Sudut Pandang LUKAS 18:1-8, ๐ฃ๐ฎ๐ป๐๐ฎ๐ป๐ด ๐ฝ๐๐น๐ฎ๐ป๐ด ๐๐ฒ๐ฏ๐ฒ๐น๐๐บ ๐ฝ๐ฎ๐ฑ๐ฎ๐บ, doa tak jemu atau pantang menyerah tak henti juang
PENGANTAR
๐๐ฐ๐ฏ’๐ต ๐ซ๐ถ๐ฅ๐จ๐ฆ ๐ฎ๐ฆ ๐ฃ๐ข๐ด๐ฆ๐ฅ ๐ฐ๐ฏ ๐บ๐ฐ๐ถ๐ณ ๐ช๐จ๐ฏ๐ฐ๐ณ๐ข๐ฏ๐ค๐ฆ!” ๐๐ฏ๐ฐ๐ฏ.
Dalam dunia peradilan dikenal adagium: Lebih baik membebaskan orang bersalah daripada memenjarakan orang tak bersalah. Ada lagi adagium yang jarang dikenal umum: Lebih baik hakim cerdas yang menerima hadiah daripada hakim jujur yang bodoh. Bacaan diambil dari Lukas 18:1-8. Bacaan Lukas 18:1-8 Minggu ini kembali membahas perumpamaan Yesus. Alkitab LAI TB (1974) memberi judul perikop “๐๐ฆ๐ณ๐ถ๐ฎ๐ฑ๐ข๐ฎ๐ข๐ข๐ฏ ๐ต๐ฆ๐ฏ๐ต๐ข๐ฏ๐จ ๐ฉ๐ข๐ฌ๐ช๐ฎ ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ต๐ข๐ฌ ๐ฃ๐ฆ๐ฏ๐ข๐ณ”, sedang TB II (1997) berjudul “๐๐ฆ๐ณ๐ถ๐ฎ๐ฑ๐ข๐ฎ๐ข๐ข๐ฏ ๐ต๐ฆ๐ฏ๐ต๐ข๐ฏ๐จ ๐ฉ๐ข๐ฌ๐ช๐ฎ ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ต๐ข๐ฌ ๐ข๐ฅ๐ช๐ญ”. Kutipan teks saya letakkan lampiran.
Menurut para ahli perumpamaan Yesus dalam bacaan ini merupakan perumpamaan lepas yang tidak diketahui konteksnya. Perumpamaan yang beredar lepas itu dalam ayat 2-5. Para ahli menduga kuat perumpamaan itu adalah asli dari Yesus historis karena sangat lekat dengan ciri-cirinya.
Ciri pertama, Yesus suka mengangkat tokoh negatif di lingkungan masyarakat Yahudi. Misal, perumpamaan orang Samaria yang baik hati. ๐๐ฐ๐ด๐ฐ๐ฌ orang Samaria yang dinajiskan menjadi teladan?
Dalam perumpamaan Minggu ini juga janggal karena tokoh utamanya bukan tokoh yang layak diteladani secara moral. Tokoh utamanya adalah hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun. Karakter buruknya sangat ditekankan dengan menyebutkannya dua kali di ayat 2 dan 4.
Ciri kedua adalah tradisinya yang kuat. Perumpamaan ini masih beredar di dalam Jemaat Lukas sesudah Bait Allah II dihancurkan oleh Jenderal Titus (bukan aku loh .... Wk ..... Wk ..) dari Roma pada 70 ZB. Penulis Injil Lukas kemudian memasukkan perumpamaan itu ke dalam buku Injilnya untuk diberi konteks dan dibatasi penafsirannya. Konteks Lukas seperti ditulisnya di pembukaan (ay. 1) dan penutup (ay. 6-7).
Lukas membuka perumpamaan dengan pengantar untuk berdoa tanpa jemu-jemu (ay. 1). Di penutup Lukas (ay. 6-7) membandingkan hakim tak adil itu dengan Allah yang tentunya adil. Janda yang berposisi sangat lemah secara sosial dan ekonomi dianalogikan sebagai “orang-orang pilihan” Allah yang siang malam berseru memohon pertolongan Allah.
Lukas tidak menjelaskan apa isi atau pokok doa. Yang menjadi pumpun Lukas adalah berdoa tanpa jemu-jemu. Pantang pulang sebelum padam, kata pasukan pemadam kebakaran.
Kalau kita telisik lebih dalam, isi perumpamaan (ay. 2-5) tidak membicarakan doa, melainkan ๐ธ๐ฒ๐ฎ๐ฑ๐ถ๐น๐ฎ๐ป. Janda itu tidak banyak menuntut. Ia hanya ingin keadilan. “Belalah hakku terhadap lawanku.” kata janda itu (ay. 3). Bahasa aslinya adalah แผฮบฮดฮฏฮบฮทฯฯฮฝ ฮผฮต แผฯแฝธ ฯฮฟแฟฆ แผฮฝฯฮนฮดฮฏฮบฮฟฯ
ฮผฮฟฯ
yang oleh NRSV diterjemahkan “๐๐ณ๐ข๐ฏ๐ต ๐ฎ๐ฆ ๐๐ช๐จ๐ฉ๐๐๐ ๐ข๐จ๐ข๐ช๐ฏ๐ด๐ต ๐ฎ๐บ ๐ฐ๐ฑ๐ฑ๐ฐ๐ฏ๐ฆ๐ฏ๐ต”. Hakim pun mengabulkannya “baiklah aku membenarkan dia” (ay. 5). Bahasa aslinya adalah แผฮบฮดฮนฮบฮฎฯฯ ฮฑแฝฯฮฎฮฝ. NRSV menerjemahkannya “๐ ๐ธ๐ช๐ญ๐ญ ๐จ๐ณ๐ข๐ฏ๐ต ๐ฉ๐ฆ๐ณ ๐๐ช๐จ๐ฉ๐๐๐”.
Dalam bagian penutup (ay. 7-8) Lukas tetap memasukkan gatra keadilan. “Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya?” (ay. 7) yang bahasa aslinya แฝ ฮดแฝฒ ฮฮตแฝธฯ ฮฟแฝ ฮผแฝด ฯฮฟฮนฮฎฯแฟ ฯแฝดฮฝ แผฮบฮดฮฏฮบฮทฯฮนฮฝ ฯแฟถฮฝ แผฮบฮปฮตฮบฯแฟถฮฝ ฮฑแฝฯฮฟแฟฆ ฯแฟถฮฝ ฮฒฮฟฯฮฝฯฯฮฝ ฮฑแฝฯแฟท แผกฮผฮญฯฮฑฯ ฮบฮฑแฝถ ฮฝฯ
ฮบฯฯฯ, yang diterjemahkan oleh NRSV menjadi “๐๐ฏ๐ฅ ๐ธ๐ช๐ญ๐ญ ๐ฏ๐ฐ๐ต ๐๐ฐ๐ฅ ๐จ๐ณ๐ข๐ฏ๐ต ๐๐ช๐จ๐ฉ๐๐๐ ๐ต๐ฐ ๐ฉ๐ช๐ด ๐ค๐ฉ๐ฐ๐ด๐ฆ๐ฏ ๐ฐ๐ฏ๐ฆ๐ด ๐ธ๐ฉ๐ฐ ๐ค๐ณ๐บ ๐ต๐ฐ ๐ฉ๐ช๐ฎ ๐ฅ๐ข๐บ ๐ข๐ฏ๐ฅ ๐ฏ๐ช๐จ๐ฉ๐ต?”. Ayat 8: “Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka.” Bahasa aslinya ฮปฮญฮณฯ แฝฮผแฟฮฝ แฝ
ฯฮน ฯฮฟฮนฮฎฯฮตฮน ฯแฝดฮฝ แผฮบฮดฮฏฮบฮทฯฮนฮฝ ฮฑแฝฯแฟถฮฝ แผฮฝ ฯฮฌฯฮตฮน yang diterjemahkan oleh NRSV menjadi “๐ ๐ต๐ฆ๐ญ๐ญ ๐บ๐ฐ๐ถ, ๐ฉ๐ฆ ๐ธ๐ช๐ญ๐ญ ๐ฒ๐ถ๐ช๐ค๐ฌ๐ญ๐บ ๐จ๐ณ๐ข๐ฏ๐ต ๐๐ช๐จ๐ฉ๐๐๐ ๐ต๐ฐ ๐ต๐ฉ๐ฆ๐ฎ”.
PEMAHAMAN
Penulis Lukas sebenarnya sadar bahwa isi dan topik perumpamaan Yesus di atas menyoal keadilan. Akan tetapi Lukas menggunakan perumpamaan tersebut untuk menggembalakan jemaatnya yang sedang dalam krisis iman. Mengapa saya menduga jemaat Lukas krisis iman?
Kitab tertua dalam Perjanjian Baru (PB) adalah Surat Pertama Paulus kepada Jemaat di Tesalonika (1Tes.) yang ditulis sekitar tahun 50-an ZB. Dalam surat itu Paulus mengatakan bahwa kedatangan Yesus kembali (๐ฑ๐ข๐ณ๐ฐ๐ถ๐ด๐ช๐ข) segera terjadi pada saat mereka (Paulus dan Jemaat Tesalonika) masih hidup. Ajaran Paulus ini cukup kuat menyebar termasuk ke Jemaat Lukas. Celakanya sampai Paulus mati dan Bait Allah dihancurkan, ๐ฑ๐ข๐ณ๐ฐ๐ถ๐ด๐ช๐ข tidak terjadi. Ini membuat Jemaat Lukas mengalami krisis iman.
Itulah sebabnya penulis Injil Lukas membuka perumpamaan dengan berdoa tanpa jemu-jemu (ay. 1) dan menutupnya dengan “Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, apakah Ia akan mendapati iman di bumi?" (ay. 8b). ๐๐ข๐ณ๐ฐ๐ถ๐ด๐ช๐ข pasti terjadi, kata Lukas, tetapi masih lama. Kita tidak pernah tahu kapan itu terjadi dan bisa saja datang tiba-tiba (๐ฃ๐ฅ๐ฌ. Luk. 12:40). Berdoa tanpa jemu-jemu bukanlah tindakan sia-sia. Hakim yang tak adil saja memberi keadilan bagi kita setelah terus didesak, ๐ฎ๐ฐ๐ด๐ฐ๐ฌ Allah yang adil tak mendengar doa kita? Begitulah kira-kira maksud Lukas. Dalam konteks menjawab kedatangan kembali Yesus yang dinantikan umat Lukas, pengharapan tetap ditumpukan pada doa dg pemahaman waktunya tetap di tangan Allah, pasti kembali Yesus, tapi waktunya di tangan Allah, doa menjadi kekuatan untuk berjaga-jaga bagi umat Lukas. Sebetulnya hal yang sama disampaikan oleh Injil Matius dan Markus dalam bahasa yang lebih lugas, Matius 24:36 (TB)"Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, bahkan malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri." Markus 13:32 (TB)
"Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, tidak juga malaikat yang di sorga dan tidak juga Anak, tetapi hanya Bapa." Memang petulis Injil, membuat tulisan untuk menjawab permasalahan dalam surat-surat (termasuk di dalamnya surat-surat Paulus). Nah, tafsir di atas cukup kuat, tapi ada kelemahan, mengambil point soal doa tak jemu bisa disalah mengerti oleh umat, doa yang memaksa Tuhan, membuat umat merasa jadi lebih Tuhan daripada Tuhan, karena bisa mendesak Tuhan,kalau hakim jahat saja mengabulkan permohonan bila didesak, apalagi Tuhan, walaupun konteksnya adalah dalam rangka kedatangan Yesus kembali, yg tak beda dg konsep berjaga-jaga, waspada, dlsb. Ada sudut pandang lain dalam tafsir ini, Lukas bab 17-18, adalah sudut pandang petulis Injil Lukas tentang konsep Allah yg merangkul yg tersingkirkan, dan kritisi atas penindasan yg kuat pada yang lemah. Yang tersingkirkan serta dianggap berdosa adalah pemungut cukai dan orang Samaria, yang menindas adalah kaum farisi, saduki, dan agamawan. Ini, juga dikarenakan petulis Injil Lukas menujukan pada pendengar non Yahudi, pendengar diluar lingkaran keyahudian. Pemungut cukai di gambarkan sebagai janda yang tidak kenal menyerah dan tidak berhenti berjuang, kenapa begitu? Karena pemungut cukai adalah orang yang terjepit posisinya, pemungut cukai didesak target pajak oleh penjajah Romawi, karena bagi penjajah Romawi hina untuk menarik pajak dari jajahan karena merasa sebagai bangsa yg lebih besar dan berkuasa, maka harus bangsa yg dijajah itu sendiri yg menarik pajak dari bangsanya untuk Romawi, sedangkan di sisi yang satu mereka dikutuk habis-habisan oleh bangsanya utamanya kaum agamawan sebagai orang berdosa karena menarik pajak bangsanya untuk penjajah Romawi. Pemungut cukai adalah orang-orang yang terjepit, orang yang tersingkirkan oleh dua pihak dimana mereka tidak bisa berbuat apa-apa untuk melawan. Pemungut cukai TIDAK MENYERAH dan TIDAK BERHENTI BERJUANG atas keadaan mereka, mereka mendekat ke Yesus, dan Kristus menerima mereka, mereka mendapatkan kelegaan dengan pertobatan mereka, mereka diterima Kristus. Pemungut cukai bukan orang terjepit lagi, bukan orang tersingkirkan, bukan pendosa bagi Kristus, karena TIDAK MENYERAH dan TIDAK BERHENTI BERJUANG dalam keadaan mereka, pemungut cukai mendapat kelegaan dari Kristus atas pertobatan mereka. Dalam kehidupan berkeluarga tidak berhenti berjuang atas kerapuhan dan kelemahan serta ketidak sempurna an keluarga kita, bermakna kesungguhan dan kesediaan menerima kehadiran Allah untuk berdaulat atas kehidupan keluarga. Pimpinan dan perlindungan Allah yang menuntun keluarga Kristen terus berjuang, jaminan keamanan dan ketenangan dalam perjuangan. Allah atau Kristus tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti berjuang atas kerapuhan, kelemahan dan ketidak sempurna an manusia. Dalam kehidupan keluarga, pantang menyerah bermakna spiritualitas juang dan mentalitas tahan uji dalam kehidupan keluarga Kristen yang bersandar dan mengandalkan Tuhan. Kelemahan atau kelelahan, bukan alasan untuk rendah diri, dan kegagalan bukan dalih untuk putus harapan. Setiap pergumulan justru menjadi kesempatan untuk bertumbuh lebih kuat dan mempersaksikan iman yang menjadi berkat bagi banyak orang, lelah dan lemah itu manusiawi, wajar sebagai manusia, tapi di titik kelemahan dan kelelahan kita, kita tidak pernah menyerah atau berhenti berjuang atas kerapuhan, kelemahan dan ketidak sempurnaan keluarga kita, di titik kelemahan dan kelelahan kita, kita tidak pernah berhenti berjuang dan tidak menyerah untuk meragakan kemurahan hati Allah.Tak Lelah Meragakan Kemurahan Hati Allah. Cukup menggelitik, kata TAK LELAH yg menunjukan kita tidak memanusiakan manusia, kita tidak manusiawi thp sesama kita, masak manusia tidak boleh lelah? Masak manusia tidak boleh beristirahat, Tuhan saja beristirahat saat penciptaan, selama dia manusia maka pada satu saat dia akan kelelahan, lelah adalah salah satu kondisi yang melekat pada manusia, kondisi wajar sebagai manusia, menempatkan sesama manusia pada kondisi TAK LELAH, bearti menempatkan sesama kita pada kondisi tidak manusiawi, mana ada satu saja manusia di dunia ini yang tidak pernah merasa lelah? suatu kewajaran kalau sesama kita itu merasa lelah, selama masih manusia maka lelah adalah suatu keniscayaan, sudah dari sono nya, Ayat Alkitab yang nyeritain Allah istirahat setelah penciptaan ada di Kejadian 2:2-3:
_"Pada hari ketujuh Allah menyelesaikan pekerjaan-Nya yang telah dibuat-Nya itu; lalu Ia berhenti pada hari ketujuh dari segala pekerjaan-Nya yang telah dibuat-Nya itu."_
Kata "berhenti" di Kejadian 2:2-3 dari bahasa Ibrani shavat (ืฉָׁืַืช) bermakna "berhenti" atau "menghentikan pekerjaan." Karena kata ini juga dipakai untuk Sabat, yang memang hari istirahat, maka "berhenti" di sini bisa diartikan sebagai beristirahat dengan makna istirahat yang disengaja untuk pemulihan dan penghormatan. Kelelahan itu suatu kewajaran yangbharus diakui sebagai manusia, tetapi respon bermartabat apa? Apa yang akan kita lakukan saat ada di titik kelelahan atas kerapuhan, kelemahan dan ketidak sempurnaan keluarga kita? Respon bermartabat apa yang harus kita lakukan di saat kita ada dalam titik lelah atau titik jenuh atas kerapuhan, kelemahan dan ketidak sempurnaan keluarga kita? Respon bermartabatnya adalah tidak menyerah dan tidak berhenti berjuang atas kerapuhan, kelemahan dan ketidak sempurnaan keluarga kita, kemampuan untuk tidak menyerah atau tidak berhenti berjuang atas kerapuhan, kelemahan dan ketidak sempurnaan keluarga kita, tidak bisa datang tiba-tiba, tetapi harus dilatih sejak dini dan sedikit demi sedikit. Dalam 1 Korintus 9 : 24-27, Paulus mendorong untuk melatih diri kita, demikian halnya melatih keluarga kita, seperti yang mudah saja, melatih diri untuk pillow talk (membiasakan sebelum tidur saling bicara, selain berdoa bersama), selalu berusaha melatih diri untuk punya waktu dan hadir bagi keluarga, melatih diri untuk mendengar yg lain, melatih diri untuk tidak nyolot saat bicara dalam keluarga, melatih diri untuk selalu berusaha melihat sisi - sisi positif lain dalam diskusi keluarga, melatih diri untuk tidak membentak, melatih diri untuk terbiasa mengucapkan terima kasih dan maaf, dlsb, bisa menjadi diskusi menarik seperti di bulan keluarga ini. Tapi, dalam kehidupan berkeluarga ketika kita menghadapi terus menerus kenyataan yg berbeda, wajar kah kita lelah? Wajarkah ada saatnya kita lelah atas kerapuhan dan kelemahan serta ketidak sempurna an keluarga kita? Apa yang harus kita latih dalam kehidupan keluarga kita, ketika kita sampai pada titik kelelahan atas kerapuhan, kelemahan dan ketidak sempurna an keluarga kita? Melatih diri kita untuk tidak gampang menyerah dan tidak berhenti berjuang atas kerapuhan, kelemahan dan ketidak sempurnaan keluarga kita, di sini kita tidak bicara uang atau materi bagi keluarga kita, tetapi bicara kehadiran dan komunikasi dalam keluarga kita. Sangat wajar, lelah itu bagian dari kemanusiaan, bukan manusia kalau tidak pernah lelah. Manusia pasti ada kalanya pada satu titik akan pernah saja mengalami kelelahan, mendorong sesama kita untuk tidak lelah, tidak memiliki rasa lelah, sama saja tidak memanusiakan sesama kita. Tapi, Kristus meneladankan bahwa Kristus tidak pernah menyerah dan tidak berhenti berjuang atas kerapuhan, kelemahan dan ketidak sempurnaan manusia, bahkan Kristus turut merapuh bersama manusia, maka respon bermartabat kita, saat kita berada dalam titik kelelahan kita atas kerapuhan, kelemahan dan ketidak sempurnaan keluarga kita adalah melatih diri kita untuk tidak menyerah serta tidak berhenti berjuang atas kerapuhan, kelemahan dan ketidak sempurnaan keluarga kita, itulah meragakan kemurahan hati Allah.
Lapangan Pancasila, 15.10.22 (TUS)
Lampiran :
Kutipan ๐๐๐ธ๐ฎ๐ ๐ญ๐ด:๐ญ-๐ด (TB II, 1997)
๐๐ฆ๐ณ๐ถ๐ฎ๐ฑ๐ข๐ฎ๐ข๐ข๐ฏ ๐ต๐ฆ๐ฏ๐ต๐ข๐ฏ๐จ ๐ฉ๐ข๐ฌ๐ช๐ฎ ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ต๐ช๐ฅ๐ข๐ฌ ๐ข๐ฅ๐ช๐ญ
๐ญ๐ด:๐ญ Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tanpa jemu-jemu.
๐ญ๐ด:๐ฎ Kata-Nya: "Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun.
๐ญ๐ด:๐ฏ Di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku.
๐ญ๐ด:๐ฐ Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun,
๐ญ๐ด:๐ฑ namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku."
๐ญ๐ด:๐ฒ Kata Tuhan: "Perhatikanlah apa yang dikatakan hakim yang tidak adil itu!
๐ญ๐ด:๐ณ Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Apakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?
๐ญ๐ด:๐ด Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, apakah Ia akan mendapati iman di bumi?"