Senin, 27 Desember 2021

SUDUT PANDANG TENTANG TANGGAL PASKAH YANG BERUBAH SETIAP TAHUN DAN PERIHAL 3 HARI 3 MALAM, Serial Paska

SUDUT PANDANG TENTANG  TANGGAL PASKAH YANG BERUBAH SETIAP TAHUN DAN PERIHAL 3 HARI 3 MALAM, SERIAL PASKA


Pernah memperhatikan tidak, kalau tanggal hari Paskah setiap tahunnya berubah? Bulannyapun tak tetap, kadang jatuh pada Maret, terkadang pada April. Kalau gereja purba tak pernah repot dengan tanggal paskah, karena paskah dirayakan setiap hari minggu yaitu hari jadi kebangkitan Tuhan Yesus, bagi mereka setiap minggu adalah paskah. Pengkhususan hari minggu tertentu dalam setahun untuk dirayakan sbg hari paskah baru terjadi di abad 2. Kristen Yahudi berpendapat paskah dirayakan pada paskah Yahudi sebagai pengganti, jadi dirayakan pada hari keempat belas dalam bulan Nissan, yaitu bulan menurut kalender Yahudi, tanpa mempersoalkan hari. Masalah timbul, tanggal manakah yang disepakati sbg hari paskah tahunan? Jemaat dari yang bukan Yahudi berpendapat paskah sebaiknya dirayakan pada hari minggu, tapi yang jadi masalah hari minggu yang mana? Pada persidangan di Nicea tahun 325 atau konsili nicea terjadilah kesepakatan bahwa paskah dirayakan pada hari minggu pertama sesudah bulan purnama yang jatuh pada atau sesudah tanggal 21 Maret, yaitu tanggal permulaan musim semi. Apabila bulan purnama itu jatuh pada hari minggu, maka paskah dirayakan pada hari minggu berikutnya. Bagi orang di belahan bumi bagian utara, musim semi adalah musim yang memperlihatkan munculnya kembali kehidupan, pohon-pohon yang selama musim gugur dan musim dingin menjadi gundul kini mulai bertunas, bunga mulai bermekaran, binatang-binatang mulai keluar dari perlindungannya,kehidupan dimulai lagi, dan paskah adalah lambang kehidupan kembali setelah tantangan dan ujian hidup di 2 musim yaitu gugur dan dingin dapat dilewati,seperti fajar menggantikan gelap manusia berdosa mendapatkan hidupnya kembali, manusia berdosa bisa selamat. Sehingga, dalam kondisi dunia yang dihajar oleh wabah atau pagebluk virus covid 19, kita umat beriman di yakinkan dengan makna paskah, bahwa badai pasti berlalu, bahwa sebab Dia bangkit ada hari esok, sebab Dia hidup ada hari esok. Keputusan konsili nicea pada tahun 325 itu dipegang terus oleh semua gereja di seluruh dunia hingga kini. Dengan patokan itu, setiap tahun paskah jatuh antara tanggal 22 Maret dan 25 April. Sudah dapat diperhitungkan bulan purnama yang jatuh setelah 21 Maret untuk setiap tahunnya, contoh 2021 paskah jatuh pada 04 April, 2022 paskah jatuh pada 17 April, 2023 paskah jatuh pada 09 April, dan seterusnya. Kalau tanggal paskah sudah kita ketahui, maka dengan mudah dapat pula kita tetapkan tanggal hari raya gerejawi yang laen di sekitar paskah, seperti rabu abu 40 hari sebelum paskah tanpa menghitung hari-hari minggu, atau 44 hari termasuk hari minggu sebelum hari jumat agung, bisa pula dihitung 6 hari minggu di antara hari selasa sebelum rabu abu dan minggu paskah tidak dihitung dalam 40 hari pra paskah sehingga tanggal hari selasa itu lebih dari 40 sebelum paskah, minggu palmarum hari minggu sebelum hari minggu paskah, diantara minggu palmarum dan minggu paskah ada kamis putih, jumat agung, dan sabtu sunyi, kenaikan Tuhan dihitung 40 hari sesudah paskah, dan pentakosta 50 hari sesudah paskah atau 10 hari setelah kenaikan Tuhan. "Jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan " (Roma 10 : 9). Mengenai 3 hari 3 malam. "hari itu adalah hari persiapan paskah, Kira-Kira jam duabelas ......." (Yoh 19 : 14) ....... senyum Dan akhirnya tertawa.....kok ya..... masih aja setiap Perayaan hari besar agama Kita, ada aja yang usil. Waktu natal Kemaren tgl penetapan Perayaaan 25 December jadi digoyang ganjing, Makanya, kalo ditanya mahasiswa, bapak masuk golongan Kristen garis keras atau Kristen garis lemah, tak jawab ae Kristen garis Lucu .....xi....xi....xi...xi. Sekarang saat Paskah juga sama, muncul banyak di medsos pertanyaan apakah Tuhan Yesus wafat pada hari jumat atau Rabu? Hal sebetulnya sdh sangat basi Karena sdh tutup buku. Perkara, wafatnya Tuhan Yesus itu sdh jelas didasarkan penyelidikan kitab suci tidak pernah disebutkan secara gamblang atau jelas atau terbuka atau tersurat atau tertulis kalau hari jumat, hanya secara tersirat atau secara terselubung atau secara tanda perkiraan saja, dengan dasar pemikiran latar belakang dan budaya saat itu, dimana saat waktu kitab itu dituliskan. Yang menghujat jumat bukan waktunya Tuhan Yesus wafat itu kan Karena membaca kitab suci Hanya yg tersurat (sinerat) saja tidak membaca yg tersirat (sinirat), apa yang ada dibalik Kata-Kata yg tertulis di alkitab. Tidak perlu marah atau membalas hujatan dengan ujaran kebencian, itu bukan cara Kita. Cara kita adalah mencerahkan nalar menambah pengetahuan. Orang-orang yang mengatakan kalo Yesus wafat dihari Rabu itu kan mendasarkan pemahaman sempit pada yg tersurat di ayat Matius 12 : 40, "Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga Malam, demikian juga Anak manusia akan tinggal di dalam rahim bumi", ini yang sering disebut tanda Yunus atau nubuat puasa Ester (TA'ANIT ESTER) (Yunus 1:17 dan Ester 4:6), kemudian menghitung waktu dengan Cara sekarang atau modern, yah.....geseh thow, selip thow,....ya tidak tepat thow. 3 hari 3 Malam, kalo dimaknai 3 x 24 jam menjadi 72 jam yah pasti Yesus wafat di hari rebo, krn kalo Yesus wafat jemuwah sore maka tidak sampai 72 jam, bearti tidak seperti yang tersurat pada Matius 12 : 40. Coba perhatikan Lukas 23 : 54, " Hari itu adalah hari persiapan dan Sabat hampir mulai". Lah ...... kali Yesus wafat hari rebo bukan jemuwah tidak mungkin, mana ada adat Yahudi Sabat mingguan (Sabbatho) jatuh pada hari kamis? Coba perhatikan Lukas 24 : 1, "Tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka". Hari setelah hari Sabat (Sabtu), dalam adat Yahudi disebut hari pertama (minggu), maka cukup jelas Bahwa Yesus wafat hari jemuwah sore dan bangkit hari minggu pagi. Lah .... Terus piye? Dengan perkara tiga hari tiga malam? Harus dimengerti Bahwa semuanya itu didasarkan Peristiwa pada jamannya, padahal orang Yahudi pada saat itu mengenal hari sabat itu tidak cuman satu, Ada bbrp Jenis hari sabat, jadi sulit menentukan hari sabat yg mana? Yg dimaksud saat Yesus bangkit, betulkah sabat biasa atau sabat mingguan yg dipadankan dg hari sabtu? Dan hari pertamanya dipadankan hari minggu? Atau hari sabat yg dianggap hari ketujuh, shg hari minggu dianggap hari kedelapan?, Dan senin dianggap hari pertama, atau sabat agung yang tidak pasti jatuh pada hari ape? Nah....pusingkan? Sebetulnya, baik rebo Maupun jemuwah memiliki dasar argumentasinya masing-masing. Untunglah Ada kesepakatan dalam konsili nicea tahun 325 tentang penentuan semua itu (tulisan nomor 44), fakta yg sulit dibantah adalah penetapan Yesus wafat itu berdasarkan tradisi gereja (2 Tesalonika 2 : 15, 2 Tesalonika 3 : 6). Dan sebagian besar gereja mengikuti yg Yesus wafat di hari jumat, jadi itu didasarkan pd kesepakatan Bersama dan tradisi gereja saat itu (1 Korintus 11 : 2). Jadi sebetulnya penghitungan tiga hari tiga malam Dalam waktu adat Yahudi seperti ini, Yesus disalibkan pada 'EREV PESAKH (Matius 27:45-50), hari persiapan paskah PARASKEU TOU PASKHA, sehari sebelum PESAKH atau paskah Yahudi. Jatuh sekitar 14 Nisan, Dalam Yoh 19:31, disebutkan SYABAT HAGADOL atau PESAKH atau sabat agung yg dalam budaya Israel kuno ini tidak jatuh pada hari sabtu, SYABAT HAGADOL jatuh pada 15 Nisan, kemudian hari berikutnya SYISYI PARASKEUE jatuh pada tgl 16 Nisan, cermati bahasa asli Dalam matius 28:1, disebut SYABAT SABBATO bukan SYABAT HAGADOL seperti pada injil Yohanes, artinya itu sabat mingguan yg jatuh pada hari sabtu bila dipadankan dg calendar kini, jatuh pada 17 nisan. Kemudian hari Tuhan Yesus bangkit jatuh pada KURIAKE HEMERA tgl 18 Nisan, yang disebut hari milik Tuhan atau hari minggu yg setiap kali Kita pakai ibadah. Jadi, tiga hari tiga malamnya dihitung dr hari pertama 14 Nisan sore sampe 15 Nisan sore (penanggalan Yahudi sat itu, pergantian hari dihitung pada jam 6 sore dg padanan waktu saat ini), hari kedua 15 Nisan sore sampe 16 sore, hari ketiga 16 Nisan sore sampe 17 Nisan sore, 18 Nisan pagi Tuhan Yesus bangkit. Shg, sebetulnya baik yg berpendapat rebo atau jemuwah tidak Ada yg tepat bila penghitungan adat Yahudi itu bila dipadankan dg calendar sekarang apalagi bila dihubungkan Dengan masa pelayan Tuhan Yesus di bumi kurang lebih 3 tahun Dan masa hidup Yohanes Pembaptis serta kronologi sejarah Dunia. Sehingga memang dalam alkitab selalu Ada bagian misteri yang blom dapat dipecahkan, dan di situlah Para penafsir kitab dg rendah hati tunduk Kepala "kehendak Tuhanlah yg jadi". Selain dari pada penjelasan tsb di atas, saat diadakan konsili Nicea di tahun 325 itu sebelumnya terjadi perdebatan sengit di kalangan gereja mengenai beberapa perbedaan pengajaran keimanan termasuk salah satunya hal penetapan Paskah dimana didalamnya ada perkara jumat agung, yang membuwat Kaisar Konstantin risau maka diadakan persidangan di Nicea tsb agar ada kesepakatan dan negara serta gereja tak terpecahkan karena perbedaan pendapat, dalam konsili tsb selain argumentasi tsb di atas ada argumentasi lain yang diangkat seperti berikut ini, Matius 12 : 40 , . Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. Dalam bahasa aslinya kata kata yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia "Tiga hari tiga malam" berasal dari kata "Treis hemeras kai treis nyktas" Kita sering terkecoh dengan penerjemahan kata "hemeras" menjadi "hari" dalam bahasa Indonesia, atau "day" dalam bahasa inggris. seolah-olah maknanya menjadi "24 Jam" karena satu hari adalah 24 Jam. Makna asli kata "Hemeras" dalam bahasa Yunani adalah "Hari" yaitu Periode waktu ketika matahari terbit hingga matahari terbenam, atau ketika terang menyinari bumi. Dalam kitab Kejadian juga kita bisa melihat pendefinisian kitab suci apa yang dimaksud dengan kata "hari" dan apa yang dimaksud dengan kata "malam" Kejadian 1 : 5  Dan Allah menyebut Terang itu Hari (Yowm), welachoshekh qara laylah Dan gelap itu Malam (Laylah). Atau yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan : God called the light "day," and the darkness he called "night." Allah menyebut Terang itu hari, dan Gelap itu Malam. Jadi jika merujuk pada Matius 12:40 sebelumnya, maka yang disebut "tiga hari tiga malam" di ayat itu adalah "tiga kali terang dan tiga kali gelap". Apakah benar ketika jedah waktu antara Yesus wafat hingga Yesus bangkit mengalami tiga kali terang dan tiga kali gelap? Yesus wafat yaitu pada Jumat Sore, dan saat itu ada peristiwa-peristiwa alam yang tidak lazim. Markus 15 33-34, 33. Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga. 34. Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?", yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Terang dan Gelap Pertama : Pada saat Yesus wafat kegelapan menyelimuti bumi, inilah Gelap atau Malam yang pertama kali, Kemudian terang lagi, karena hari masih sore saat Yesus wafat, inilah terang atau hari yang pertama, Terang dan Gelap Kedua : Jumat Malam, menjadi Kegelapan atau malam yang kedua Sabtu Pagi, menjadi Terang atau Hari yang kedua. Terang dan Gelap Ketiga : Sabtu Malam, menjadi Kegelapan atau malam yang ketiga Minggu Pagi, menjadi Terang atau hari yang ketiga. Inilah tiga kali terang, dan tiga kali gelap seturut nubuatan Yesus "Tiga hari tiga malam", sebab memang Yesus bukan menyebut waktu 24 Jam dalam hal ini, tetapi jumlah "hari" (Kej 1:5) dan jumlah malam, jumlah gelap dan jumlah terang, tiga kali terang dan tiga kali gelap. Justru kalau memaknai "Tiga hari tiga malam" itu sama dengan 3 x 24 Jam maka orang yang mengajarkan demikian tidak memiliki pengetahuan akan pemaknaan bahasa asli kitab suci. Kemudian  Tiga hari tiga malam itu dihitung dalam penghitungan adat Yahudi waktu itu bukan penghitungan masehi seperti sekarang, shg pasti akan geseh bila diusahakan sama, kemudian hari terus muncul perdebatan apakah hari rebo atau jemuwah sebetulnya tidak perlu diperdebatkan, karena essensinya atau pokok pemikiran dasar atau intinya adalah Yesus sudah benar-benar wafat dan sudah bangkit. Silakan mempercayai hari apapun Yesus wafat, karena point ada di Yesus benar-benar wafat dan sudah bangkit. 2 Tesalonika 2:15 (TB)  Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran/tradisi yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.  Selamat mencerahkan nalar dalam sejarah tradisi suci, Selamat   Paskah sebab Dia bangkit ada hari esok.Tuhan memberkati, STT BAPTIS INJILI, CEPOGO, BOYOLALI, JATENG, 2020, TITUS ROIDANTO



Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Tentang Tanggal Paskah yang Selalu Berubah dan Perihal 3 Hari 3 Malam, Mengerti Apa yang Aku Imani", Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/titus11250/60674d24d541df32df098473/tentang-tanggal-paskah-yang-selalu-berubah-dan-perihal-3-hari-3-malam-mengerti-apa-yang-aku-imani-serial-pengetahuan-sabda

Kreator: Titus Roidanto




POHON KEHIDUPAN, SERIAL SUDUT PANDANG

POHON KEHIDUPAN, SERIAL SUDUT PANDANG

Selama ini setiap hari raya Natal selalu dipajang "Pohon Terang" yang dibuat dari potongan atau tiruan pohon cemara yang kemudian dihiasi dengan lampur kerlap-kerlip dan hiasan-hiasan lain. Semua itu merupakan tradisi yang diwarisi dari ke-Kristen-an yang berasal dari Barat. Pohon cemara itu mempunyai makna/arti penting di Barat sebab hanya pohon cemara yang tetap hidup di musim dingin atau salju. Akan tetapi, pohon cemara tidak terlalu mempunyai makna/arti bagi orang-orang yang hidup di daerah tropis, seperti Indonesia, yang tidak mengenal musim salju atau dingin.
Di gereja desa, dengan semangat menjadi gereja yang merdeka, memuali untuk mengganti "Pohon Terang" dengan "Pohon Kehidupan."  Sang Juru Selamat, Yesus Kristus, adalah Pohon Kehidupan. Oleh sebab itu, untuk merayakan kelahiran Sang Juru selamat, dipajanglah "Pohon Kehidupan."  Pohon yang menyimbolkan atau melambangkan sumber kehidupan. 
Di jemaat Cingkrong, memilih simbolnya adalah pohon pisang. Pohon pisang itu seluruh bagiannya bermanfaat.  Umbi, batang, daun, dan buahnya semua bermanfaat, semua memberi hidup.   
di Jemaat Piyak, yang dipilih adalah pohon kelapa. Pohon kelapa seluruh bagiannya juga bermanfaat. Akar, batang, daun, juga  buahnya memberi manfaat. Terlebih buahnya merupakan sumber  hidup. Air kelapa di samping menjadi minuman yang sangat menyegarkan, juga obat manjur untuk mengatasi keracunan. 
Injil sampai ke Jawa memang dibawa oleh penginjil Barat, tapi gereja yang merdeka, adalah gereja yang bersedia bahkan berani bergumul sendiri tentang dirinya. Sehingga bukan menjadi gereja di Jawa atau Indonesia, tapi gereja (dari) Jawa atau Indonesia.STT BAPTIS INJILI, CEPOGO BOYOLALI,2017,TITUS ROIDANTO

BENARKAH YESUS TUHAN BANGKIT? SERIAL SUDUT PANDANG

BENARKAH YESUS TUHAN BANGKIT? SERIAL SUDUT PANDANG


Kebanyakan orang ya percaya kalau sudah melihat buktinya, itu pula mekanisme sistim peradilan kita , kalau ada bukti baru bisa dibandingkan dengan bukti yang lain, tinggal bukti mana yang lebih kuwat itulah yang dipercaya.  Ada bukti yuridis formal ada pula bukti atau fakta historis. Tapi kalau dipikir lagi, seharusnya kalau orang sudah melihat buktinya tidaklah perlu lagi untuk percaya, hal ini bila kita kaitkan dengan persoalan memahami kebangkita Yesus Tuhan atau peristiwa paskah. Kisah Rasul 1 ayat 3 tertulis, "Kepada mereka Ia menunjukan diriNya setelah penderitaanNya selesai dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakan diri dan berbicara kepada mereka tentang kerajaan Allah".  Penampakan diri Yesus Tuhan merupakan bukti kalau Yesus Tuhan bangkit. Tapi bila dikaitkan dengan sistim peradilan maka secara yuridis formal itu belum dapat dinilai sebagi bukti. Pengarang keempat injil dan rasul Paulus memang tidak merasa terpanggil untuk menyajikan bukti dalam arti seperti yang diminta oleh sidang pengadilan, yang ditunjukan oleh keempat injil dan rasul paulus adalah tanda-tanda dan pengaruh yang ditimbulkan dari kebangkitan. Tanda-tanda kalau kubur kosong, penampakan diri Yesus Tuhan di depan para pengikutNya, pengaruh itu adalah perubahan yang ada pada diri murid-murid yang berubah secara radikal, dari putus asa menjadi bersemangat bahkan timbul keberanian untuk memberitakan bahwa Yesus Tuhan telah bangkit. Bukti yuridis formal maupun bukti historis tidaklah diperlukan atau tidak relevan untuk iman. Karena iman adalah percaya walaupun tidak melihat.  Peristiwa Paskah tidak menyediakan bukti, sebab apa? Sebab kebangkitan Yesus Tuhan adalah pokok yang paling pusat dan dasar yang paling fundamental bagi kepercayaan Kristiani. Dan percaya tidak tergantung pada suatu bukti, baik bukti yuridis formal ataupun bukti historis, kalau memang harus ada bukti, maka itu bukan percaya lagi, lihat kasus Thomas, Yesus Tuhan mengatakan berbahagialah orang yang tak melihat tapi percaya. Dasar kepercayaan kita akan kebangkitan Kristus bukanlah karena bukti, melainkan karena ktia percaya bahwa Allah bertindak, membangkitkan Kristus dan melantik Dia menjadi Tuhan dan juru selamat. Bukti memang tak ada tapi berbahagialah yang percaya. Sering kali dari kalangan non kristiani menanyakan keabsahan kalau Yesus Tuhan itu bangkit. Tapi sangat unik bahwa injil mencatat sejarah bahwa yang paling percaya dan ingat akan nubuatan dari Yesus Tuhan bahwa diriNya akan bangkit pada hari yang ketiga adalah musuh-musuhNya, imam-imam kepala dan orang-orang Farisi,  seperti yang tertulis dalam  Matius 27 ayat 62 sampai 66, "dan mereka berkata "Tuan kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidupNya berkata : Sesudah tiga hari Aku akan bangkit [Mat 16:21, Mat 17:23, Mat 20 : 19, Mark 8:31, Mark 9:31, Mark 10:33-34, Luk 9:22, Luk 18:31-33], karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga, jikalau tidak, murid-muridNya mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat : Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya daripada yang pertama" ( 63,64). Sama halnya dengan kematian, umat kristiani percaya akan kebangkitan Yesus Tuhan karena itu merupakan nubuatan yang tergenapi. Mari kita lihat cataan injil dan surat-surat yang bersaksi atas kebangkitan Yesus Tuhan, Hari Minggu kubur Yesus kosong, Yesus telah bangkit (Matius 28; Markus 16;Lukas 24;Yohanes 20,21) , penampakan Kepada Maria Magdalena (Markus 16:9; Yohanes 20:11-14), penampakan Kepada perempuan sekembalinya dari kubur (Matius 28:9,10) , penampakan Kepada Petrus (Lukas 24:34; 1 Korintus 15:5) , penampakan Kepada murid-murid di Emaus (Lukas 24:13-32), penampakan Kepada rasul-rasul kecuali Tomas (Lukas 24:36-43;Yohanes 20:19-24) , penampakan Kepada rasul-rasul, Tomas hadir (Yohanes 20:26-29) , penampakan Kepada 7 orang di danau Tiberias (Yohanes 21:1-23) , penampakan Kepada lebih dari 500 orang percaya di bukit Galilea (1 Korintus 15:6) , penampakan Kepada Yakobus (1 Korintus 15:7) , penampakan Kepada murid-murid (Matius 28:16-20;Lukas 24:33-52;Kisah Para Rasul 1:3-12) , penampakan Saat kenaikan Yesus ke surga (Kisah Para rasul 1:3-12) , penampakan Kepada Stefanus (Kisah Para Rasul 7:55) , penampakan Kepada Paulus (Kisah Para Rasul 9:3-6; 1 Korintus 15) , penampakan Kepada Paulus saat di Bait Allah (Kisah Para Rasul 22:17-21;23:11) , penampakan Kepada Yohanes di pulau Patmos (Wahyu 1:9-20). Belum lagi bahwa Kebangkitan Yesus secara tubuh fisik dibuktikan bahwa setelah kebangkitannya : Yesus dilihat lebih dari 500 orang (1 Korintus 15:6), Yesus menyatakan mempunyai daging dan tulang (Lukas 24:39) , Yesus makan ikan (Lukas 24:42,43), Bagi yang meragukan kebangkitan-Nya secara fisik, Yesus menantang 'Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.' (Yohanes 20:27). Yesus menyatakan diri-Nya Tuhan. Yesus bangkit dari kematian, ini menggenapi apa yang Dia dan Perjanjian Lama katakan. Yesus benar-benar Tuhan. Kebangkitan Yesus Tuhan yang dikhotbahkan oleh rasul Petrus dalam kisah  para rasul 2 :24 merujuk pada nubuatan di Mazmur 16, bisa kita perhatikan Mazmur 16 : 10, demikian hal nya rasul Paulus merujuk pada Mazmur yang sama tercatat dalam kisah para rasul 13:33-35. Nubuatan dalam Mazmur 22 terlebih dalam ayat 21 dan 22 juga mengisyaratkan kebangkitan Yesus Tuhan. Yesaya 53 terlebih dalam ayat 5,8, 10, dan 11 mengisyaratkan kebangkitan Yesus Tuhan. Alkitab adalah wahana pengajaran iman, dimana kita belajar buanyak di sana, maka Yesus Tuhan pun berkata pada para pemuka Yahudi yang tercatat dalam Yohanes 5 ; 39. Kita juga bisa memperhatikan nubuatan dalam Mazmur 16 : 10 -- 11 dengan penggenapannya dalam Markus 16:6. Rentang waktu nubuatan pada perjanjian lama dan penggenapan pada perjanjian baru makan waktu bertahun-tahun, bahkan melewati zaman yang berbeda,  shg hal itu tak mungkin direkayasa. Kalau melihat makna dari Yoh 20 :11 - 18, pertemuan  tsb bahwa manusia paska, manusia yg pertama bertemu Yesus Tuhan sesudah bangkit bergender perempuan,  yah.... manusia itu, perempuan paska. Keempat Injil kanonik tertuliskan orang pertama yang mendapat kabar kebangkitan Yesus adalah perempuan. Bahkan dalam Injil Yohanes Maria Magdalena menyapa Yesus-Paska dengan Rabuni, yang berarti Guru (Yoh. 20:16). Dari gambaran keempat Injil tidaklah berlebihan apabila Maria Magdalena adalah rasulnya para rasul atau rasul di atas segala rasul (the apostle to the apostles). Dalam perjalanannya Maria Magdalena tersingkir oleh dominasi dan arogansi laki-laki. Berita Paska di dalam keempat Injil bukan saja menyampaikan kebangkitan Yesus, tetapi juga menegaskan peran perempuan begitu nyata. Pada Jumat Agung perempuan-perempuan dengan setia bersama dengan Yesus, pada Paska perempuan yang pertama kali mendapat berita kebangkitan Yesus dan mengabarkannya. Ada juga gereja yang mendaku dirinya paling reformed, paling alkitabiah, melarang perempuan menjadi pendeta. Ideologi alkitabiahnya justru mengingkari Alkitab yang memberitakan perempuan yang pertama menerima kabar kebangkitan Kristus dan mengabarkannya. Bagaimanapun juga Yesus Tuhan bangkit untuk menyatakan,  keberdosaan adalah masa lalu,  sekarang hidup baru karena sudah terbuka jalan selamat,  habis gelap terbitlah terang. Kalau,  dlm tradisi saat itu lelaki yg harus diutamakan,  kebangkitan Yesus Tuhan membuka kesempatan, membuka jalan untuk perempuan sejajar lelaki,  tak ada lagi pembatasan oleh karena gender, yg oleh penyair disadari betul,  dibalik layar peran Yesus Tuhan dalam kemanusiaan nya, tetap ada seorang ibu, seorang perempuan,   Meskipun demikian kehadiran Yesus-Paska di tengah-tengah para murid seperti pedang bermata-dua. Tulisan-tulisan dalam PB yang memuat perjumpaan orang-orang dengan Yesus- pula Paska menjadi propaganda politik dan kuasa. Perjumpaan dengan Yesus-Paska menambah wibawa dan kuasa para murid. Para murid bertarung siapa yang paling berpengaruh. Paulus bukanlah murid langsung Yesus. Ia mendaku berjumpa dengan Yesus-Paska. Ia bertarung dengan Simon Petrus berebut kewibawaan spiritual. Kenapa  menggunakan kata Paska, bukan Paskah? Ahli liturgi dan Indonesianis Harry A. van Dop dalam makalahnya berjudul Theologia Paschalis (1996) menjelaskan asal-usul kata Paska (Inggris: Easter atau Passover). Paska dari bahasa Grika (baca: paskha), yang bahasa Latinnya Pascha (baca: paskha). Demikian juga dalam bahasa Spanyol dan Portugal yang melatarbelakangi bunyi kata Indonesianya. Buku tebal Iman Katolik yang ditulis oleh KWI dan diterbitkan oleh Kanisius sekitar tiga dasawarsa lalu juga sudah menggunakan kata Paska. Paska berbeda dari kata Indonesia lainnya pasca yang bersinonim dengan sesudah (serapan dari Sanskrit, Inggris post) yang diucapkan dengan huruf /c/ seperti kata cocok, cicak, cacing. Dalam pada itu KBBI tetap merekam lema "Paskah". KBBI yang digadang-gadang menjadi kitab suci para polisi bahasa bahkan secara enas membuat takrif menyesatkan untuk lema "Paskah".  Sebetulnya pula, gak perlu ribut akankah disebutkan itu paskah atau paska atau easter atau passover, gak perlu bertikai untuk hal-hal seperti itu. Esensi lebih penting ketimbang kulitnya, kebangkitan Yesus bukan untuk buwat kamus istilah kan? Siapa senang mengucapkan apa , yah.... Ucapkan saja gak perlu bertengkar. Ada lagi yang mengharamkan kata easter kata punya kata disinyalir dari kata ISHTAR yang merujuk pemujaan kebangkitan dewa TAMUS, anak penyembah setan. Padahal tak sederhana itu, karena bisa pula disinyalir juga berasal dari kata EASTUR atau OSTARA, yang mengandung makna MUSIM BERKEMBANGNYA MATAHARI atau MASA KELAHIRAN BARU, yang merujuk pada munculnya musim semi. Juga rujukan yang mengarah ke kata EASTRE nama dewi bukan dewa yang berhubungan dengan musim semi. Ada pula yang merujukan pada kata jerman kuno OSTERN dan OSTARUN, yang disinyalir merujuk musim baru atau babak baru, nah.....  bingung karena banyak makna dari kata EASTER, dari makna terakhir sudah kelihatan kan benang merahnya dengan makna kebangkitan Kristus. Sebetulnya gak perlu repot, namanya perjalanan sejarah agama, agama apapun itu, sudah pasti akan tercampur dengan budaya atau tradisi daerah yang dilewatinya, itu sudah hal lumrah. Lumrah sebuah budaya atau tradisi itu dimaknai baru oleh ajaran keimanan suatu agama, sah-sah saja. Jadi, kronologi itu semua sah-sah aja, jadi gak perlu diributin tentang ucapan selamatnya yang penting maknanya, kalau gak mau bilang happty easter yah .... Pakai bahasa jawa  SUGENG PASKAH atau bahasa batak atau bahasa yang lain, yah....pakai bahasa indonesia aja SELAMAT PASKAH, kenapa ribut? Lebih penting niat baiknya mengucapkan dibantingkan ribut soal-soal seperti itu. Lihat aja kamus moderen tentang Easter, "THE MOST IMPORTANT AND OLDEST FESTIVAL OF THE CHRISTIAN CHURCH, CELBRATING THE RESURRECTION OF JESUS CHRIST.  Kembali ke kematian Yesus merupakan faktual-historis. Bagaimana dengan kebangkitan Yesus? Apakah ini merupakan faktual-historis? Di sinilah peliknya.Belum ditemukan sumber-sumber sejarah otentik mengenai kebangkitan Yesus di luar kekristenan. Satu-satunya sumber mengenai kebangkitan adalah dokumen Perjanjian Baru (PB), yang keempat Injil masuk ke dalamnya. Walau PB bukan dokumen sejarah, namun teks-teks itu dapat dikaji (satu di antaranya) melalui kritik naratif. Tentu saja teks dibaca dikaitkan dengan kehidupan sosio-politik yang mengitari teks itu. Dunia sastra saat itu memahami gagasan bahwa orang baik dan bijaksana yang sudah membawa perubahan besar banyak orang akan dibinasakan oleh musuh-musuhnya. Namun Allah tidak akan tinggal diam. Allah akan membangkitan orang yang tidak berdosa itu. Dengan latar belakang itu dapatlah dipahami berita tentang kebangkitan Yesus dalam keempat Injil itu dimaksudkan untuk menyatakan bahwa Yesus adalah korban yang dibenarkan oleh Allah, dibela oleh Allah, dan Allah membangkitkan Yesus dari antara orang mati. Allah telah menggagalkan kekejian para pembenci Yesus. Berita pokok itulah yang hendak  disampaikan atau dideklarasikan oleh para penulis PB. Siapa aktor utama? Allah Sang Aktor. Allah mengalahkan maut dan membenarkan Yesus yang tidak bersalah itu. Kebangkitan yang dimaksud oleh penulis PB bukanlah menghidupkan jenazah yang sudah mati (resuscitation). Kebangkitan yang resuscitation merupakan menghidupkan (sementara) orang mati seperti yang biasa dilakukan oleh kedokteran dengan alat-kejut jantung. Dalam Injil bisa dibaca mengenai kisah Yesus membangkitkan Lazarus dari kubur. Persoalan timbul ketika terjadi ketidakpanggahan (inconsistency) penulisan mengenai perjumpaan murid-murid atau pengikut dengan Yesus yang dibangkitkan (selanjutnya saya sebut Yesus-Paska). Maksud nya kisah di kitab yang satu berbeda dari kitab lainnya sehingga ada ketidakpanggahan dan tidak kronologis. Berbeda halnya dengan berita kematian Yesus yang kesemuanya sama yaitu Yesus mati di kayu salib yang memang saat itu merupakan berita umum di luar teks Alkitab. Para pakar sejarah PB berpendapat terjadinya ketidakpanggahan itu membuktikan tidak adanya konspirasi, tidak ada rekaan, tidak ada kebohongan. PB mengisahkan pengalaman individu-individu yang historis. Suatu pengalaman yang dialami oleh individu-invidu yang merupakan pengalaman sejarah berjumpa dengan Yesus-Paska. Pada masa itu pengalaman bertemu dengan orang-orang yang sudah mati merupakan hal lazim. Dikisahkan dalam PB Yesus-Paska berjalan ke Emaus menemani dua orang pengikut Yesus. Setibanya di rumah mereka mengajak "orang asing itu" mampir. Ketika akan santap malam mereka baru menyadari bahwa itu Yesus dan kemudian menghilang. Dikisahkan juga para murid berkumpul di ruangan tertutup karena ketakutan diburu oleh para pemuka agama Yahudi yang berkonspirasi dengan tentara Roma. Tiba-tiba Yesus nongol  hadir di tengah-tengah mereka dan menunjukkan bekas luka paku di tangan Yesus. Kisah itu mau menyampaikan bahwa Yesus-Paska, bukan seperti jenazah yang dihidupkan (resuscitated). Jika Yesus dihidupkan seperti itu, maka sulit untuk menerima Yesus masuk ke dalam ruangan tertutup tanpa melewati pintu atau tiba-tiba menghilang dari pandangan pengikut-pengikut Yesus. Akan tetapi dikisahkan juga Yesus-Paska bersantap bersama dengan murid-murid di tepian Danau Tiberias. Sudah barang tentu ikan bakar yang lezat adalah menu utamanya. Kepelikan kisah-kisah di atas merupakan paradoks. Sisi satu Yesus-Paska bisa muncul dan menghilang seketika, sisi lainnya Yesus-Paska menunjukkan tanda fisikal berupa bekas luka tusukan paku salib dan makan-minum bersama dengan para murid. Penulis PB dengan segala keterbatasannya mau menyampaikan secara paradoks bahwa tubuh kebangkitan Yesus adalah rohaniah sekaligus tubuh alamiah. Tentang tubuh kebangkitan Rasul Paulus memetaforkan tubuh yang mati seperti biji-biji benih yang dipendam atau dikubur di dalam tanah. Beberapa hari kemudian biji yang dikubur itu tumbuh. Itulah tubuh kebangkitan yang berbeda dari tubuh yang dikubur. Teks-teks PB yang memberitakan Yesus yang makan dan minum serta menghilang lagi itu merupakan metafor-metafor yang mau menyampaikan, dan mengundang para pembaca serta pendengarnya untuk mengalami berita bahwa Yesus itu, sekalipun sudah mati disalibkan, dibangkitkan, dan terus hadir seutuhnya di antara para murid, yakni mereka yang memercayai Yesus. Yesus itu tetap peduli dan berbelarasa pada mereka.Demikian juga halnya metafor kebangkitan Yesus bukan berarti tidak ada kebangkitan. Kebangkitan Yesus merupakan peristiwa sejarah yang dilakukan Allah pada diri Yesus, bukan pada diri jemaat di dalam narasi PB. Setelah itu, apakah orang memercayainya atau tidak memercayainya, hal ini merupakan suatu reaksi atau tanggapan iman terhadap peristiwa bersejarah itu. Tidak ada hari raya Kristen yang lebih besar daripada Paska. Jantung iman Kristen terletak pada Paska. Hari Raya Paska menjadi titik berangkat penetapan hari-hari raya lainnya. Tidak ada Paska berarti tidak ada kekristenan dan tidak ada kitab-kitab Injil. Itulah sebabnya keempat kitab Injil dalam kitab suci Kristen, Alkitab, kesemuanya memberitakan Paska yaitu kebangkitan (resurrection) Kristus. Kitab-kitab Injil ditulis karena ada peristiwa Paska yang kemudian ditulis secara retrospektif. Bandingkan dengan perayaan Natal. Dari keempat Injil hanya dua Injil yang memberitakan kelahiran Yesus alias Natal. Ini makin menegaskan bahwa jantung iman Kristen adalah Paska, bukan Natal. Orang Kristen pergi ke kebaktian atau misa Minggu karena pada dasarnya merayakan Paska, kebangkitan Kristus, yang menurut kesaksian Alkitab pada hari pertama (dalam pekan yang baru). Gereja kemudian menetapkan ada satu Minggu dalam setahun secara khusus dijadikan permulaan Masa Raya Paska atau yang dikenal dengan Hari Raya Paska. Minggu yang mana? Gereja menetapkan Paska pada Minggu pertama sesudah bulan purnama yang jatuh pada atau sesudah 21 Maret. Apabila bulan purnama jatuh pada 21 Maret, maka Paska ditetapkan pada Minggu berikutnya. Tradisi Gereja Barat mengikuti kalender Gregorian. Contoh, Paska tahun ini ditetapkan pada 4 April, karena bulan purnama terjadi pada 28 Maret 2021. Paska 2022 jatuh pada 17 April, Paska 2023 pada 9 April, Paska 2024 pada 31 Maret, dst. Tradisi Gereja Timur mengikuti  kalender Julian. Paska tahun ini jatuh pada 2 Mei, Paska 2022 pada 24 April, Paska 2023 pada 16 April, Paska  2024 pada 5 Mei, dst. Paska merupakan wacana untuk mengundang pembaca atau pendengar mengalami realitas kehadiran seutuhnya (spiritual sekaligus fisikal) Yesus-Paska di dalam dunia ini tanpa batas ruang dan waktu: di dalam rumah ketika kita menyembah Dia lewat ibadah virtual, di ruang isolasi Covid19, di pasar becek, di dalam Ekaristi, di dalam makanan: nasi, batagor, pempek, tempe, tahu, pete, pecel, gudheg, wedhang rond, dan lain sebagainya yang kita peroleh setiap hari sehingga kita berterimakasih, dan juga di dalam perjuangan orang-orang terdampak Covid19 mencari nafkah yang berseru kepada Yesus. Berbicara soal penampakan, mengapa Tuhan Yesus tidak menampakanan diri pada musuh-musuhNya juga. Bukankah penampakan pada musuh-musuhNya bisa menjadi bukti yuridis formal jika itu terjadi di sidang majelis sanhedrin. Yesus Tuhan tidak menampakan diri di depan sanhedrin, sebab jika itu terjadi, penampakan itu hanya menjadi bukti yang statis, padahal yang lebih diperlukan adalah tanda yang dinamis. Majelis sanhedrin tokh akan tetap menolak Yesus Tuhan sebagai Mesias, walaupun mereka melihat Yesus Tuhan hidup. Selamat Paska, Tuhan memberkati, STT BAPTIS INJILI, CEPOGO, BOYOLALI, JATENG, 2021, TITUS ROIDANTO.



Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Benarkah Yesus Tuhan Bangkit? Mengerti Apa yang Aku Imani (Serial Pengetahuan Sabda)", Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/titus11250/6072a2f08ede48700e52c979/benarkah-yesus-tuhan-bangkit-mengerti-apa-yang-aku-imani-serial-pengetahuan-sabda?page=all

Kreator: Titus Roidanto


SUDUT PANDANG MIGDAL ELDER PERKARA 25 DESEMBER, SERIAL ARKEOLOGI BIBLIKAL


SUDUT PANDANG MIGDAL ELDER PERKARA 25 DESEMBER, SERIAL ARKEOLOGI BIBLIKAL

1. MUNGKINLAH DOMBA-DOMBA DIGEMBALAKAN DI PADANG BULAN DESEMBER?
Catatan Injil ini sering dipertanyakan dalam kaitan dengan perayaan Natal: “Di daerah-daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam” (Luk. 2:8). Kalau kalender liturgis gereja diterima, Yesus lahir pada 25 Desember (kalender Gregorian yang dipakai gereja Katolik dan Protestan) atau pada 7 Januari (kalender Yulian yang digunakan gereja-gereja Timur), mungkinkah ada kawanan domba yang digembalakan di padang pada waktu malam di musim dingin? Padahal seperti yang diteguhkan oleh catatan-catan sejarah gereja kuno maupun literatur rabbinik Yahudi, yang dimaksud “padang gembala” ternyata bukan padang gembala biasa. Menurut sejarawan Eusebius dari Kaisaria (265-340), tempat itu berkaitan dengan מִגְדַּל־עֵ֗דֶר "Migdal Eder” (Menara Kawanan Domba), yang terletak seribu kaki dari Betlehem. Inilah tempat para gembala menerima berita kelahiran Yesus. Migdal Eder (Menara Kawanan Domba) dalam Taurat dan kitab Nabi-nabi (Kej. 35:21; Mikha 4:8), yang dalam tafsir para rabbi Yahudi juga dikaitkan dengan pengharapan akan datangnya Sang Raja Mesiah. Dalam Kej. 35:16-22 dikisahkan tentang kematian Rahel pada waktu melahirkan Benyamin, yang kemudian dikuburkan di jalan ke Efrata, yaitu di Betlehem. Kuburan Rahel ini ada di Betlehem hingga sekarang, sebuah bangunan dengan kubah putih dengan menorah di atasnya dan tertulis dalam bahasa Ibrani קבר רחל "Qever Raḥel" (kubur Rahel). Targum Yonathan menerjemahkan frasa וְאַתָּ֣ה מִגְדַּל־עֵ֗דֶר “We attah Migdal ‘Eder” (Hai engkau Menara Kawanan Domba) dalam Mikh. 4:8 sebagai personifikasi Mesias: ואַת מְשִׁיחָא דְיִשׁרָאֵל "W’at Meshîhâ d'Yisra’el". "Hai Mesias Israel" (Sperber, 1992:445). Sedangkan Targum Pseudo-Yonathan menyebut Miqdal Eder, tempat Yakub memasang kemahnya, sebagai tempat Raja Mesiah akan menyatakan diri-Nya pada hari-hari akhir (M. Tsuq'er, Vol. I, 2014: 864). Jadi, berdasarkan catatan Yahudi yang tertulis dalam Mishnah, Shekalim 7:4, maka domba-domba dalam Lukas 2:8 bukan binatang gembalaan biasa, tetapi בְּהֵמָה שֶׁנִּמְצְאוּ מִירוּשָׁלַיִם וְעַד מִגְדַּל עֵדֶר "behemah shenimetseu mirusalaim we 'ad Migdal Eder” (binatang-binatang yang ditemukan di sebuah tempat dari Yerusalem sampai Migdal Eder). Domba-domba ini dipersiapkan sebagai kurban untuk Bait Suci, yang dijaga oleh gembala-gembala yang khusus menurut peraturan para rabbi, seperti tercatat dalam Talmud. Karena itu, tempat khusus antara Yerusalem dan Migdal Eder itu, letaknya di jalan tertutup dalam perjalanan dari Betlehem menuju ke Yerusalem (Edersheim, 1995:974). Selanjutnya, berdasarkan catatan para peziarah kuno, gereja membangun kapel yang sekarang disebut حقل الرعاة "Ḥaql al-Ra'āh" (Padang Gembala) yang terletak di Beyt Sahur, dekat Betlehem. Istilah Arab بيت ساحور "Bayt Sahur" (بيت, "Bayt" = "rumah", dan ساحور "Sahūr" = “berjaga”), untuk mengabadikan para gembala yang selalu berjaga untuk mengawasi domba-dombanya pada waktu malam.
2. MITOS ANTI-NATAL "BETLEHEM BERSALJU"?
Para penentang Natal menertawakan perayaan 25 Desember, karena tidak mungkin Yesus lahir bulan Desember, sebab pada waktu itu para gembala sedang menggembalakan domba-dombanya pada malam hari. ”Di wilayah Israel”, demikian argumentasi mereka, “domba-domba pada umumnya paling lambat harus kembali dimasukkan dalam kandangnya pada waktu turun hujan pertama, Hujan pertama itu dalam kalender Yahudi, kadang jatuh pada bulan Marheswan (Oktober/Nopember), kadang pula awal bulan Kislev (Nopember/Desember). Menurut Talmud, ada 2 jenis binatang yang digembalakan: (1) אלו הן בייתות “elu hen bayītot", yaitu ternak piaraan khusus yang dikeluarkan mulai pagi hari untuk merumput di padang yang terletak di batas kota dan kembali ke kota pada malam hari; (2) אלו הן מדבריות “Elu hen midbariyot”, yaitu ternak yang digembalakan di padang. Jenis ini dibagi lagi menjadi dua, yaitu (a) ternak yang digembalakan padang pada waktu Paskah, merumput di padang siang dan malam, dan dimasukkan lagi ke kandang waktu hujan pertama, dan (b) ternak yang keluar merumput di padang dan tidak masuk ke area yang ditentukan, baik pada musim panas maupun pada musim dingin (Beitzah 40b). Catatan Lukas 2:8 merujuk kepada domba-domba khusus untuk upacara korban yang digembalakan di padang tertutup, dan domba-domba tersebut dilepaskan di sana, baik pada musim panas maupun musim hujan. Faktanya, Bait Suci selalu mempunyai persediaan domba-domba sepanjang tahun, karena tidak ada upacara Yahudi yang tanpa kurban binatang. Dalam lingkaran tahun liturgis Yahudi, perayaan yang jatuh pada 25 Kislev hingga 2 Tevet (Desember/Januari) adalah Perayaan Hanukkah (Penahbisan Bait Suci). Hari Raya Penahbisan Bait Suci ditetapkan untuk memperingati kemenangan Yehuda Makabe, yang pada tahun 165-164 SM berhasil menumpas kejahatan raja Anthiokus Epifanes yang menajiskan Bait al Maqdis itu (2 Mak. 10:6). Dalam Yoh. 10:22 disebutkan bahwa perayaan itu jatuh pada musim dingin. Ciri khas perayaan ini, adalah penyalaan lampu-lampu terang, sejarawan Yahudi, Flavius Yosephus (90 M), menyebutnya חַג הַאוּרִים "Ḥag Ha-Urīm" (Hari Raya Terang). Menurut The Coptic Didascalia Apostolorum (189 M), ternyata Yesus dilahirkan tepat pada perayaan Hanukkah, 25 Kislev kalender Ibrani, atau bertepatan dengan 29 Kyahk kalender Mesir. Selain itu, kita juga harus melihat geografis Israel secara keseluruhan. Hanya di wilayah Israel utara biasanya salju turun dari gunung Hermon setiap musim dingin. Sedangkan Bethelem Efrata, tempat Malaikat itu bertemu dengan para gembala, bukan wilayah yang turunnya salju. Wilayah Israel selatan adalah terdiri dari gurun, karena itu bulan Desember suhu Bethelehem hanya berkisar 57-42 derajat Fahrenheit, atau sekitar 13,8 sampai 5,5 derajat Celcius. Pada suhu tertentu yang disebut titik beku, yaitu 0° Celsius, 32° Fahrenheit, barulah salju bisa turun. Karena itu, tidak ada salju di Betlehem, kecuali pada saat-saat tertentu turun salju tipis kiriman dari wilayah utara
3. AKHIR HANUKKAH: TEVET (DESEMBER) BULAN BAIK TAK TURUN HUJAN
Sumber-sumber rabbinik juga mencatat bahwa ada waktu-waktu baik, hingga bulan Tevet, yang mestinya musim hujan, tidak turun hujan. Seperti yang sudah dicatat, perayaan Hanukkah diselenggarakan mulai 25 Kislev sampai 2 Tevet. Dalam Talmud dikisahkan Rabbi Yehuda berkata: טבא לשתא דטבת ארמלתא “Tava le Shata d’Tevet armalata” (Bulan yang baik Tevet seperti janda” (Ta’anit 6b). Apa maksudnya? “Hujan ibarat suami dari tanah”, kata Rabbi Yehuda, “tanpa hujan tanah seperti seorang janda” (Hersh Goldwurm, 2006). Tentu saja “The Miracle of Tevet” ini disambut baik oleh semua orang Israel. Ada yang berkata: “Ini anugerah agar ladang tetap panen, karena terlalu banyak hujan merusak sayuran”. Dan ada yang berkata: “Penyakit bisa muncul karena hujan berlebihan”. Rabbi Ḥisda berkata: “Ini Tevet yang baik, sebab banyak hujan tanah penuh lumpur". Nah, kalau alasan kebaikan musiman saja, orang dengan gembira menyambut Tevet (Desember/Januari) tanpa hujan, apalagi dengan kedatangan Sang Mesiah. Meskipun catatan Talmud ini tidak langsung berbicara tentang Natal, namun jelas membuktikan bahwa ada masa-masa istimewa yang terjadi. Terlepas dari banyak orang Yahudi sampai hari ini menolak Yesus sebagai Mesias, namun bagi kita yang percaya Natal telah disiapkan khusus oleh Bapa Surgawi dengan hari baik dan cuaca yang cerah untuk menyambut kelahiran-Nya: τὸ πλήρωμα τοῦ χρόνου "to plerôma tou khronou” (When the fulness of the times had come). Dan itu bukan terjadi secara kebetulan saja. Sejujurnya harus dikatakan bahwa alasan klise yang mendukung mitos Desember bersalju, telah lahir dari "paradigma Bule yang sok tau". Sebab tanpa mengaitkan dengan Natal pun, alasan penolakan bahwa pada bulan Desember di wilayah Israel tidak mungkin ada domba-domba yang digembalakan di padang, bertentangan dengan fakta. Kej. 31:38-40 mencatat bahwa pada musim salju pun domba-domba masih bisa digembalakan di padang, bahkan saat musim dingin di wilayah Israel utara: “…Aku dimakan panas hari waktu siang dan kedinginan waktu malam, dan mataku jauh dari pada tertidur”.! Kata yang diterjemahkan “kedinginan di waktu malam” dalam bahasa Ibrani: קֶרַח “qerah” artinya “embun beku". NKJ menerjemahkan: “Thus I was; in the day the drought consumed me, and the frost by night; and my sleep departed from mine eyes”. Kej. 31:38-40 ini ternyata sesuai dengan deskripsi Talmud, Beitzah 40b yang telah disebut di atas: "Itulah ternak-ternak yang keluar untuk merumput di padang dan tidak masuk ke tempat yang ditentukan, baik pada musim panas maupun pada musim dingin". Harus dicatat pula, biasanya “asumsi Bule” yang menopang mitos Desember bersalju, begitu menghirup langsung udara Tanah Suci Israel, biasanya mereka akan berubah. Kota Bethlehem berjarak 10 km di sebelah selatan Yerusalem, leraknya pada ketinggian 775 di atas permukaan laut. Posisi geografis Bethlehem yang berada pada 31° 42′ 11″ lintang utara dan 35° 11′ 44″ bujur timur, menyebabkan zona yang cukup hangat. Berbeda dengan bagian utara di wilayah Hermon, Betlehem yang hingga sekarang suhunya berkisar antara 13,8 sampai 5,5 derajat Celcius, pada bulan Desember tidak pernah turun salju. Kecuali apabila suhunya berubah ekstrim, kadang-kadang salju tipis membedaki wajah cantik Betlehem, seperti yang terjadi pada tahun 1953, dan terakhir pada bulan Januari 2012 dan 2013. Jadi, singkatnya jangan kita bayangkan setiap Desember Betlehem bersalju. Selama ini kita hanya menelan mentah-mentah mitos Anti-Natal, yang ironisnya masih banyak diikuti dan dikembangkan oleh orang-orang Kristen di Indonesia. Lalu dari mana asal “mitos Anti Natal”? Benarkah penanggalan 25 Desember telah dibajak dari perayaan pagan "Sol Invictus"? Ikutilah artikel saya berikutnya tentang “Kalender Roma 354 M: Natal menjiplak Sol Infictus (Dewa Matahari Tak Terkalahkan) atau justru sebaliknya?”. Jangan hanya mendengar opini mereka-reka di tengah dinginnya malam X'mas di Eropa, tetapi jujurlah menimbang teriakan lantang fakta-fakta dari padang gurun Yudea dan sekitarnya dengan cuaca yang lebih hangat menyapa, tempat semua peristiwa agung itu pernah STT BAPTIS INJILI, CEPOGO BOYOLALI,2017, TITUS ROIDANTO

SUDUT PANDANG KEMUNGKINAN 2 TEORIMengapa 25 Desember?, SERIAL ARKEOLOGI BIBLIKAL

SUDUT PANDANG KEMUNGKINAN 2 TEORI
Mengapa 25 Desember?, SERIAL ARKEOLOGI BIBLIKAL

Sesungguhnya tidak ada masyarakat yang peduli pada kelahiran Mulyono. Paling-paling beberapa tetangga yang sedikit disibukkan atas kelahirannya selain ibu dan ayahnya. Baru kemudian sesudah Mulyono menjadi Presiden RI yang kita kenal sebagai Presiden Joko Widodo disusunlah biografi yang luar biasa. Dicarilah foto-foto lama yang sangat terbatas koleksinya dan juga saksi-saksi hidup. Dibuatlah kisah hidup Joko Widodo yang heroik dan mengundang decak kagum. Demikian halnya tak seorang pun tahu kapan Yesus dari Nazaret dilahirkan. Tidak ada suatu akta kelahiran kuno yang menyatakan dan membuktikan kapan Yesus dilahirkan. Tidak ada seorang saksi hidup yang bisa mengabsahkan. Baru kemudian ketika Yesus sesudah kematian-Nya diangkat menjadi Sang Mesias oleh gereja perdana disusunlah kisah-kisah kelahiran-Nya sebagai kelahiran luar biasa seperti kisah awal dalam Injil Matius dan Injil Lukas yang ditulis sekitar 80 – 85 ZB. Akan tetapi pengarang Injil Markus (ditulis sekitar 70 ZB) sama sekali tidak memandang penting untuk menyusun sebuah kisah kelahiran Yesus. Meskipun pengarang Injil Matius dan Lukas mengisahkan kelahiran Yesus, kedua Injil sama sekali tidak menulis catatan historis mengenai tanggal kelahiran-Nya. Bahkan di seluruh kitab Perjanjian Baru tidak ada.  Bagaimana bisa terjadi penetapan 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus? Ada banyak teori. Dua teori di antaranya sbb.:
 
Teori Pertama
Sudah menjadi tradisi Israel Kuno untuk menyamakan hari kematian dengan hari kelahiran bapak-bapak leluhur Israel. Tradisi ini mirip dengan kepercayaan Budhisme. Hari kematian Sidharta Gautama sama dengan hari pencapaian pencerahn dan hari kematiannya. Tradisi Jawa Kuno juga memercayai hari kematian seseorang jatuh persis weton atau hari kelahiran penanggalan Jawa. Oleh kekristenan tradisi ini dimodifikasi bahwa hari kematian sama dengan hari pembenihan. Hari kematian Yesus bisa ditentukan dengan akurasi tinggi yang jatuh pada tanggal 14 Nisan dalam kalender Yahudi Kuno yang kemudian dikonversi menjadi 25 Maret dalam kalender Gregorian. Bapak-bapak gereja seperti Klemen dari Aleksandria, Lactantius, Tertullianus, Hippolytus, dan juga sebuah catatan dalam dokumen Acta Pilatus menyatakan hari kematian Yesus jatuh pada tanggal 25 Maret. Dengan demikian begitu hari pembenihan janin Yesus dalam rahim Maria juga jatuh juga pada 25 Maret. Apabila dihitung sembilan bulan dari hari pembenihan, maka hari kelahiran Yesus adalah 25 Desember. Kendati cukup banyak dokumen dari abad III sampai abad IV menyebut tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus, tidak semua orang pada waktu itu menyetujui adanya perayaan Natal. Origenes dari Aleksandria dalam homili atas Kitab Imamat menyatakan bahwa hanya orang-orang berdosa seperti Firaun dan Raja Herodes yang merayakan hari ulang tahun mereka. Seorang penulis Kristen yang lain bernama Arnobus pada 303 ZB mengolok-olok gagasan untuk merayakan Natal sebagai pemujaan hari lahir dewa-dewi. Dalam pada itu kalangan Montanis menolak kematian Yesus jatuh pada 25 Maret, melainkan pada 6 April. Dengan begitu hari kelahiran Yesus jatuh pada 6 Januari jika dihitung dari hari pembenihan 6 April. Untuk itulah di kalangan Gereja Timur (berbahasa Grika) merayakan Natal pada 6 Januari, sedang Gereja Barat (berbahasa Latin) merayakan Natal pada 25 Desember. (Catatan: Montanus adalah pemimpin gerakan apokaliptik pada pertengahan abad II ZB di Asia Kecil. Gerakan atau alirannya disebut Montanisme, pengikutnya disebut Montanis.)
 
Teori Kedua
Dalam kehidupan di Kekaisaran Romawi orang-orang Romawi menyembah matahari. Praktik heliolatri ini Dewa Matahari atau Sol menempati kedudukan tertinggi. Dalam diri Dewa Sol ini terjerap dewa-dewa lain yang juga disembah oleh banyak warga Romawi seperti Dewa Apollon (dewa terang), Dewa Elah-Gabal (dewa bangsa Siria), dan Dewa Mithras (dewa perang bangsa Persia). Politik keagamaan dengan menempatkan Dewa Sol sebagai Dewa Tertinggi ini untuk memayungi persatuan kawasan Kekaisaran Romawi yang sangat luas dengan penduduk besar yang menganut berbagai macam agama dan memercayai banyak dewa. Pada 274 ZB Dewa Sol oleh Kaisar Aurelianus ditetapkan secara resmi sebagai Kepala Panteon Negara Romawi, satu-satunya Pelindung Ilahi atas seluruh kekaisaran. Menyembah Dewa Sol sebagai pusat keilahian berarti memusatkan kekuasaan politik pada diri Sang Kaisar Romawi sebagai titisan Dewa Sol. Dalam pemujaan Dewa Sol ini tanggal 25 Desember ditetapkan sebagai hari perayaan religius utama untuk memuja Dewa Sol, yang harus dirayakan di seluruh Kekaisaran Romawi. Mengapa 25 Desember? Bumi itu datar dan paham geosentris berlaku. Pada musim dingin matahari tampak bergeming di titik terendah di horison Eropa sejak 21 Desember. Pada 25 Desember matahari mula sedikit mumbul dari horison dan sedikit demi sedikit bergerak naik. Seolah-olah Dewa Sol terlahir kembali. Peristiwa alam (yang sebenarnya biasa-biasa saja) ditafsir secara religius sebagai saat Dewa Sol berhasil bangkit dari kematian atau Sol Invictus (Matahari Tak Terkalahkan). Pada 25 Desember dijadikan sebagai Hari Kelahiran Dewa Sol Yang Tak Terkalahkan atau Dies Natalis Solis Invicti. Dalam pada itu musuh-musuh Kekaisaran Romawi yang mengusik stabilitas politik bukan saja datang dari kekuatan militer, tetapi “kristenisasi” dari pengikut-pengikut Kristus. Pekabaran Injil oleh gereja-gereja sangat masif untuk melawan agama dan penguasa negara. Konon Kaisar Nero sampai membakar Kota Roma untuk menuding orang-orang Kristen sebagai pembuat onar dan musuh negara. Jemaat Kristen menolak menyembah kaisar sebagai Tuhan (kyrios). Pernyataan “Yesus Kristus adalah Tuhan” dalam Surat Filipi 2:11 bukan saja pernyataan iman, tetapi terutama pernyataan sikap politik. Sungguh mengherankan apabila banyak rohaniman Kristen masa kini menyatakan bahwa gereja tidak boleh berpolitik. Padahal berpolitik di sini adalah menyampaikan suara kenabian apabila penguasa menjadi monster. Tentu saja gereja masa kini tidak boleh berpolitik praktis seperti turut berkampanye untuk memilih partai tertentu. Taktik pemberitaan Injil bukan saja mengambil alih gelar kyrios dari kewibawaan kaisar, tetapi juga Sol Invictus. Gelar kyrios dan Sol Invictus diberikan kepada Yesus Kristus sehingga Yesus Kristus menjadi Matahari Tak Terkalahkan yang sejati. Terjadilah perubahan besar-besaran di masyarakat Romawi dari penganut atau penyembah Dewa Sol menjadi Kristen. “Kristenisasi” di Kekaisaran Romawi sudah sulit dibendung. Memasuki abad IV Kaisar Konstantinus sudah tak berdaya lagi memertahankan agama negara, padahal ia harus menjaga kewibawaan kaisar demi persatuan seluruh wilayah. Menurut mitologi Romawi pada 28 Oktober 312 ZB Kaisar Konstantinus melihat sebuah tanda salib dan sebuah kalimat In Hoc Signo Vinces (Dengan tanda ini, kamu menang) di awan-awan. Ia kemudian menetapkan perayaan keagamaan pemujaan Sol Invictus pada 25 Desember diubah menjadi perayaan keagamaan untuk merayakan Hari Natal Yesus Kristus. Dengan digantinya Dewa Sol dengan Yesus Kristus sebagai Sol Invictus yang sejati dan 25 Desember sebagai Hari Natal Yesus Kristus, Kaisar Konstantinus berhasil memulihkan persatuan seluruh wilayah negara Roma yang warganya mayoritas Kristen. Agama tidak sekali jadi. Agama ber-evolusi. Peradaban berkembang, demikian juga kekristenan. Kristen bukanlah kontinuitas atau diskontinuitas Yahudi, melainkan kontinuitas sekaligus diskontinuitas Yahudi. Kristen berkembang lewat tradisi, bukan lewat Alkitab. Bahkan Alkitab adalah produk tradisi gereja. Alkitab ada, karena ditulis dan ditetapkan oleh gereja, bukan sebaliknya.Hari raya liturgi gereja dimula dan berpusat pada misteri Paska. Pada mulanya tidak ada susunan sistematis dan terencana untuk merayakan peristiwa-peristiwa Kristus. Secara evolusi gereja memberikan tanggapan atas peristiwa-peristiwa tersebut satu per satu. Bapak-bapak gereja sejak abad II merapikan, membentuk, menyusun, dan merekayasa (to engineer) kisah teologinya sehingga menjadi bermakna, bertema, dan bercerita saling berurutan satu dengan lainnya. Hari raya liturgi merupakan drama sarat makna; suatu rekayasa gereja untuk memastori dan membina umat agar dapat lebih menghayati kisah Kristus menurut kesaksian Alkitab dalam bentuk perayaan.Dengan memahami sejarah hari raya liturgi, seperti Sol Invictus sebagai misal, umat menjadi lebih menghayati makna nyanyian gerejawi seperti refrain NKB 72:
Yesus, ‘Kaulah Surya rahmat, ‘Kau kobarkan hatiku.
Bersyukur di jalan s’lamat, aku puji nama-Mu!STT BAPTIS INJILI, CEPOGO BOYOLALI,2017, TITUS ROIDANTO

SUDUT PANDANG TUGAS KEIMAMAN ZAKARIA, PERKARA 25 DESEMBER, SERIAL ARKEOLOGI BIBLIKAL



SUDUT PANDANG TUGAS KEIMAMAN ZAKARIA, PERKARA 25 DESEMBER, SERIAL ARKEOLOGI BIBLIKAL

𝑼𝒓𝒖𝒕𝒂𝒏 𝑭𝒂𝒌𝒕𝒂 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒅𝒂𝒕𝒂 𝑨𝑳𝑲𝑰𝑻𝑨𝑩 𝒅𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒕𝒂 𝑺𝒆𝒋𝒂𝒓𝒂𝒉.
𝗜. 𝗘𝗹𝗶𝘀𝗮𝗯𝗲𝘁 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻𝗱𝘂𝗻𝗴 𝗬𝗼𝗵𝗮𝗻𝗲𝘀 𝗣𝗲𝗺𝗯𝗮𝗽𝘁is  𝗽𝗮𝗱a
𝘁𝗮𝗻𝗴𝗴𝗮𝗹 𝟭𝟬 𝗯𝘂𝗹𝗮𝗻 𝗧𝗶𝘀𝗵𝗿𝗶 𝗸𝗮𝗹𝗲𝗻𝗱𝗲𝗿 𝗜𝗯𝗿𝗮𝗻�
Kronologis penentuan bulan kelahiran Kristus dapat ditentukan dari jadwal pelayanan Imam Zakharia yang tercatat dalam Injil Lukas, Luk 1:9-10, 21, 9. Sebab ketika diundi, sebagaimana lazimnya, untuk menentukan imam yang bertugas, dialah yang ditunjuk untuk masuk ke dalam Bait Suci dan membakar ukupan di situ. 10. 𝗦𝗲𝗺𝗲𝗻𝘁𝗮𝗿𝗮 𝗶𝘁𝘂 𝘀𝗲𝗹𝘂𝗿𝘂h
 𝘂𝗺𝗮𝘁 𝗯𝗲𝗿𝗸𝘂𝗺𝗽𝘂𝗹 𝗱𝗶 𝗹𝘂𝗮𝗿 𝗱𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗺𝗯𝗮𝗵𝘆𝗮𝗻𝗴. 𝗪𝗮𝗸𝘁𝘂 𝗶𝘁𝘂 
𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝘄𝗮𝗸𝘁𝘂 𝗽𝗲𝗺𝗯𝗮𝗸𝗮𝗿𝗮𝗻 𝘂𝗸𝘂𝗽𝗮𝗻. 21. Sementara itu 
𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗮𝗻𝘆𝗮𝗸 𝗺𝗲𝗻𝗮𝗻𝘁𝗶-𝗻𝗮𝗻𝘁𝗶𝗸 a n . 𝗭𝗮𝗸𝗵𝗮𝗿𝗶𝗮.
 𝗠𝗲𝗿𝗲𝗸𝗮 𝗺𝗲𝗻𝗷𝗮𝗱𝗶 𝗵𝗲𝗿𝗮𝗻, 𝗯𝗮𝗵𝘄𝗮 𝗶𝗮 𝗯𝗲𝗴𝗶𝘁u
 𝗹𝗮𝗺𝗮 𝗯𝗲𝗿𝗮𝗱𝗮 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗕𝗮𝗶𝘁 𝗦𝘂𝗰𝗶.
Saat itu yang masuk ke dalam Bait Suci hanyalah Imam Zakharia seorang diri (oleh karena itu dikatakan dalam ayat 21 bahwa orang-orang lainnya yang menantikan Imam Zakharia menjadi heran mengapa ia begitu lama berada di dalam Bait Suci/Kemah Pertemuan), Kitab Suci mencatat aturan pelayanan yang demikian (sendirian) dalam kitab Imamat, sebagai berikut:
Im 16:17
17. 𝗦𝗲𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴𝗽𝘂𝗻 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗯𝗼𝗹𝗲𝗵 𝗵𝗮𝗱𝗶𝗿 𝗱𝗶 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗞𝗲𝗺 a h
 𝗣𝗲𝗿𝘁𝗲𝗺𝘂𝗮𝗻, bila Harun masuk untuk 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗮𝗱𝗮𝗸𝗮𝗻 
𝗽𝗲𝗻𝗱𝗮𝗺𝗮𝗶𝗮𝗻 𝗱𝗶 𝘁𝗲𝗺𝗽𝗮𝘁 𝗸𝘂𝗱𝘂𝘀,
 sampai ia keluar, setelah mengadakan pendamaian baginya sendiri, bagi keluarganya dan bagi seluruh jemaah orang Israel. Lalu kegiatan yang dilakukan dalam Luk 1:9 dimana ia harus membakar ukupan juga tercermin dalam aturan Imamat. sebagai berikut:
Im 16:12-13
12. Dan ia harus mengambil perbaraan berisi penuh bara api dari atas mezbah yang di hadapan TUHAN, serta serangkup penuh ukupan dari wangi-wangian yang digiling sampai halus, lalu membawanya masuk ke belakang tabir.
13.  Kemudian ia harus 𝗺𝗲𝗹𝗲𝘁𝗮𝗸𝗸𝗮𝗻 𝘂𝗸𝘂𝗽𝗮𝗻 𝗶𝘁𝘂 𝗱𝗶 𝗮𝘁𝗮s
𝗮𝗽𝗶 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗱𝗶 𝗵𝗮𝗱𝗮𝗽𝗮𝗻 𝗧𝗨𝗛𝗔𝗡, 𝘀𝗲𝗵𝗶𝗻𝗴𝗴𝗮 𝗮𝘀𝗮𝗽 
𝘂𝗸𝘂𝗽𝗮𝗻 𝗶𝘁𝘂 𝗺𝗲𝗻𝘂𝘁𝘂𝗽𝗶 𝘁𝘂𝘁𝘂𝗽 𝗽𝗲𝗻𝗱𝗮𝗺𝗮𝗶𝗮n
 yang di atas hukum Allah, supaya ia jangan mati. Dengan demikian kita mengetahui bahwa Imam Zakharia sedang melayani pada hari raya Yom Kippur (pendamaian), sebagai Imam yang berdoa pada hari raya pendamaian, ia tidak berdoa bagi hadirnya seorang anak baginya sendiri, namun ia berdoa bagi pendamaian dosa seluruh umat Israel, hal ini dikuatkan oleh perkataan malaikat Gabriel bahwa ia sedang berdoa pada hari raya pendamaian,
Luk 1:13
13. Tetapi malaikat itu berkata kepadanya: "Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes.

Luk 1:13 tentu menyiratkan bahwa Imam Zakharia saat itu bukan berdoa bagi mengandungnya Elisabet istrinya, melainkan ia berdoa dengan sungguh-sungguh pada hari raya Yom Kippur untuk pendamaian dosa seluruh umat Israel, dan hal ini dikabulkan dengan dikirimnya Sang Perintis Jalan yang berseru-seru atas pendamaian dosa manusia yaitu Yohanes Pembaptis itu sendiri (Mrk 1:4, jadi bukan sesederhana itu meminta doa seorang anak).
 𝐌𝐞𝐧𝐮𝐫𝐮𝐭 𝐈𝐦 𝟏𝟔:𝟐𝟗 𝐩𝐞𝐫𝐚𝐲𝐚𝐚𝐧 𝐘𝐨𝐦 𝐊𝐢𝐩𝐩𝐮𝐫 
(𝐡𝐚𝐫𝐢 𝐫𝐚𝐲𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐚𝐦𝐚𝐢𝐚𝐧) 𝐢𝐧𝐢 𝐣𝐚𝐭𝐮𝐡 𝐩𝐚𝐝a
 𝐭𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥 𝟏𝟎 𝐛𝐮𝐥𝐚𝐧 𝟕 (𝐓𝐢𝐬𝐡𝐫𝐢) 𝐤𝐚𝐥𝐞𝐧𝐝𝐞𝐫 𝐈𝐛𝐫𝐚𝐧i
, 𝐝𝐚𝐧 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐭𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥 𝐢𝐧𝐢 𝐚𝐰𝐚𝐥 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐝𝐮𝐧𝐠𝐧𝐲a
 𝐄𝐥𝐢𝐬𝐚𝐛𝐞𝐭. 
𝗜𝗜. 𝗬𝗲𝘀𝘂𝘀 𝗺𝘂𝗹𝗮𝗶 𝗱𝗶𝗸𝗮𝗻𝗱𝘂𝗻𝗴 𝗼𝗹𝗲𝗵 𝗯𝘂𝗻𝗱𝗮 𝗠𝗮𝗿𝗶a
� 𝘁𝗮𝗻𝗴𝗴𝗮𝗹 𝟭𝟬 𝗯𝘂𝗹𝗮𝗻 𝗡𝗶𝘀𝗮𝗻 
Tepat enam bulan setelah Elisabeth mengandung, yakni pada tanggal 10 bulan Nisan malaikat Gabriel datang memberitahukan kabar sukacita kepada Sang Theotokos Maria , sebagaimana ada tertulis:
Luk 1:26
26. Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret,
36. Dan sesungguhnya, 𝗘𝗹𝗶𝘀𝗮𝗯𝗲𝘁, 𝘀𝗮𝗻𝗮𝗸𝗺𝘂 𝗶𝘁𝘂, 𝗶𝗮𝗽𝘂𝗻 𝘀𝗲𝗱𝗮𝗻g
 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻𝗱𝘂𝗻𝗴 𝘀𝗲𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗮𝗻𝗮𝗸 𝗹𝗮𝗸𝗶-𝗹𝗮𝗸𝗶 𝗽𝗮𝗱a
𝗵𝗮𝗿𝗶 𝘁𝘂𝗮𝗻𝘆𝗮 𝗱𝗮𝗻 𝗶𝗻𝗶𝗹𝗮𝗵 𝗯𝘂𝗹𝗮𝗻 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗲𝗲𝗻𝗮𝗺 𝗯𝗮𝗴𝗶
 𝗱𝗶𝗮, yang disebut mandul itu.
𝙅𝙖𝙙𝙞 𝙢𝙖𝙠𝙣𝙖 𝙇𝙪𝙠 1:26 𝙗𝙪𝙠𝙖𝙣𝙡𝙖𝙣 𝙗𝙪𝙡𝙖𝙣 𝙠𝙚-6 
𝙠𝙖𝙡𝙚𝙣𝙙𝙚𝙧 𝙄𝙗𝙧𝙖𝙣𝙞 (𝙀𝙡𝙪𝙡) 𝙣𝙖𝙢𝙪𝙣 𝙗𝙚𝙧𝙙𝙖𝙨𝙖𝙧𝙠𝙖𝙣
 𝙠𝙤𝙣𝙩𝙚𝙠𝙨 𝙨𝙚𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢𝙣𝙮𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙖𝙘𝙪 𝙥𝙖𝙙𝙖 
𝙗𝙪𝙡𝙖𝙣 𝙠𝙚-6 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣𝙙𝙪𝙣𝙜𝙣𝙮𝙖 𝙀𝙡𝙞𝙨𝙖𝙗𝙚𝙩. 𝙅𝙞𝙠𝙖 
𝙀𝙡𝙞𝙨𝙖𝙗𝙚𝙩 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣𝙙𝙪𝙣𝙜 𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙩𝙖𝙣𝙜𝙜𝙖𝙡
 10 𝙗𝙪𝙡𝙖𝙣 7 (𝙏𝙞𝙨𝙝𝙧𝙞) 𝙠𝙖𝙡𝙚𝙣𝙙𝙚𝙧 𝙄𝙗𝙧𝙖𝙣𝙞, 𝙢𝙖𝙠𝙖 
𝙈𝙖𝙧𝙞𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣𝙙𝙪𝙣𝙜 𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙩𝙖𝙣𝙜𝙜𝙖𝙡 10 𝙗𝙪𝙡𝙖𝙣 1 (𝙉𝙞𝙨𝙖𝙣) 
𝙆𝙖𝙡𝙚𝙣𝙙𝙚𝙧 𝙄𝙗𝙧𝙖𝙣𝙞. 
𝗜𝗜𝗜. 𝗬𝗲𝘀𝘂𝘀 𝗹𝗮𝗵𝗶𝗿 𝗮𝗸𝗵𝗶𝗿 𝘁𝗮𝗵𝘂𝗻 𝟮 𝗦𝗲𝗯𝗲𝗹𝘂𝗺 𝗠𝗮𝘀𝗲𝗵𝗶 
𝗮𝘁𝗮𝘂 𝗮𝘄𝗮𝗹 𝘁𝗮𝗵𝘂𝗻 𝟭 𝗦𝗲𝗯𝗲𝗹𝘂𝗺 𝗠𝗮𝘀𝗲𝗵𝗶
Lukas 3 : 1 & 23
1. 𝗗𝗮𝗹𝗮𝗺 𝘁𝗮𝗵𝘂𝗻 𝗸𝗲𝗹𝗶𝗺𝗮 𝗯𝗲𝗹𝗮𝘀 𝗱𝗮𝗿i
 𝗽𝗲𝗺𝗲𝗿𝗶𝗻𝘁𝗮𝗵𝗮𝗻 𝗞𝗮𝗶𝘀𝗮𝗿 𝗧𝗶𝗯𝗲𝗿𝗶𝘂𝘀,
 ketika Pontius Pilatus menjadi wali negeri Yudea, dan Herodes raja wilayah Galilea, Filipus, saudaranya, raja wilayah Iturea dan Trakhonitis, dan Lisanias raja wilayah Abilene,
23. 𝗞𝗲𝘁𝗶𝗸𝗮 𝗬𝗲𝘀𝘂𝘀 𝗺𝗲𝗺𝘂𝗹𝗮𝗶 𝗽𝗲𝗸𝗲𝗿𝗷𝗮𝗮𝗻-𝗡𝘆𝗮, 𝗜a
𝗯𝗲𝗿𝘂𝗺𝘂𝗿 𝗸𝗶𝗿𝗮-𝗸𝗶𝗿𝗮 𝘁𝗶𝗴𝗮 𝗽𝘂𝗹𝘂𝗵 𝘁𝗮𝗵𝘂n
 dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli, Dari satu Perikop kitab suci di atas, kita mendapatkan data bahwa Yesus memulai pekerjaan-Nya pada umur 30 tahun dan saat itu adalah tahun ke 15 dari pemerintahan Kaisar Tiberius. Kapankah kaisar Tiberius memerintah. Dari data sejarah kaisar Tiberius naik tahta pada 18 September 14 Masehi, artinya Yesus memulai karya-Nya pada tahun 29 Masehi yaitu 15 tahun masa pemerintahannya kaisar Tiberius. 𝑫𝒂𝒓𝒊 𝒅𝒂𝒕𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒌𝒖𝒎𝒑𝒖𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒊 
𝒎𝒂𝒌𝒂 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 𝒅𝒊𝒕𝒂𝒓𝒊𝒌 𝒌𝒆𝒔𝒊𝒎𝒑𝒖𝒍𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖n
 29 𝑴𝒂𝒔𝒆𝒉𝒊, 𝒀𝒆𝒔𝒖𝒔 𝒃𝒆𝒓𝒖𝒎𝒖𝒓 30 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏, 𝒂𝒓𝒕𝒊𝒏𝒚a
 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒅𝒊𝒕𝒂𝒓𝒊𝒌 𝒎𝒖𝒏𝒅𝒖𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒂𝒌𝒂�
 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒊 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒌𝒆𝒍𝒂𝒉𝒊𝒓𝒂𝒏 𝒀𝒆𝒔𝒖𝒔 
𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒌𝒊𝒕𝒂𝒓 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 2 𝑺𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝑴𝒂𝒔𝒆𝒉i
𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒑𝒆𝒓𝒎𝒖𝒍𝒂𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 1 𝑺𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝑴𝒂𝒔𝒆𝒉𝒊.
𝗣𝗘𝗡𝗚𝗨𝗠𝗣𝗨𝗟𝗔𝗡 𝗗𝗔𝗧𝗔 
- Yohanes Pembaptis mulai dikandung Elisabet = 10 Bulan 7 (Tishri) 3758 Kalender Ibrani

- Yesus mulai dikandung Maria tepat 6 bulan setelah Elisabet mengandung = 10 Bulan 1 (Nisan) 3759 Kalender Ibrani 
Jika kita konversikan 10 Bulan 1 (Nisan) 3759 Kalender Ibrani dengan alat Konversi Kalender (data konversi kalender internasional ke kalender Masehi Julian, maka kita akan dapati.
- 10 Bulan Nisan 3759 Kalender Ibrani = 15 Maret tahun 2 Sebelum Masehi
- Masa kehamilan wanita Normal adalah 9 bulan 10 hari, Jadi Yesus lahir :  15 Maret tahun 2 Sebelum Masehi + 9 bulan 10 hari = 25 Desember tahun 2 Sebelum Masehi, Kalender Julian.
- Masa Pemerintahan Kaisar Tiberius yang ke 15 tahun adalah antara 18 September tahun 29 Masehi - 18 September tahun 30 Masehi. Pada masa di antaranya Yesus mulai berkarya dan umur Yesus saat itu adalah 30 tahun sesuai dengan kitab suci.
Jelas sudah tanggal 25 Desember memang adalah tanggal kelahiran Yesus Kristus yang kita peringati sampai sekarang. Sesuai dengan data sejarah dan data kitab suci. Kelahiran Yesus Kristus adalah pada tanggal 25 Desember 2 BC, Kalender Julian, STT BAPTIS INJILI, CEPOGO BOYOLALI,2017,TITUS ROIDANTO

TRADISI SUCI 25 DESEMBER, SERIAL ARKEOLOGI BIBLIKAL

TRADISI SUCI 25 DESEMBER, SERIAL ARKEOLOGI BIBLIKAL

PENGANTAR
Faktanya, Natal baru dipersoalkan oleh teolog Protestan Jerman, Ernst Jablonsky permulaan abad 19 M, bahwa perayaan Natal diambil alih dari perayaan kelahiran Dewa Matahari Tak Terkalahkan (Natalis Sol Invicti). Pendapat yang jelas-jelas salah ini tanpa "check and recheck" berdasarkan sumber-sumber primer sejarah gereja kuno, langsung diikuti oleh Encyclopedia Britania dan Encyclopedia Americana.Padahal penulis entry "Cristmas" dari kedua encyclopedia ini sama sekali tidak memahami sejarah gereja kuno, khususnya sejarah liturgi dan penetapan perayaan-perayaan gerejawi. Kesalahan ini disebabkan antara lain karena para penulis itu hanya mendasarkan pada sumber sumber sejarah gereja Barat abad belakangan, yang mengatakan bahwa perayaan Natal untuk pertama kali ditetapkan oleh Paus Yulius di Roma pada abad IV. Tidak salah lagi, Natal jatuh pada tanggal 25 Desember. Tiap tahun tanggalnya sudah tetap. Akan tetapi, benarkah Yesus dilahirkan pada tanggal 25 Desember? Tidak. Tidak ada sumber yang dapat memastikan hal itu. Menurut Lukas 2:8 pada malam kelahiran Yesus, para gembala "tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam". Itu menunjukkan bahwa kelahiran Yesus bukan terjadi pada bulan Desember yang adalah musim dingin di Israel. Harap Anda saksikan sendiri di peta bahwa Israel terletak pada garis lintang utara yang hampir sejajar dengan Jepang atau Korea Selatan. Klemens dari Alexandria membuat perhitungan bahwa Yesus dilahirkan pada tanggal 25 Pachon, yaitu tanggal 20 Mei. Tetapi, itupun bukan kepastian. Mengapa kita tidak mempunyai tanggal kelahiran Yesus yang pasti? Karena pada zaman itu, merayakan ulang tahun hanyalah kelaziman orang kafir. Orang-orang Kristen pada zaman itu tidak bias memperingati ulang tahun. Satu-satunya ulang tahun yang kita bac di Perjanjian Baru adalah ulang tahun Herodes Antipas (lihat Mat 14 : 6). Gereja pada zaman itu bukanlah merayakan kelahiran Yesus melainkan kebangkitanNya. Baru sekitar abad 3 umat Kristen di Mesir mulai merayakan Natal. Tanggal nya 06 Januari, bertepatan dengan suatu hari raya umum.  Cereja  di Roma baru merayakan Natal pada akhir abad 4 , dan tanggal yg dipilih 25 Desember. Tanggal tsb dipilih untuk memberi isi atau makna baru kepada perayaan kafir yang menyambut kembalinya matahari ke belahan bumi utara. Tak lama kemudian kebiasaan merayakan Natal pada tanggal 25 Desemberbitupun diambil alih oleh gereja-gereja di tempat-tempat lain, mungkin dalam bidang teologis saat ini seperti inkulturisasi, memberi makna baru pada tradisi atau budaya masyarakat yang seiring sejalan dengan pemahaman atau ajaran keimanan, bukan menolak sama sekali budaya atau tradisi suatu masyarakat, karena bagaimanapun juga budaya atau tradisi adalah hasil atau produk akal Budi manusia, kalau itu produk atau hasil akal Budi manusia bearti tetap bisa dipakai sebagai alat dan sarana memuliakan Tuhan, untuk mengasihi Tuhan (Matius 22:37 (TB)  "Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu."). Dengan satu dua kekecualian sekarang ini Natal dirayakan tanggal 25 Desember oleh hampir semua gereja, kecuali mungkin gereja denominasi orthodoks yg merayakan Natal pada 06 atau 07 Januari. Bagaimana dengan tahunnya? Tahun berapa Yesus dilahirkan? Tentang tahunnya pun kita tidak mempunyai kepastian. Matius 2:1 hanya mengatakan bahwa Yesus dilahirkanb "pada  zaman  Raja Herodes ........" Tahun-tahun berapa yang disebut dalam buku sejarah tentang Herodes? Ada ahli sejarah namanya Flaviuss Josephus yang hidup antara Ada tahun  37-100, jadi tidak begitu lama setelah zaman Yesus. Josephus tinggal tinggal di Yerusalem kemudian pindah ke Roma, Dari catatan Josephus itu kita dapat tahu bahwa Herodes yang disebutkan dalam ayat Alkitab tadi, yakni Herodes Agung, yang hidup  dari tahun  ke 73 hingga tahun 4 sM, karena menurut Josephus bertepatan dengan tanggal tsb terjadi gerhana bulan. Jadi, Yesus pastilah  lahir sebelum tanggal tersebut, karena raja Herodes  inilah yang menyebabkan Yesus diungsikan ke Mesir, baru setelah kematian Herodes, Yesus kembali dari pengungsiannya (lihat Mat 2:19,20), Dengan demikian dapatlah ditarik kesimpulan bahwa Yesus lahir sekurang-kurangnya beberapa dbulan atau tahun sebelum tahun 4 s.M. Menurut dugaan yang lazim kelahiran Yesus terjadi antara tahun 8 dan tahun 5 s.M. Masakan Yesus dilahirkan tahun 5 s.M? Apakah Yesus lahir lima tahun sebelum tahun Masehi, yaitu tahun Yesus? Bukankah itu janggal? Inilah penyebab kejanggalan tersebut. Pada zaman itu, tahun dalam kekaisaran Romawi dihitung dari tahun berdirinya kota Roma. Tahun Romawi disebut AUC, singkatan dari Ab Urbe Condita, yang berarti 'sejak berdirinya kota'. Kemudian, pada abad ke-6. seorang rahib bernama Dionisius Exigius membuat kalender baru atas perintah Kaisar Justinian, la mengganti perhitungan tahun Romawi dengan tahun Masehi yang dimulai dari kelahiran Yesus. Tetapi, kemudian hari barulah diketahui bahwa ia membuat kekeliruan hitung. la menempatkan kelahiran pada tahun 753 AUC, padahal seharusnya pada tahun 749 AUC atau 747 AUC. Kekeliruan itu sudah tidak dapat diperbaiki lagi. Kita sudah terlanjur menggunakan tahun hasil hitungan Dionisius itu, yang sebetulnya empat atau lima tahun terlambat dari kenyataan kelahiran Yesus. Itulah beberapa keterangan yang kita peroleh dari catatan sejarah dan catatan biblika arkeologi. Kelahiran Yesus jelas harus terjadi sebelum kematian Raja Herodes Agung yang ingin membunuhnya dengan memerintahkan pembunuhan semua bayi berumur di bawah 2 tahun di Betlehem (Matius 2:16). Flavius Josephus (37-100), sejarawan Yahudi abad pertama, mengatakan bahwa sesaat sebelum Herodes meninggal telah terjadi gerhana bulan yang menurut para pakar perbintangan terjadi pada 13 Maret tahun 4 sebelum Masehi (Antiquities of the Jews, XVII, vi, 167). Dengan mengacu pada taksiran Herodes bahwa bayi yang baru lahir itu tidak lebih dari 2 tahun usianya, maka taksiran intelektual tahun kelahiran Yesus sekitar tahun 4-5 sebelum Masehi. Tetapi, Alkitab sendiri tidak memberi keterangan yang pasti bilamana Yesus dilahirkan. Yang dikatakan Alkitab hanyalah bahwa Yesus lahir  di tanah Yudea pada zaman Raja Herodes. Alkitab hendak mengatakan bahwa kelahiran Yesus bukan terjadi dongeng abstrak tentang dewa yang sewaktu-waktu menampakan diri, melainkan sebagai kenyataan konkrit yang terjadi di tengah sejarah dunia, di tengah sejarah manusia, pada tempat dan zaman tertentu, dalam kehidupan manusia. Injil hanya ingin memproklamirkan bahwa senyatanya Kristus atau Allah yang mewujud manusia, firman yang menjadi daging itu benar adanya telaph ada, telah hidup ditengah manusia pada zaman, waktu, dan tempat tertentu pada sejarah manusia.  Itulah sekelumit salah satu sudut pandang dari sejarah dan arkeologi biblika, tetapi banyak denominasi dan juga ahli arkeologi biblika yang memberikan sudut pandangnya yang lain, ada baiknya kita belajar beberapa sudut pandang tentang hal tsb, shg makin jelaslah pemahaman kita tentang 25 Desember.

SUDUT PANDANG TRADISI SUCI

Ada bukti sejarah, tanggal 25 KISLEV diperingati sebagai Hari Kelahiran Kristus. Natal adalah penggenapan Perayaan Hanukkah yang diperingati setiap 25 Kislev. Selama ini terkesan hanya mengait-ngaitkan, padahal ada bukti sejarah yang otentik. Yaitu: dokumen Coptic Didascalia Apostolorum (189 M) sudah memuat penetapan Natal setiap tanggal 25 bulan Ibrani ke-9 Ibrani (Kislev) atau tanggal 29 bulan Mesir ke-4 (Khyak). Tema Hannukah juga tentang datangnya terang mengusir kegelapan, seperti lagu Hanukkah, BANU KOSHEKH LEGARESH ini. Tuhan Yesus menghadiri perayaan Hanukkah atau Penahbisan Bait Allah (Yohanes 10:22). Jadi, bukan kebetulan Tuhan Yesus bersabda menjelang kehadiran-Nya di perayaan Hannukah: "Akulah terang dunia" (Yohanes 8:12). Pemahaman ini bukan tanpa bukti. Bahwa pada tahun 5 SM, tanggal 25 Desember terjadi pada tanggal Yahudi 25 bulan Kislev. Ini adalah tanggal perayaan Hari Raya Hanukkah, yang juga dikenal sebagai Hari Raya Lampu/ Cahaya atau Hari Raya Dedikasi. Penyebutan tanggal 25 Kislev juga terdapat pada Kitab Deuterokanonika: 2 Makabe 10:5. Fakta bahwa "Annuntiatio Christi" -Td al-Bishara (Kabar Gembira kepada Maria) itu terjadi pada tanggal 22 Maret, sudah dicatat oleh para bapa gereja paling awal, yaitu sejak Irenaeus (130-202 M), Hypolitus (170-235 M) dan Sextus Yulius Afrieanus (160-240 M). Tanggal kelahiranYesus Kristus dapat dihitung di sini, 9 bulan setelah 25 Maret akan jatuh pada tanggal 25 Desember. Demikian catatan sejarah dalam garis besar yang menjadi dasar bagi bapa-bapa gereja kuno untuk menghitung jatuhnya perayaan-perayaan gerejawi.St. Hipolitus dari Roma (170-235M), pentobat yang dulunya seorang anti-Paus pada masa penggembalaan Paus St. Zephyrinus, Paus St. Kallistus I, Paus St. Urbanus I dan Paus St. Pontianus, secara eksplisit juga menyatakan bahwa Yesus Kristus lahir pada tanggal 25 Desember. Untuk kedatangan pertama Tuhan kita dalam daging, [terjadi] ketika Ia lahir di Betlehem, eight days before the kalends of January (25 Desember), hari keempat (Rabu) dalam minggu ketika Augustus (kaisar Romawi) dalam 42 tahun [pemerintahannya] tetapi dari Adam 5500 tahun. Selain itu, Tradisi Suci juga meneguhkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Tuhan Yesus. Telesporus dari Roma (126 M), Telesporus adalah paus ke-9 Roma. Secara apostolik dia adalah penerus Rasul Petrus. Dia mati syahid (martir), karena saat itu lagi gencar-gencarnya penganiayaan terhadap orang Kristen oleh Kekaisaran Romawi. Paus Telesporus merayakan misa malam natal pada tanggal 24 Desember 124 M. 148 tahun sebelum perayaan Dewa Matahari ditetapkan natal sudah dirayakan. Berikut bukti catatan tentang Paus Telesporus dari buku daftar paus (Liber Pontificalis) hal. 12-13: Dari buku diatas, kia dapat melihat bahwa Paus Telesporus menyarankan bahwa misa natal sebaiknya dimulai sejak malam natal. Selain itu, dia juga menyarankan untuk menyanyikan himne “Gloria in excelsis Deo” secara berulang. Pernahkah kita membayangkan bahwa lagu “Gloria in excelsis Deo” yang sering kita nyanyikan saat natal ternyata sudah ada sejak tahun 126 M. Kata tersebut berasal dari Vetus Latina (naskah kuno Alkitab dalam Bahasa Latin) pada Lukas 2:14. Saat St. Hieronimus menerjemahkan Alkitab ke dalam Bahasa Latin yang lebih baru atau yang dikenal dengan Vulgata di tahun 380 M, kata tersebut bukan “Gloria in excelsis Deo” lagi, melainkan “Gloria in altissimis Deo”. Lalu apakah himne tersebut juga berubah? Tentu tidak, karena jemaat waktu itu sudah terbiasa dengan “Gloria in excelsis Deo” dan jika diubah tentu juga akan mengubah nadanya. Buktinya kita masih bisa mengenalnya sampai sekarang. Bukankah ini suatu peninggalan yang sangat luar biasa? Saya sendiri sebagai orang Kristen bangga, karena warisan kekristenan kita yang hampir berusia 2000 tahun masih bisa rasakan. Irenaeus Uskup Lyon (130-202 M), Irenaeus adalah murid dari Polikarpus Uskup Smirna, sedangkan Polikarpus adalah murid dari Rasul Yohanes. Dia menulis dalam bukunya Adversus Haereses (Melawan Para Bidat) pada tahun 180 M bahwa pembuahan bayi Yesus Kristus terjadi pada tanggal 25 Maret dan Ia disalibkan pada tanggal yang sama, dengan mengaitkan kematian-Nya pada saat ekuinoks. Meskipun pada masa Irenaeus belum disebut tanggal 25 Desember, tapi sudah disebutkan bahwa Maria menerima kabar gembira pada tanggal 25 Maret. Ini menjadi indikasi tanggal kelahirannya bahwa 9 bulan kemudian adalah 25 Desember. Hippolytus dari Roma (170-235 M), Secara apostolik, Hippolytus adalah cicit rohani dari Rasul Yohanes karena dia adalah murid dari Irenaeus. Dia menuliskan tentang kelahiran Kristus pada buku Commentary on Daniel di tahun 204 M. Secara eksplisit dia mengatakan bahwa Kristus lahir pada tanggal 25 Desember. Karya Hippolytus ini sangat penting, karena berasal dari generasi ketiga para Rasul dan memiliki kesinambungan yang jelas. Berikut catatan Hippolytus dalam buku Commentary on Daniel dalam Bahasa Yunani (asli) serta yang sudah disalin ke dalam Bahasa Inggris dan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia: Ada yang menarik dari catatan Hippolytus, dimana dia tidak menuliskan langsung 25 Desember melainkan delapan hari sebelum Januari. Catatan tersebut membuktikan bahwa di tengah-tengah pengaruh kuat Romawi kafir, Gereja Kristus tidak kehilangan jati diri iman Abraham, yang mengajarkan bahwa permulaan hidup seseorang dihitung sejak Perjanjian Sunat “ketika genap delapan hari” (Lukas 2:21). Jadi saat tanggal 1 Januari selain merayakan tahun baru, kita juga merayakan hari penyunatan Tuhan Yesus. Sextus Julius Africanus (160-240 M), Julius Africanus ini berada di wilayah sekitar Libya. Dia memang tidak berbicara mengenai adanya perayaan natal, namun secara implisit mengatakan bahwa 25 Desember adalah tanggal kelahiran Kristus. Dalam bukunya Chronographia dia mengutip keyakinan Orang Yahudi bahwa alam semesta dunia diciptakan pada tanggal 15 Nisan (25 Maret), sehingga tanggal ini memiliki makna kosmis. Dia juga mengatakan bahwa pada tanggal 25 Maret Sang Firman Allah menjelma menjadi manusia (inkarnasi). Sang Firman Allah menjelma menjadi manusia sejak masa Dia dikandung oleh perawan Maria. Hal ini berarti setelah 9 bulan, Sang Kristus lahir pada tanggal 25 Desember (Bisa dicek pada buku The Oxford Dictionary of Late Antiquity). Theofilus dari Anthiokia (171-183 M), Theofilus adalah Patriakh di Anthiokia. Gereja inilah yang disebutkan dalam Kisah Para Rasul 11:26. Rasul Petrus menjadi patriakh pertama di Anthiokia, sehingga bisa dikatakan bahwa Theofilus berasal dari garis Rasul Petrus. Sebelum pergi ke Roma, Rasul Petrus menahbiskan 2 patriakh yaitu Evodius dan Ignatius sebagai penerusnya. Ignatius untuk orang Yahudi dan Evodius untuk orang non Yahudi. Kemudian Evodius mengundurkan diri karena usianya yang sudah tua, lalu dilanjutkan oleh Ignatius sendiri. Dari seorang Ignatius kita mengenal ucapan “Gereja yang kudus, am (universal), dan apostolik”. Jadi, gereja adalah untuk segala suku bangsa bukan kalangan tertentu saja. Patriakh Theofilus sudah memerintahkan untuk merayakan natal tanggal 25 Desember. Pernyataan terkenal dia mengenai natal yaitu: “Kita harus merayakan hari kelahiran kita setiap tanggal 25 Desember, jatuh pada hari apapun” (De Origin Festorum Christianorum dalam buku Refleksi Ziarah ke Tanah Suci). Berikut juga bukti tentang perayaan natal oleh Theofilus pada Encyclopædia Britannica: Demetrius dari Alexandria (189 M), Demetrius adalah Patriakh ke-12 Gereja Ortodoks Koptik di Alexandria, Mesir. Gereja ini didirikan oleh Rasul Markus Sang Penulis Injil. Jadi, Demetrius berasal dari garis Rasul Markus. Seperti diuraikan diatas, natal sudah dirayakan pada tahun 126 M, kemudian ditetapkan di Anthiokia oleh Patriakh Theofilus. Beberapa tahun sesudah itu, seorang astronom Mesir yang bernama Batlimous pada akhir abad ke-2 melalukan perhitungan yang lebih cermat atas perintah Patriakh Demetrius. Hasil perhitungannya menunjukkan bahwa natal jatuh pada tanggal 25 bulan kesembilan (Kislev) Ibrani, kemudian dilengkapi dengan Tarikh Koptik pada 29 bulan Kiahk (Dicatat dalam Dokumen Didascalia Apostolorum). Kalender Koptik dihitung berdasarkan penampakan bintang Siriuz, dan pernah diakui oleh UNESCO sebagai kalender yang paling akurat dibandingkan dengan kalender manapun yang pernah dibuat. Bukankah ini sebuah kebanggaan yang luar biasa sebagai umat Kristen dimana selain Gereja barat yang memiliki kalender matahari (baik Julian maupun Gregorian), di timur juga terdapat kalender Koptik. Menghitung kalender tentu bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi Gereja mewarisi itu semua. Berikut bukti catatan natal dalam dokumen Didascalia Apostolorum terjemahan Bahasa Arab karena aslinya Bahasa Koptik: Sejak tahun 189 M inilah tanggal natal mulai dikanonkan, kemudian digunakan sebagai acuan untuk seluruh gereja. Berikut dokumen Didascalia Apostolorum dari Gereja Syria (250 M) yang sudah diterjemahkan dalam Bahasa Inggris: Dalam dokumen Didascalia Apostolorum ditulis bahwa kelahiran Kristus terjadi pada tanggal 25 bulan Kislev, itu artinya Natal pertama Yesus bertepatan dengan perayaan penahbisan Bait Suci (Hanukkah). Tuhan Yesus sendiri menghadiri perayaan Hanukkah atau Penahbisan Bait Allah (Yohanes 10:22). Hari Raya Hanukkah juga sering disebut sebagai Perayaan Hari Raya Terang, dimana di Israel saat perayaan ini banyak lampu-lampu terang. Bukan kebetulan juga Tuhan Yesus bersabda menjelang kehadiran-Nya di Perayaan Hanukkah “Akulah terang dunia” (Yohanes 8:12) karena Tuhan Yesus adalah terang yang sejati. Itulah mengapa saat merayakan natal juga terdapat pohon terang, karena untuk menyambut kedatangan Sang Terang Sejati itu sendiri. Jadi, pohon terang bukan berasal dari kafir melainkan dari Yudaisme yang merupakan saudara tua umat Kristen. Bisa dikatakan bahwa natal adalah penggenapan dari Perayaan Hanukkah. Pemahaman diatas bukan tanpa bukti. Tanggal 25 Desember tahun 5 SM juga bertepatan dengan tanggal Yahudi 25 bulan Kislev. Berikut bukti bahwa natal pertama Yesus bertepatan dengan Hanukkahserta perbandingan antara kalender Koptik, Ibrani dan Masehi: Sekalipun perayaan natal tidak selalu tepat dengan perayaan Hanukkah setiap  tahunnya karena perbedaan kalender yang digunakan, tetapi jaraknya selalu berdekatan. Ini membantah tuduhan yang mengatakan bahwa natal tidak mungkin terjadi di Bulan Desember. Alasan kaum polemikus mengatakan natal tidak mungkin terjadi di Bulan Desember karena bulan tersebut sedang musim salju, tidak mungkin ada kawanan domba di saat turun salju. Ini perlu dijawab, bahwa Yesus lahir di Betlehem. Betlehem itu terletak di Timur Tengah bukan di Eropa. Salju biasanya turun di wilayah Eropa. Di Timur Tengah salju biasanya terjadi di Gunung Hermon bukan di Betlehem. Mungkin teman-teman juga bisa mengeceknya langsung di Youtube mengenai Perayaan Natal di Betlehem apakah ada salju atau tidak disana. Dari fakta-fakta yang diuraikan diatas, jelaslah tidak benar pendapat yang mengatakan bahwa Natal diambil dari perayaan kafir Dewa Matahari Yang Tak Terkalahkan (Sol Invictus). Sebaliknya, justru agama kafir tersebut yang menyesuaikan dengan Kekristenan. Data Bapa Gereja sebelum tahun 274 M yang mengatakan tentang Natal tidak hanya 1, melainkan ada 6. Mungkin bisa saja ada lebih banyak data dari yang sudah saya sebutkan. Sekalipun Para Bapa Gereja menggunakan kalender yang berbeda-beda tetapi arahnya tetap sama ke 25 Desember. Bahkan jarak antar Bapa Gereja tersebut juga tidak berdekatan mulai dari Roma, Lyon, Alexandria, Anthiokia, bahkan sampai ke Libya, namun catatannya sama. Tentu kondisi waktu itu berbeda dengan sekarang, dimana informasi bisa tersebar dengan sangat cepat. Perlu ditekankan pula tidak pernah konsili ekumenis yang membahas tentang perayaan Natal, sehingga ini sudah mengalir pada setiap Gereja. Sumber gereja Timur mencatat Natal sudah dirayakan di Kaisaria oleh Mar Theofilus kira-kita tahun 160 M. Selanjutnya, untuk pertama kali Natal ditetapkan di Alexandria pada tahun 189 M oleh Baba Demitri (Paus Dimitrius), Patriarkh Alexandria dan penerus takhta suci kerasulan Markus (Gereja Ortodoks Koptik) dalam dokumen yang berjudul "Al-Dasquliya al-Qibthiyah" atau "Ta'lim ar-Rasul" (The Coptic Didascalia Apostolorum). Pasal XVIII Kitab Ta'alim terjemahan bahasa Arab yang aslinya dari bahasa Koptik tersebut menyebutkan:
‫ر‬ ‫ت االع ياد اي ام ف ي ت خ ف ظوا اخوات نا ي ا‬ ‫من ع شي ن و خم سة ف ي ك م لو ه و ال رب م ي الد ع يد ه ي ال ي‬ ‫ل لم رصي ي ال ذى ال راب ع ال ش هر من رونوال عش ال تا سع ه و ال ذى ل ل ع ربان ي ال ذى ال تا سع ال ش هر‬. "Ya Ikhwatana, tahfudhu fi ayam al-a'yadi allati 'Id al-Milad al-Rabb, wa kamaluhu fi khamsati wa ishrin min al-shahri al-tasi'i alladzi lil 'Ibraniyyin, alladzi hiya at-tasi'u wa al-ishrun min alshahri al-rabi'i alladzi lil Mishriyyin". Artinya: "Wahai Saudara-saudaraku, tetapkanlah dalam hari-hari perayaan Kelahiran Junjungan kita tepatnya pada tanggal 25 bulan kesembilan Ibrani, atau tanggal 29 bulan keempat Mesir" (Marqus Dawud, 1979:122).
Bahkan sebelum ditetapkan sebagai dokumen perayaan gerejawi, Mar Theofilus dari Caesaria mulai tahun 160 M telah merayakan Natal pada tanggal yang sama (De Origin Festorum Christianorum). Perayaan ini baru diikuti oleh Gereja Roma pada masa Paus Yulius I (336-352 M), yang dikemudian hari dikonversikan menurut kalender matahari (syamsiah) versi Gregorian tanggal 25 Desember. Sedangkan di gereja-gereja Timur yang memakai kalender matahari (syamsiah) versi Yulian menghitungnya setiap 7 Januari. Jadi, penetapan aslinya Natal memang memakai kalender Yahudi yang didasarkan atas peredaran bulan (Qomariyah) dan kalender Koptik uang didasarkan atas peredaran bintang Sirius (kawakibiyah). Uniknya, penetapan Natal pertama kali justru jatuh pada hari yang sama dengan perayaan ‫" הָּ כּונֲח‬Hanukkah" atau Penabisan Bait Suci, yang juga jatuh setiap 25 bulan kesembilan Ibrani, yaitu bulan Kislev. Perayaan oleh oleh sejarawan Yahudi Flavius Yosefus (90 M) sebagai ‫הַ ח‬ ‫ִּוּוַה‬ ‫" חַ א‬Ḥag Ha'urim" (Hari Raya Terang) ini, memperingati kemenangan Yudas Makkabe atas Raja Seleukid, Antiokhus Epifanes IV, yang menaruh patung dewa orang Yunani di Bait Allah dengan mengorbankan babi, yang tentunya sangat menodai perasaan keagamaan umat Tuhan saat itu. Peristiwa bersejarah ini dicatat dalam Talmud dan buku Deuterokanonika (Kanon Kedua), khususnya 2 Makabe 10:1-9. Yesus pernah datang pada perayaan ini di Yerusalem, "ketika itu musim dingin" (Yohanes 10:22). Menurut informasi Anba Yoanis, uskup Nikea, Paus Yulius I di Roma menerima perhitungan Natal dari Gereja Timur yang dihitung berdasarkan data-data sejarah kuno seperti yang ditulis oleh Flavius Yosefus. Perlu dicatat pula, dalam bukunya The Jewish War, Buku VI, Pasal 4:1-5, Yosefus menyebutkan bahwa Bait Suci dibakar oleh Titus pada tanggal 9 bukan Lous. Dan data ini cocok dengan dokumen Yahudi, Talmud, yaitu sebuah "Baraita" atas teks Traktat Ta'anit 4.29a (ditulis 160 M) yang menyebutkan:
‫חַּבח בַעַּבשׁ ומוצִַ חַח בּבשׁ ומוצִַ חַה ּבִב עחשּׁב עּוב חַוה ִוּבו וכחשּׁבּוִ שׁחמקד ּבַּב הּובשּׁב‬ ‫חַּבח ַחוַּוַב לשׁ מּוּבחשׁומ‬.

"Besheharav Bet HaMiqdas harishonah otto hayom 'erev Tisha be Av hayah umotsai shabat hayah umotsai Shevi'it hayetah umishmaretah shel Yehohariv hayetah". Artinya: "Ketika Bait Suci pertama dihancurkan hari itu terjadi setelah petang pada tanggal 9 bulan Av, harinya setelah hari Sabat, setelah tahun ke tujuh, dan yang sedang bertugas sebagai mishmar adalah Yehoyariv" (Rabbi H. Goldwurm, 2006).
Dokumen itu selanjutnya mencatat, ‫בשׁכַח כן‬ ִׁ֖ ‫" א‬ken basheniyah" (begitu juga yang kedua), maksudnya Bait Suci yang kedua juga dihancurkan pada jam, hari dan bulan yang sama. Orangorang Yahudi sampai hari ini melakukan puasa perkabungan atas hancurnya Bait Suci setiap tanggal 9 bulan Av (Ibrani: Ibrani: ‫ בִב ּבשעח‬atau ‫בִב ט׳‬, "Tisha be Ab"), seperti tertulis dalam dokumen Megilat Ta'anit (Gulungan Puasa) tersebut. Dalam kalender Yahudi, peristiwa Tisha be Av ini sejajar dengan kalender Yulian 5 Agustus 823 AUC (Ab Urbi Condita) atau setelah berdirinya kota Roma, yang sama dengan tahun Gregorianh 70 M. Dengan mengetahui bahwa pada tanggal 9 Av (5 Agustus) tahun 70 M yang bertugas di Bait Allah adalah Yoyarib, rombongan pertama dalam 24 rombongan imam Lewi yang bertugas di Bait Allah (1 Tawarikh 23:7-19), sedangkan menurut Lukas 1:5 imam Zakaria adalah berasal dari rombongan Abia (rombongan ke delapan), maka dapat dihitung mundur ke belakang sekitar 75 tahun kapan malaikat Gabriel menemui imam Zakaria yang berasal dari rombongan Abia, ketika bertugas di Bait Allah.Ternyata dibuktikan sejak abad kedua, bahwa Malaikat Jibril menemui Zakaria pada waktu perayaan ‫" נא ַיּוּו ַֹוה‬Yom Kippur" (Hari Penebusan Dosa), minggu kedua bulan Tishri. Data ini juga cocok dengan dokumen kuno "Protevangelion Iakobi" (170 M) bahwa Malaikat Gabriel menemui Zakaria pada perayaan Yom Kippur. Selanjutnya, Lukas 1:26 mencatat bahwa Gabriel menemui Maria di Nazaret untuk memberitakan kelahiran Yesus pada bulan keenam setelah menemui Zakaria. Enam bulan setelah Tishri akan jatuh pada bulan Ibrani Adar Tseni atau Nisan (kalender Yahudi mengenal bulan ke-13, yaitu Adar Tseni/kedua ynag jatuh 7 kali dalam setiap 19 tahun untuk menyesuaikan selisih 10 atau 11 setiap tahun antara sistem qomariyah dan syamsyiah). Karena itu, 'Ied al-Bishara(Perayaan Malaikat Jibril menyampaikan kabar baik kepada Bunda Maria) terjadi pada tanggal 15 Nisan, yang bertepatan dengan tarikh Gregorian 25 Maret, seperti dicatat oleh St. Irenaeus (130-202 M), Hypolitus (170-235 M) dan Sextus Yulius Africanus (160-240 M). Kalau usia kandungan normalnya 9 bulan, maka 9 bulan setelah 15 Nisan/25 Maret akan jatuh pada tanggal 25 Kislev atau sekitar 25 Desember. Itulah dasar perhitungan gereja-gereja kuno, khususnya "Coptic Didascalia Apostolorum" bahwa Yesus memang lahir pada perayaan Hanukkah, 25 Kislev atau 29 bulan Khyak. Tanggal ini selanjutnya dikonversikan menjadi tahun Gregorian 25 Desember di gereja-gereja wilayah barat. Karena selisih hitungan akibat kesalahan tahun Gregorian, maka gereja-gereja timur yang masih memakai kalender Yulian, Natal jatuh setiap 7 Januari. Tetapi kalender aslinya memang didasarkan atas tahun Ibrani (Lunar System) dan tahun Koptik (Star System). STT BAPTIS INJILI, CEPOGO BOYOLALI,2017, TITUS ROIDANTO

Jumat, 24 Desember 2021

BETH TALMUD, SERIAL SUDUT PANDANG

BETH TALMUD, SERIAL SUDUT PANDANG

“In school they told me practice makes perfect, and then they told me nobody’s perfect, so then I stopped practicing.” Steven Wright.  Bacaan Injil Minggu ini secara ekumenis diambil dari Lukas 2:41-52 yang didahului dengan 1Samuel 2:18-20, 26, Mazmur 148, dan Kolose 3:12-17. [Minggu I sesudah Natal, Tahun C]. Injil Lukas merupakan satu-satunya dari keempat Injil di dalam Alkitab yang mengisahkan masa remaja Yesus. Dikisahkan setiap tahun orangtua Yesus pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paska. Ketika Yesus berusia 12 tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu. Saat perayaan berakhir pulanglah mereka, tetapi Yesus tertinggal di Yerusalem tanpa mereka ketahui. Setelah sehari perjalanan barulah mereka menyadari. Mereka kembali ke Yerusalem mencari Yesus. Setelah tiga hari mereka menemukan Yesus di Bait Allah. Yesus didapati sedang duduk di tengah-tengah alim ulama (TB II: guru agama) dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Semua orang yang mendengar Yesus sangat heran akan kecerdasan Yesus dan jawaban-jawaban yang diberikan. Melihat itu orangtua-Nya tercengang, “Nak, mengapa Kamu berbuat demikian terhadap kami? Kamu lihat bapak-Mu dan aku dengan cemas mencari-Mu.” kata Maria. “Mengapa kamu mencari Aku?” jawab Yesus, “Bukankah kamu tahu bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” Mereka tidak mengerti apa maksud perkataan-Nya, lalu mereka membawa Yesus pulang ke Nazaret,dan Maria menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. Yesus tetap hidup dalam asuhan mereka.  Bacaan ditutup dengan Yesus makin dewasa dan bertambah hikmat-Nya dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia (ay.52). Dari catatan tentang kehidupan Yesus dalam Injil kita hanya membaca tiga klasifikasi usia saja yang dimuat: bayi (yeled), usia disapih (gemul)  ketika Ia diserahkan di Bait Allah di hadapan Simeon dan Hana, dan remaja (bahar, 12 tahun) ketika Ia diajak Yusuf dan Maria ke Yerusalem. Usia 12 bagi tradisi Yahudi zaman Yesus begitu penting, karena seorang anak laki-laki Yahudi harus melakukan upacara yang disebut Bar Mitzvah (anak Hukum). Menurut tradisi Yahudi pada usia 12 Nabi Musa meninggalkan rumah anak perempuan Firaun (yang Musa menjadi anak angkatnya), Samuel menerima suara yang berisi visi ilahi, Salomo menerima Hikmat Allah, dan Raja Yosia menerima visi reformasi agung di Yerusalem. Dalam rangkaian ritus Yahudi itu Yesus harus melakukan ‘aliyah (naik) dan Bemah (menghadap mimbar untuk menerima kuk hukum Taurat). Upacara ini dilakukan pada Sabat sehingga disebut juga thepilin Shabat. Menurut  Sepher Gilgulim semua anak Yahudi sejak usia 12 siap menerima ruah (roh hikmat) dan pada usia 20 ditambahkan baginya nishama (reasonable soul, “jiwa penalaran”). Pada usia 20 tersebut seseorang harus memasuki sekolah khusus Yahudi (Beth Midrash). Tahapan pengajaran Yahudi: Mikra (membaca Taurat) dari usia 5, pada usia 10 - 12 anak masuk ke Beth Talmud, Midrash pada usia 20 tahun, dan pada usia 30 baru boleh mengajar di depan umum. Menurut teolog dan pakar pendidikan Robert R. Boehlke di dalam Beth Talmud anak-anak diajari Misyna, yaitu tafsir Taurat. Di sini anak-anak diajari juga ilmu hitung, ilmu bintang, ilmu bumi, dan ilmu hayat. Dalam proses itu mereka belajar berpikir logis. Mereka diajari bagaimana memertahankan pendapat tentang penafsiran oleh rabi atau guru tertentu dan sebaliknya mereka diajari bagaimana menyampaikan kecaman atau kritik terhadap tafsiran tertentu. Dalam bacaan hari ini Yesus (umur 12 tahun) dengan cerdas sedang berdebat dengan alim ulama di Bait Allah (atau tepatnya rumah ibadah yang berada di dalam kompleks Bait Allah). Menurut Boehlke kisah Yesus itu merupakan gambaran nyata pengajaran khas dalam Beth Talmud. Meskipun Yesus dari keluarga miskin, Ia memeroleh kesempatan belajar yang sama dengan anak-anak orang kaya menurut sistem pendidikan Yahudi sesudah pembuangan di Babel.Yang menarik ketika Maria melihat Yesus yang dengan cerdas berdebat dengan alim ulama, menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya (ay. 51). Tidak ada kisah Maria seperti ibu-ibu zaman sekarang yang memamerkan “kecerdasan” anak-anak mereka di medsos. Yusuf dan Maria merawat dan mengasuh Yesus menurut tradisi dan sistem pendidikan Yahudi di atas sehingga Yesus makin dewasa dan bertambah hikmat-Nya dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia. Model pendidikan Yahudi tersebut sampai sekarang digunakan oleh negara-negara maju termasuk pembinaan olahraga. Negara maju sepakbola selalu melindungi para pemain muda dari publikasi media dan eksploitasi. Media dilarang mengabarkan liga remaja. Para pemain belum menjadi pribadi dewasa mandiri. Eksploitasi berlebihan mengakibatkan pemain belia akan layu sebelum berkembang. Dapat anda bayangkan jika anak remaja anda menjadi seorang kiper, kemudian diberitakan bahwa timnya kalah 10-0. Apa dampak psikologisnya? Anak anda akan mengalami depresi menanggung malu karena ia merasa manusia di seluruh dunia mengolok-oloknya. Akibat selanjutnya ia berhenti berlatih dan bermain sepakbola. Sebaliknya, jika anak remaja anda memenangi pertandingan,kemudian diberitakan besar-besaran termasuk anda tak ketinggalan memberitakannya di medsos. Anak akan besar kepala, yang akibat selanjutnya ia meremehkan kewajiban seorang calon pemain profesional yaitu menghormati sepakbola itu sendiri. Tidaklah mengherankan banyak pemain Indonesia yang kala remaja atau junior sangat berprestasi, hancur lebur pada jenjang senior. Mereka sudah menjelma menjadi hedonis.Beberapa tahun lalu ada seorang remaja mendadak menjadi selebritis karena menulis di medsos. Meskipun ia banyak membaca buku, ia belum memiliki struktur dan sistem dalam menyampaikan pikiran seperti yang diakuinya sendiri. Ia seperti pesepakbola bintang remaja yang dipaksa oleh banyak orang untuk menjadi pemain profesional yang mampu membuat sebuah klub juara. Tidak tanggung-tanggung orang-orang yang memaksanya: dari orang dewasa biasa, menteri, sampai Presiden Jokowi. Anak ini ibarat besi panas yang sedang ditempa oleh pandai besi, mudah diliak-liukkan sesuai kehendak si pandai besi. Saat si pandai besi khilaf, tangannya terkena pukulan palunya sendiri, besi panas itu terlempar ke dalam air yang kemudian mendadak dingin dan kaku. Anak ini gagal menjadi sebuah pisau yang tajam, karena ulah orang-orang dewasa yang seharusnya melindunginya.Pendidikan bukan sekali jadi. Pendidikan merupakan pengindonesiaan dari kata Latin ex ducare yang berarti membawa seseorang keluar dari kebodohan, ketidaktahuan, dan ketidakdewasaan menjadi tahu dan dewasa. Tujuan pendidikan ialah membuat naradidik menjadi pribadi dewasa-mandiri. Ia butuh proses panjang dan berjenjang sampai ia dinyatakan “boleh mengajar di depan umum”.Gereja menyusun tahun liturgi yang dimula dari Minggu pertama Adven yang diisi dengan leksionari bukanlah tanpa alasan. Hal itu merupakan metode gereja dalam mendidik warga gereja secara berstruktur dan bersistem dengan tahun liturgi sebagai kalender akademik dan leksionari sebagai kurikulum sehingga warga menjadi pribadi dewasa-mandiri, bukan warga warga bertubuh dewasa tetapi kekanak-kanakan. Dalam bacaan Malam Natal kemarin kita bisa melihat Yesus dilahirkan dalam kesederhanaan. Yesus anak orang miskin menurut penginjil Lukas. Dalam Injil Lukas 2:24 (hanya beberapa ayat dari bacaan kemarin) dikisahkan bahwa orangtua Yesus adalah orang miskin karena pada hari penahiran orangtua Yesus memersembahkan sepasang burung tekukur atau dua anak merpati. Persembahan seperti itu merupakan pengganti domba tanpa cela yang tidak mampu dibeli oleh orang miskin. Secara telak penginjil Lukas memerikan Yesus adalah anak orang miskin. Sungguh ironis apabila Natal dirayakan dengan pesta mewah dan bahkan kalangan Protestan tertentu menghabiskan dana untuk merayakan Natal di masa Adven. Perilaku itu kontradiksi dengan pesan Injil Lukas. STT BAPTIS INJILI, CEPOGO, BOYOLALI, TITUS ROIDANTO,2021

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...