Sabtu, 06 April 2024

Serial Sudut Pandang, Kiai Wirjo

Serial Sudut Pandang, Kiai Wirjo

Agama Kristen sulit diterima di Indonesia, karena “kecelakaan” sejarah. Kristen mendapat stigma sebagai agama penjajah Barat, padahal Kristen lahir di Tanah Palestina. Suasana kebarat-baratan membuat orang menjaga jarak. Belum lagi dewasa ini para pendeta seleb menyebut diri dengan “Pastor”, karena istilah pendeta dianggap tidak alkitabiah, merujuk agama Hindu.

Gereja di Indonesia memang penuh tantangan. Di satu sisi Gereja melakukan kontekstualisasi dalam rangka pengakaran jatidiri, menjadi Kristen yang sungguh-sungguh Kristen dan sekaligus sungguh-sungguh orang Indonesia, di sisi lain sekelompok Kristen fundamentalis menolak jatidiri Indonesia.

Kita sering mendengar pendeta-pendeta seleb dari kalangan fundamentalis mendaku sudah menobatkan ribuan orang lewat KKR. Sebenarnya mereka itu menobatkan dari apa? Yang terjadi sebenarnya para pendeta itu menuai kemakmuran dan kemewahan dari orang-orang Kristen yang adalah anak-cucu dari orang-orang Kristen hasil penginjilan para penginjil legendaris di Nusantara. Para penginjil memertaruhkan seluruh hidupnya untuk membumikan Injil di bumi pertiwi.

Satu dari banyak penginjil legendaris itu adalah Kiai Pendhita Wirjo atau Pdt. Samidjo Wirjotenojo. Beliau adalah pribumi kedua yang dipanggil oleh Zending der Gereformeerde Kerken in Nederland (ZGKN) untuk menjadi pendeta. ZGKN sekarang bernama Gereja Kristen Jawa (GKJ). Pribumi pertama adalah Pdt. Ponadi Sopater, ayah Pdt. Sularso Sopater (mantan Ketum PGI).

Kiai Wirjo tidak ujug-ujug menjadi pendeta. Ketika ia masih remaja, ia menjadi pasien Petronella Hospitaal (sekarang RS Bethesda). Kecerdasannya ditangkap oleh dr. J. G. Scheurer. Oleh direktur RS ini, Wirjo kecil dikirim bersekolah Eerste Afdeeling Keucheusschool, milik Zending di Yogya. Sesudah tamat ia diberi pekerjaan sebagai guru bantu di sekolah milik Zending. Tak lama dari itu ia melanjutkan sekolah di Tweede Afdeeling Keucheusschool untuk dipersiapkan menjadi Guru Injil (GI). GI merupakan jabatan setingkat di bawah pendeta.

Penugasan pertama Guru Wirjo di Purworejo pada 1922. Setahun kemudian ia bertugas di Desa Tlepok, yang waktu itu masuk ke dalam Onderdistrict Grabag, Regensi Kutoarjo, Residensi Purworejo,  sebagai guru sekolah sekaligus Guru Injil. Di Tlepok sudah ada warga Kristen yang sebagian berasal dari penginjilan Kiai Sadrach. Desa Tlepok bukanlah tempat yang damai. Desa dikuasai oleh gangster lokal.

Guru Siswowijogo, senior Guru Wirjo, memberi kiat kepada Guru Wirjo sehabis gajian agar membeli gula-teh untuk diberikan kepada pentolan preman. Tujuannya agar para preman tidak mengusik Guru Wirjo. “Kok kecil banget? Cumak gula-teh?” tanggap Guru Wirjo, “Saya akan berikan yang lebih besar lagi yaitu Injil Kristus.”

Ada dua isu menjelang kedatangan Guru Wirjo ke Desa Tlepok. Pertama,isu kiamat yang membuat penduduk desa sangat resah. Kedua, sudah beredar slentingan akan datang guru yang lebih hebat daripada guru sebelumnya.

Akibat isu kiamat para preman limbung. Mau bergabung berzikir ke mesjid, mereka canggung. Tidak ada pilihan selain meminta penerangan dari Guru Wirjo. Para pentolan preman dan anak buah mereka bergantian mendatangi rumah Guru Wirjo minta petuah. Singkat cerita para preman bertobat dan meninggalkan cara hidup lama mereka. Desa lambat laun menjadi tenteram.

Kisah hidup dan model penginjilan ala Kiai Wirjo termasuk ditangkap dan dipenjara oleh tentara Jepang dapat dibaca dalam buku “Kyai Pendhita Den Bei Wirjo” yang disusun oleh Sigit Heru Sukotjo. Saya membelinya di toko buku TPK, Yogya, lewat daring seharga Rp15.000 saja. Ada banyak kisah menarik dan unik dalam penginjilannya. Misal, ada satu warga jemaat Tlepok bernama Haji Notosuroso, yang kalau pergi ke gereja tetap mengenakan udheng-kaji-nya. Itu hasil penginjilan dari Kiai Wirjo yang nguwongké alias memanusiakan manusia, yang tidak mencerabut akar jatidirinya.

Dalam beberapa kesempatan saya mengambil contoh keberanian Pdt. Brotosemedi dalam menyampaikan suara kenabian kepada Pemerintah Orba pimpinan Presiden Diktator Soeharto. Nyawanya nyaris melayang karena masuk dalam daftar bunuh. Ternyata Pdt. Brotosemedi adalah anak kandung Kiai Wirjo. Pantas saja.

 (05102021)(T)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...