Have a very Meelad Majeed!, : “Do you know why so many people love Jesus? Without Jesus, no Christmas.” Melanie White. Masa Adven yang dimula pada 28 November 2021 berakhir pada 24 Desember 2021 saat matahari terbenam. Sesudah itu umat memasuki masa raya Natal dengan melakukan Kebaktian Malam Natal (missa in nocte). Frase Malam Natal tidak sama dengan frase Malam Minggu yang belum (hari) Minggu. Malam Natal berarti malam kelahiran. Sudah Natal. Masa Raya Natal dimula hari ini, 24 Desember, selepas Maghrib sampai pada Epifania. Ada dua kisah Natal di Alkitab: Injil Matius dan Injil Lukas. Keduanya kisah teologis, bukan catatan historis sehingga tidak dapat digabungkan menjadi satu rangkaian cerita yang kerap kita saksikan dalam drama Natal atau khotbah-khotbah Natal. Sekelompok murid SMA diberi tugas oleh guru mereka untuk menulis kegiatan harian Bung Karno dari 1 Agustus sampai 17 Agustus 1945. Ada dua buku sejarah di perpustakaan, tetapi dua buku itu belum dapat memberi keterangan lengkap kegiatan harian Bung Karno. Para murid kemudian melakukan pencarian lebih giat lewat internet dan bertanya kepada orang-orang yang mengerti sejarah. Lengkap sudah penugasan dari guru. Mereka berhasil menulis kegiatan Bung Karno dari 1 Agustus sampai 17 Agustus 1945. Kronologis.Kisah Natal di Alkitab tidak dapat dirangkai seperti tugas para murid di atas. Penulis Injil Matius dan Injil Lukas memiliki teologi masing-masing dalam menulis kisah Natal tersebut. Menurut penulis Injil Matius Yusuf dan Maria, orangtua Yesus, tinggal di Betlehem, sedang menurut penulis Injil Lukas Yusuf dan Maria tinggal di Nazaret. Masih banyak lagi perbedaan yang tidak dapat diakurkan karena memang bukan kisah historis seperti Yesus anak raja (Injil Matius) dan Yesus anak orang miskin (Injil Lukas). Persamaan kisah itu Yesus lahir di Betlehem dan besar di Nazaret sehingga Yesus dikenal sebagai orang Nazaret.Untuk itu bacaan dan khotbah harus berpumpun pada satu Injil dengan close reading. Pengkhotbah tidak boleh membuat “Injil baru” dengan memasukkan kisah Natal dari Injil lain ke dalam satu bacaan Injil tentang kelahiran Yesus. Bacaan Injil Lukas 2:1-14, (15-20).Kisah klasik kelahiran Yesus dalam Injil Lukas selalu dibacakan dalam Ibadah Malam Natal. Dikisahkan Yusuf dan Maria harus pergi dari Nazaret ke Betlehem atas perintah Kaisar Agustus dalam rangka pendaftaran penduduk ke tempat asalnya. Orang harus mudik. Maria dalam keadaan hamil tua. Ketika mereka tiba di Betlehem, sudah waktunya bagi Maria melahirkan. Ia membungkus bayinya dengan kain lampin dan membaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan (καταλύματι). Dalam pada itu masih di dalam kawasan tempat kelahiran ada gembala-gembala di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdiri satu malaikat Tuhan berkata kepada mereka,”Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan." Tak lama dari itu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan.Dalam setiap khotbah Natal dan renungan-renungan yang bernasabah dengan Malam Natal acap muncul satu pertanyaan senada dari pengkhotbah dan penulis renungan “Apakah Saudara sudah menyediakan tempat bagi Yesus?” Pertanyaan itu selalu terlontar, menurut saya, akibat tafsir suudzon pada frase dalam kisah Natal di Injil Lukas “karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan”. Pengkhotbah berprasangka pemilik penginapan menolak memberikan tempat bagi Maria dan Yusuf. Padahal di awal narasi Kaisar Agustus memberi perintah sensus sehingga setiap orang kembali ke daerah asalnya untuk didaftar. Kalau rumah-rumah penginapan atau kamar tamu penuh, mosok pemiliknya dituduh menolak tamu?Rumah penginapan dalam Injil Lukas diterjemahkan dari καταλύματι, yaitu ruang atas (upper room) untuk tamu menginap di rumah induk. Alternatif penerjemahan menjadi “karena tidak ada ruang tamu bagi mereka”. Jadi, Yusuf dan Maria diduga menginap di kolong rumah. Kolong rumah itu juga tempat parkir hewan-hewan transportasi (milik tamu yang menginap di ruang atas) yang tentu saja ada palungan tempat makan hewan, tetapi itu bukan kandang hewan. Kalau kita baca terus ayat 21 sama sekali tidak ada petunjuk keganjilan kelahiran di kandang. Semua berjalan wajar dalam kesederhanaan dan bahkan di dalam teks tertulis menurut tradisi Yahudi Yesus disunat pada hari kedelapan. Meskipun dalam Injil Lukas tidak secara eksplisit menyebut Yesus dilahirkan di kandang bukan berarti Yusuf dan Maria adalah bukan orang miskin. Dalam Injil Lukas pasal yang sama (pasal 2) ayat 24 membuktikan bahwa orangtua Yesus adalah orang miskin karena pada hari penahiran orangtua Yesus memersembahkan sepasang burung tekukur atau dua anak merpati sebagai pengganti domba tanpa cela karena tak mampu membeli. Sungguh ironis umat Kristen, terutama dari kalangan Protestan tertentu, menghamburkan uang dan energi untuk berpesta mewah Natal di masa Adven. Kata palungan tampaknya sangat dipaparkan oleh penulis Injil Lukas. Hal itu dapat kita lihat saat kelahiran Yesus dibungkus dengan kain lampin dan dibaringkan di dalam palungan. Mailakat Tuhan memberi petunjuk kepada para gembala bahwa bayi Yesus dibaringkan di dalam palungan. Tampaknya Injil Lukas mengambil dari Yesaya 1:3 “Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya.” Penginjil Lukas hendak mengatakan bahwa para gembala adalah umat Tuhan yang sekarang sudah mengenal “palungan”-nya. Pertanyaan oratoris para pengkhotbah apakah kita sudah menyediakan tempat di hati bagi Yesus (karena kelahiran Yesus ditolak oleh pengelola penginapan) justru menghilangkan pesan Natal. Gatra kelahiran Yesus menghadirkan harapan perbaikan, pembebasan, dan pemulihan bagi orang-orang yang terjajah sosio-ekonomi, teknologi, dan politik, orang-orang miskin, serta tentu saja orang-orang yang putus harapan karena kehilangan pekerjaan akibat pandemi. Untuk itulah para gembala langsung bergerak, mencari, menemukan, dan mengenal palungannya, bukan menyediakan tempat di hati atas berita kelahiran Yesus dari malaikat Tuhan lalu duduk termenung.Mengutamakan hati pada dasarnya membunuh Yesus. Mengutamakan hati membuat gereja seperti zombie, jenazah berjalan. Ada, tetapi tak bernyawa. Hati saja tidak cukup. Perlu tindakan nyata seperti para gembala di atas mencari dan menemukan palungan tempat bayi Yesus dalam diri orang-orang terpinggirkan oleh masyarakat dan gereja seperti kaum LGBTQ, anak-anak dan perempuan korban rudapaksa seks dan KDRT, orang-orang yang menderita dan putus harapan akibat pandemi Covid19, dlsb. Natal bukan sekadar peringatan dan perayaan, tetapi juga mengingatkan bahwa Allah bekerja melahirkan umat baru. Umat yang yang mengenal palungannya sehingga peduli dan bergerak melakukan amanat kemanusiaan. Selamet merayakan daripada Natal.STT BAPTIS INJILI, CEPOGO, BOYOLALI, TITUS ROIDANTO
SUDUT PANDANG LILIN ADVENT
SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...
-
SUDUT PANDANG TENTANG ESENI Di zaman Yesus, ada beberapa golongan atau kelompok politik dan keagamaan Yahudi yang signifikan, an...
-
Otokritik Ajaran Allah Tritunggal GKJ, serial Sudut pandang Pengantar memang pemahamaman ontologi harus berkembang, melihat tr...