus berkata: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."Anggapan tersebut timbul pada tema Kristologi dari Yohanes 5:26 dimana Yesus menyatakan bahwa "Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri". Pengucapan alternatif "roti Allah" muncul dalam Yohanes 6:33. Perlu energi positif untuk tetap mampu bertahan dalam membangun komunitas, baik pada jaman Elia, jaman Rasul Paulus, maupun jaman Yesus dan sampai saat ini, yakni ketaatan pada Allah. Kesulitan yang dialami Elia, tantangan jemaat Efesus, bahkan keyakinan akan Yesus sebagai Roti Hidup yang sulit dipahami oleh orang-orang Israel waktu itu, tidak akan menjadi sebuah perwujudan dalam membangun komunitas, jika tanpa kesediaan, kerja keras dan ketaatan kepada Allah. Yang harus kita renungkan adalah bahwa Yesus menunjukan bahwa dalam perumpamaan dirinyalah roti hidup, roti yg bukan roti biasa yg pd umumnya dimakan orang. Ini juga merujuk pada rasa lapar yg tidak biasa, rasa lapar yg tak berwujud pula, tidak pada hal yg biasa. Rasa lapar akan kekuasaan, akan harta, akan kebencian, akan kehormatan dll .... perhatikan bahwa rasa lapar seperti itulah yg bisa menghancurkan hidup manusia, dan obatnya atau untuk menghilangkan rasa lapar yg seperti itu hanya ada pada diri Yesus, pada keyakinan akan ajaranNya. Coba ketika orang lapar akan harta, Yesus mengajarkan carilah dulu akan kerajaan Allah, Yesus mengajarkan harta di bumi adalah fana serta tidak langgeng maka carilah harta surgawi, ketika orang lapar akan kekuasaan, shg menindas orang laen Yesus mengajarkan lakukanlah apa yg kita ingin orang laen lakukan pada kita thp orang laen, dsb. Apakah yang kita cari dalam hidup ini? Sumber kehidupan atau sarana kehidupan? Pertanyaan ini perlu kita renungkan dan jawab di dalam hati kita masing-masing. Karena realitasnya begitu banyak manusia mengarahkan seluruh perhatiannya, pikirannya, kekuatannya, dan hatinya demi mencari sarana hidup. Adalah benar bahwa masalah sarana hidup bukanlah perkara yang gampang. Demi mempertahankan sarana hidup banyak orang yang berkorban dan mengorbankan orang lain. Demi sarana hidup banyak orang yang berusaha bekerja siang dan malam untuk mencari bahkan menyerahkan seluruh hati, pikiran, tenaga, dan waktunya untuk melakukan sesuatu. Demi sarana hidup, sering terjadi manusia menjadi objek dari sesuatu bukan subjek dari sesuatu, akibatnya manusia menjadi kehilangan kemanusiaannya. Salah satu sarana hidup yang kita maksudkan adalah persoalan makanan atau roti, sebab tidak ada yang paling dibutuhkan oleh manusia selain makanan/ roti yang menjadi lambang sesuatu yang memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, Tuhan Yesus memberi pelajaran, “Akulah Roti Hidup!” “Akulah Roti Hidup! Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi” (Yoh. 6:35). Demikianlah penegasan Yesus mengenai diri-Nya dan apa yang akan dialami oleh setiap orang yang datang kepada-Nya dan percaya kepada-Nya. Berhadapan dengan penegasan Yesus bahwa diri-Nya adalah roti hidup, apa tanggapan kita sebagai orang yang percaya kepada Yesus? Tanggapan kita atas pernyataan Yesus ditentukan oleh jawaban kita atas pertanyaan refleksi ini: “Apakah kita lapar akan roti hidup?” Jawaban atas pertanyaan “apakah kita lapar akan roti hidup” menentukan kualitas relasi kita dengan Yesus, Sang Roti Hidup. Apabila kita lapar akan roti hidup, kita tentu akan datang kepada-Nya dan percaya kepada-Nya. Sebaliknya, jika kita tidak merasa lapar akan roti hidup, sudah pasti kita tidak datang kepada-Nya, tidak percaya kepada-Nya, menolak, dan menentang-Nya sebagaimana dilakukan oleh orang-orang Israel, khususnya para pemimpin mereka. Orang Israel selalu beranggapan bahwa manna di padang gurun sebagai roti dari Allah (Mzm. 78:24; Kel 16:15). Ada sebuah keyakinan bahwa ketika Mesias datang, dia akan memberikan manna dari surga. Ini adalah karya agung Musa. Sekarang, para pemimpin Israel menuntut Yesus untuk memberikan manna dari surga sebagai bukti atas klaimnya sebagai Mesias. Yesus menanggapi dengan memberitahukan mereka bahwa bukan Musa yang memberikan manna, tetapi Allah. Dan manna yang diberikan kepada Musa dan orang Israel bukanlah roti yang benar dari surga, melainkan hanya sebuah simbol dari roti yang akan datang. Yesus kemudian membuat klaim yang hanya Allah dapat lakukan: “Akulah Roti Hidup!” (Yoh. 6:35). Roti yang Yesus berikan tidak lain adalah hidup Allah sendiri. Inilah Roti yang sesungguhnya yang dapat memuaskan rasa lapar dalam hati dan jiwa kita. Manna dari surga hanyalah gambaran awal dari roti Perjamuan Tuhan yang Yesus berikan kepada murid-murid-Nya pada saat pengorbanan-Nya. Manna di padang gurun memberi hidup kepada orang-orang Israel dalam perjalanan mereka menuju Tanah Terjanji. Namun Manna itu tidak dapat memberikan hidup kekal bagi orang-orang Israel. Sebaliknya, Yesus memberikan kita roti surgawi yang menghasilkan hidup Ilahi dalam diri kita. Yesus adalah Roti Hidup sejati yang memberikan hidup kepada kita sekarang dan selamanya. Roti yang Yesus berikan kepada murid-murid-Nya memberi hidup kepada kita bukan hanya dalam perjalanan kita menuju taman surgawi, tetapi memberikan kita hidup Ilahi Allah yang berlimpah. Ketika kita menerima dari meja Tuhan, kita mempersatukan diri kita sendiri dengan Yesus Kristus. Bapa Gereja Ignasius dari Antiokia menyebut roti itu satu-satunya roti yang memberikan obat kekekalan, penangkal kematian, dan makanan yang membuat kita hidup selamanya dalam Yesus Kristus. Makanan Ilahi ini menyembuhkan baik tubuh maupun jiwa dan menguatkan kita dalam perjalanan menuju tanah air surgawi.Menerima dan memakan Roti Hidup itu adalah sebuah proses yang membutuhkan kemauan (kesediaan) untuk bersinergi dengan Allah. Rasul Paulus memberikan gambaran bagaimana jemaat Efesus berproses untuk bersinergi bersama Allah membangun komunitasnya, yakni dengan berkata benar (4:25), mampu mengendalikan amarah (4:26), tidak kompromi dengan Iblis (4:27), bekerja keras dan melakukan pekerjaan baik dengan tangannya sendiri (4:28) untuk membantu orang yang berkekurangan. Terlebih lagi tidak mendukakan Roh Kudus Allah (4:30), membuang yang jahat, penuh kasih mesra, dan mudah mengampuni kesalahan orang lain (4:31). Sekalipun dalam membangun komunitas itu banyak tantangan yang harus dihadapi, bahkan bisa membuat kita patah semangat, sebagaimana yang dialami Nabi Elia di tengah-tengah bangsa Israel. Elia begitu patah semangat karena ia merasa sudah gagal: ia mengharapkan pertobatan seluruh Israel dan bahkan mungkin juga Izebel, namun sekarang ia harus lari menyelamatkan nyawanya. Harapan, usaha keras, dan pergumulan seluruh hidupnya tampaknya berakhir dengan kegagalan (ayat 1-4). Ia merasa sendirian dalam pergumulan demi kebenaran Allah (ayat 10). Ditambah kelelahan jasmani setelah perjalanan yang panjang dan berat. Namun Tuhan tetap memberikan kekuatan dan pengharapan kepada Elia, walaupun hanya berupa roti bakar dan sebuah kendi berisi air (ayat 6). Membangun Jemaat  sebagai perwujudan ketaatan kepada Allah bukanlah hal yang mudah, sebagaimana membangun komunitas pada jaman Yesus yang membutuhkan kehadiran Yesus sebagai Roti Hidup, membangun komunitas pada jaman Rasul Paulus di jemaat Efesus membutuhkan praktik-praktik hidup yang baik, dan membangun komunitas pada jaman Nabi Elia membutuhkan kehadiran Allah sendiri. Maka perlu kita sadari bersama bahwa kesediaan untuk terus berkarya dan bersinergi sesama warga jemaat, akan menambah energi positif yang kita miliki untuk terus membangun Jemaat ke arah yang Tuhan kehendaki sebagai perwujudan ketaatan kepada-Nya. 🙏🙏🙏Selamat Memaknai Roti Hidup🙌🙌🙌Tuhan Memberkati (STT BAPTIS INJILI, CEPOGO, BOYOLALI, JATENG, 2021, TITUS ROIDANTO, Bahan Khotbah 2021 Gereja Baptis Injili Indonrsia)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...