Jumat, 14 Oktober 2022

Sudut Pandang Lukas 17:11-19 ๐—ข๐—ฟ๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐—ฏ๐—ฒ๐—ฟiman ๐˜๐—ฎ๐—ธ tau ๐—ฏ๐—ฒ๐—ฟ๐˜๐—ฒ๐—ฟ๐—ถ๐—บ๐—ฎ ๐—ธ๐—ฎ๐˜€๐—ถ๐—ต

Sudut Pandang Lukas 17:11-19 ๐—ข๐—ฟ๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐—ฏ๐—ฒ๐—ฟiman ๐˜๐—ฎ๐—ธ tau ๐—ฏ๐—ฒ๐—ฟ๐˜๐—ฒ๐—ฟ๐—ถ๐—บ๐—ฎ ๐—ธ๐—ฎ๐˜€๐—ถ๐—ต

Dalam dunia Alkitab dikisahkan orang-orang Yahudi memusuhi orang-orang Samaria. Padahal sebelumnya mereka adalah satu negara. Mengapa?
Pada masa Raja Daud dan Salomo cakupan Kerajaan Israel Bersatu (KIB) adalah gabungan Kerajaan Yehuda dan Kerajaan Israel Utara. Kota atau wilayah utama Israel Utara adalah Samaria. Pusat KIB adalah Yerusalem di wilayah Yehuda. Pada 721 ZB Kerajaan Israel Utara takluk pada Asiria (atau Asyur) dan tinggal Kerajaan Yehuda yang masih bertahan. Rakyat Israel Utara bercampur baur dengan orang-orang Asiria sehingga sejalan dengan waktu sudah sulit menampakkan jatidiri mereka. Inilah satu penyebab belakangan orang-orang Yahudi membenci orang-orang Samaria. Namun pada masa itu belum ada istilah Yahudi.
Istilah Yahudi baru menyembul pada masa pembuangan, ketika warga Kerajaan Yehuda kalah perang lalu dibuang ke Babilonia pada 587 SZB. Yahudi merujuk orang-orang Yehuda di Babilonia. Yerusalem jatuh ke tangan Nebukadnezar. Bait Allah, pusat kultus agama Kerajaan Israel Bersatu yang dibangun oleh Raja Salomo, dihancurkan. 
Masa pembuangan (586 – 538 SZB ) adalah yang terburuk sepanjang sejarah Israel. Bait Allah, yang merupakan kediaman Yahweh di bumi, dihancurkan. Yahweh yang adalah kultus dewa paling super ditundukkan oleh Nebukadnezar. Para imam yang ikut diangkut ke Babilonia menenangkan orang-orang Yehuda. Yahweh mereka tidaklah kalah, melainkan Yahweh sedang menghukum Yehuda karena Yehuda sudah berselingkuh. Perselingkuhan Yehuda tampak pada tindakan Manasye, Raja Yehuda, membiarkan Bait Allah diisi dengan simbol-simbol dewa-dewa Asiria. Juga ketidakadilan para penguasa kepada rakyat Yehuda (lih. Kitab Yeremia).
Babilonia pada akhirnya juga takluk dari Persia dengan rajanya Koresh. Berbeda dari penguasa sebelumnya, Koresh memberikan otonomi terbatas kepada Kerajaan Yehuda. Satu alasannya adalah wilayah Persia yang sangat luas antara Grika di barat dan Sungai Indus di India Timur sehingga untuk mengendalikan wilayah yang sangat luas itu Koresh memberikan otonomi terbatas bagi wilayah taklukannya termasuk Yehuda. Ini dimaksudkan agar para imam dapat menciptakan ketertiban kehidupan di Yerusalem. Sesbazar adalah orang pertama yang memimpin delegasi orang-orang Yehuda kembali ke Yerusalem (lih. Syenasar dalam 1Taw. 3:17-18).
Oleh karena mendapatkan otonomi terbatas bangsa Yehuda menjadi leluasa menjalankan kehidupan beragama. Puncaknya ialah pembangunan ulang Bait Allah (atau Bait Allah II). Sebagai pusat kehidupan Yehuda secara sosio-politik, ekonomi, dan tentu saja agama membuat peran Bait Allah II makin penting. Pada masa inilah ke-Yahudi-an (Yudaisme) menjadi suatu gaya hidup baru yang berbeda dari keagamaan sebelumnya. Ke-Yahudi-an masa pasca-pembuangan merupakan campuran antara kehidupan beragama dan sosio-politik serta ekonomi dengan imam yang terpusat menggantikan peran raja. Orang-orang dari bekas Kerajaan Israel Utara termasuk Samaria tidak masuk atau tidak dianggap dalam ke-Yahudi-an karena keturunan mereka sudah bercampur baur dengan orang-orang kafir.
Minggu ini bacaan dari Lukas 17:11-19. Dalam bacaan Injil Lukas Minggu ini sorotan ceritanya sebenarnya sederhana: ada 10 orang kusta disembuhkan Yesus, tetapi hanya satu orang yang kembali untuk berterima kasih. Namun karena pengarang Injil Lukas adalah pencerita ulung, maka rincian cerita dibuat rumit.
Dikisahkan dalam perjalanan Yesus ke Yerusalem Ia menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah 10 orang kusta menemui-Nya. Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" Yesus kemudian memandang mereka dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." 
Untuk diketahui bahwa orang-orang kusta, baik orang Yahudi maupun Samaria, dianggap najis sehingga tidak boleh bersentuhan dengan masyarakat. Mereka umumnya tinggal di pinggir kota atau di luar tembok kota. Itu sebabnya dalam narasi di atas disebut bahwa mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak kepada Yesus. Atas permintaan mereka Yesus menjawab, "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Mengapa? Jika mereka disembuhkan, kesembuhan mereka harus dibuktikan di hadapan imam dan mereka harus mengikuti ritual penahiran (lih. Imamat 13-14).
Sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain orang asing ini?" 
Yesus kemudian berkata kepada orang Samaria itu: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐˜†๐—ฒ๐—น๐—ฎ๐—บ๐—ฎ๐˜๐—ธ๐—ฎ๐—ป๐—บ๐˜‚." (Luk. 17:19)
Hal sangat penting dalam cerita sederhana itu bukan karena hanya satu orang yang kembali dan mengucap syukur, tetapi satu orang yang kembali itu justru orang Samaria yang oleh orang Yahudi dianggap orang asing, bukan sesama Yahudi, bukan sesama manusia. Sebelumnya penginjil Lukas sudah memberikan perumpamaan Yesus tentang “Orang Samaria yang baik hati” (Lukas 10:25-37).
Kontras antara sembilan orang Yahudi dan satu orang Samaria itu diungkapkan Lukas melalui tiga pertanyaan retorik Yesus (ay. 17-18):
• Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? 
• Di manakah yang sembilan orang itu?
• Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain orang asing ini?
Kesepuluh orang beriman itu sama-sama sembuh. Namun hanya satu yang mengalami keselamatan holistik atau seutuhnya seperti dinyatakan dalam ucapan penutup cerita: “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐˜†๐—ฒ๐—น๐—ฎ๐—บ๐—ฎ๐˜๐—ธ๐—ฎ๐—ป๐—บ๐˜‚ engkau” (Luk. 17:19). Orang Samaria itu tidak sekadar sembuh, tetapi juga selamat.
Dalam Lukas 17 lalu kita membahas “iman kecil yang cukup untuk mengerjakan tugas dan kewajiban gereja” (Luk. 17:1-6). Bacaan Lukas hendak menambahkan bahwa iman jemaatnya juga seharusnya cukup untuk memampukan mereka mengucap syukur kepada Allah yang sudah berkarya melalui Yesus (ay. 16). Mengucap syukur kepada Yesus berarti memuliakan Allah (ay. 18). Lukas di sini hendak mengatakan bahwa orang kafir saja tahu berterima kasih, ๐˜ฎ๐˜ฐ๐˜ด๐˜ฐ๐˜ฌ orang beragama atau beriman tidak bisa? Kontras. Iman memang diperagakan, bukan di ukur. Demikian halnya, dalam hidup berkeluarga. Keluarga adalah gereja rumah tangga, seperti juga hidup adalah sebuah perjalanan keselamatan menurut pokok ajaran GKJ, maka keluarga pun akan menghadapi suka duka, bahagia sedih, dalam sebuah perziarahan hidup, dua sisi dalam satu mata koin yang tidak bisa dihindari, tetapi tetap bisa disyukuri apapun keadaannya, karena rasa syukur itu tumbuh dalam keyakinan keluarga bahwa Allah setia, Kristus beserta keluarga apapun keadaannya. Penyertaan Tuhan, yang merupakan janji setia Tuhan yang tak akan pernah diingkarinya itu yang keluarga syukuri, bukan kedukaan atau kesukaannya, bukan kebahagiaan atau kesedihannya (lihat 9 orang yang berbahagia karena sembuh ternyata tidak bisa bersyukur, jadi bersyukur bukan karna bahagia sedih atau suka duka nya), tapi kehadiran Allah dalam tiap kondisi keluarga (suka duka, bahagia sedih) kita itu yang seharusnya kita syukuri, itulah gereja rumah tangga. Kemampuan bersyukur itulah ciri atau karakteristik gereja rumah tangga, keluarga.Roma 8:28 (TB)  Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.




Cepogo, 07/10/22 (TUS)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...